Kalau ada pepatah politik itu kejam,
memang ada benarnya. Segala tipu daya dan cara-cara licik untuk
menjatuhkan lawan dihalalkan. Tidak peduli isu yang digembar-gemborkan
bagi yang memahami persoalan malah akan dijadikan bahan tertawaan.
Walaupun Pilpres 2019 masih berlangsung 2
tahun lagi, namun gorengan isu yang menerpa Jokowi terus digalakkan.
Jokowi yang banyak diprediksi akan maju kembali mencalonkan diri dan
sementara ini dianggap calon terkuat, harus mulai diruntuhkan lewat
propaganda negatif. Dari isu Cinaisasi hingga komunis dilekatkan pada
pemerintahnya. Hanya saja mereka yg teriak-teriak dengan isu tersebut
menjadi mingkem saat Saudi Arab juga akan berinvestasi besar di
Indonesia. Tidak ada tudingan Jokowi antek Saudi dan antek Wahabi.
Bukan hanya itu saja, keberadaan Ahok
dengan kasus-kasusnya pun dikaitkan dengan orang nomer satu di Indonesia
ini yang dipilih secara sah dalam Pilpres kemarin. Jokowi dianggap
melindungi Ahok bahkan mengintervensi hukum untuk menyelamatkannya.
Selain tudingan disuarakan, demo-demo berkelanjutan pun menyasar pada
Presiden. Lucu.
Tudingan para penghuni bumi datar ini
hanya untuk membentuk asumsi masyarakat bahwa Jokowi telah
mengintervensi hukum dan terlalu membela Ahok. Namun apabila disuruh
membuktikan tudingannya mereka akan gelagepan.
Jelas tujuan mereka selain menyasar Jokowi
untuk kepentingan Pilpres mendatang, juga merenggangkan hubungan antara
Jokowi dengan Ahok, orang yang dulu sempat bekerjasama ketika keduanya
memimpin Jakarta. Sebagai sahabat yang tahu betul karakter Ahok adalah
pekerja keras, jujur dan bersih, Jokowi pun tidak akan terpancing dengan
isu-isu murahan tersebut. Manuver tetangga sebelah ini malah dibalas
oleh Jokowi dengan mengajak Ahok meninjau proyek MRT dan naik mobil
bersama untuk menunjukkan bahwa persahabtan mereka tidak terganggu
dengan omongan kaum bumi datar. Akhirnya mereka tambah mewek lagi.
Setelah gagal memperalat Ahok sebagai
pintu masuk mendiskreditkan Jokowi, isu baru ditiupkan lagi. Kali ini
Panglima TNI yang akan dijadikan sasaran berikutnya.
Berusaha membenturkan Gatot Nurmantyo
dengan Presiden lewat cara mengelu-elukannya dan bahkan digadang menjadi
capres 2019 menjadi lawan Jokowi. Untungnya saja Panglima TNI ini tidak
sebodoh yang mereka kira. Paham betul siasat licik yang digunakan agar
hubungannya dengan Jokowi menjadi renggang.
Seperti diketahui, pengangkatan Panglima
TNI sepenuhnya adalah hak prerogatif Presiden. Bila mengikuti tradisi
sebelumnya yang dikenal istilah urut kacang, seharusnya jabatan tersebut
jatuh ke sosok dari Angkatan Udara. Namun Jokowi lebih memilih Gatot
Nurmantyo dari Angkatan Darat. Tentunya ini bukan tanpa alasan.
Jokowi percaya sepenuhnya dan paham betul
karakter serta track rekord Gatot. Masukan-masukan dari berbagai pihak
pastinya juga menjadi salah satu pertimbangan. Hal yang sulit dipercaya,
orang yang sudah diberi jabatan setinggi itu akan membalas dengan air
tuba. Sebagai anggota TNI yang sudah disumpah untuk taat dengan atasan,
Gatot pun dipastikan hanya mengikuti komando dari atasannya. Masalah
nantinya bila sudah pensiun dan akan mencalonkan diri maju pemilihan
Presiden. itu persoalan lain. Setiap warganegara berhak menduduki
jabatan setinggi mungkin di negara ini bila memenuhi persyaratan dan
dijamin Undang-Undang.
Jadi jelas selama Gatot masih aktif
menjabat sebagai Panglima TNI, kesetiaannya pada Presiden tidak perlu
diragukan lagi. Isu-isu pencalonan dirinya di Pilpres mendatang selain
prematur dan hanya bertujuan agar hubungan antara Presiden dan Panglima
TNI renggang, ini juga hanya sebatas rumor baru yang tidak jauh berbeda
dengan peristiwa-peristiwa yang terkait Ahok. Memiliki tujuan sama. Agar
Jokowi menjauhi Gatot dan bahkan memecatnya seperti yang dilakukan pada
mantan menteri yang dicukupkan karena dicurigai memiliki agenda lain
untuk kepentingan pribadi.
Tidak berbeda dengan isu terkait Ahok.
Masalah rumor tentang Gatot inipun tidak menganggu Jokowi apalagi
membuat renggang hubungan keduanya. Bahkan dijawab dengan tegas bahwa
tidak akan menggantinya sebagai Palnglima TNI. Akhirnya kembali kaum
bumi datar mewek lagi. Dagangannya tidak laku dijual.
Kita bisa lihat saja nanti apabila Gatot
Nurmantyo sudah memasuki masa pensiun, rumor ini akan hilang sendiri.
Tidak akan ada lagi isu-isu pencalonan dirinya apalagi ada partai yang
mau mengusungnya. Keberadaan Gatot Nurmantyo yang sudah tidak menjabat
Panglima TNI tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk membuat kegaduhan di
pemerintahan.
Gatot sendiri bukanlah sosok ambisius akan
jabatan dan menyadari bahwa saat ini hanya dijadikan alat membenturkan
dirinya dengan Presiden oleh kaum penghuni bumi datar. Sebagai perwira
tinggi yang memiliki otak cerdas, cara yang dilakukan oleh mereka hanya
akan dijadikan bahan tertawaan saja.
Walau sama-sama berasal dari militer,
berbeda dengan pak mantan yang dulu menjadi salah satu pembantu Megawati
di kabinetnya. Pak mantan memilih mundur lalu mencalonkan diri di
Pemilihan Presiden. Hanya saja persiapan matang sudah dilakukan jauh
sebelumnya dengan membentuk partai politik sebagai kendaraan pencalonan
dirinya. Gatot Nurmantyo tidak melakukan itu, karena kepastian akan
terjun ke dunia politik setelah menjalani masa pensiun nanti masih
menjadi tanda tanya.
0 komentar:
Posting Komentar