Foto: badmintonindonesia.org |
Momen yang begitu mengharukan kita semua
ketika pemain bulutangkis Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus
Gideon Fernaldi berhasil memenangkan gelar juara All England 2017
kemarin 12 Maret 2017 (Waktu Indonesia menuju tanggal 13 Maret 2017).
Momen yang akan selalu diingat oleh seluruh lapisan bangsa Indonesia ini
cukup unik, karena terjadi di masa-masa dimana negara ini sedang ribut
tentang isu suku, ras, agama dan antargolongan (SARA) karena seorang
Ahok.
Pertandingan yang disiarkan oleh Kompas TV
ini begitu menegangkan kemarin malam. Pukulan demi pukulan, sorakan
demi sorakan menemani malam hari saya yang mana sebenarnya perlu saya
isi dengan persiapan interview kerja hari ini. Demi mendukung atlet
Indonesia, saya mengorbankan waktu, jam tidur dan tenaga saya. Karena
saya mencintai negara ini, saya bangga menjadi putra Ibu Pertiwi dan
saya terharu atas kemenangan atlet Indonesia.
Kevin/Gideon, demikian singkatan yang biasa digunakan oleh para badminton lovers (BL)
Indonesia, dua-duanya merupakan pemain yang berdarah Tionghoa dan bukan
penganut agama Islam. Tapi uniknya, tidak ada yang melihat itu semua
ketika mereka juara dini hari tadi. Isu SARA seolah-olah tertutupi oleh
kebanggaan rakyat Indonesia atas prestasi yang mereka torehkan di ajang
turnamen tertua di dunia tersebut.
Alasan kenapa saya membandingkan
Kevin/Gideon dengan Ahok adalah untuk menggarisbawahi bahwa politik
adalah biang keroknya. Kenapa saya tidak membandingkan Ahok dengan Hary
Tanoe yang orang politik? Jawabannya gampang saja lah, memangnya Hary
Tanoe ada prestasi apa yang dibanggakan seluruh rakyat Indonesia?
Uniknya, mulai dari Sandiaga Uno hingga
Presiden Jokowi pun ikut mencuitkan perasaan mereka tentang kemenangan
Kevin/Gideon. Artinya orang-orang besar ini turut bangga atas prestasi
mereka, dan Indonesia turut terharu atas kemenangan mereka. Berikut
beberapa bunyi cuitan orang-orang penting di negeri ini di akun Twitter
mereka masing-masing.
“Selamat kepada Marcus & Kevin atas kemenangannya utk Indonesia. Semangat & terus berjaya! @INABadminton #AllEngland #AllEnglandKompasTV”-Sandiaga Uno.“Alhamdulillah Juaraaa !! Kevin / Marcus #AllEnglandKompasTV -IN-“-Menpora Imam Nahrawi.“Indonesia bangga! Ganda putra Indonesia Marcus Gideon/Kevin Sanjaya menjuarai #AllEngland usai mengalahkan pasangan China -Jkw”-Joko Widodo.
Olahraga Mempersatukan Bangsa Ini
Yang patut kita perhatikan dan garis
bawahi adalah tidak ada yang meributkan tentang unsur primordial yang
melekat pada diri Kevin/Gideon. Keduanya berkulit putih, bermata sipit
dan sangat jelas merupakan WNI keturunan Tionghoa. Tapi kenapa tidak ada
kaum haters yang meributkan segala ini ketika mereka juara?
Bukankah saat Susy Susanti memenangkan
medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tidak ada rakyat Indonesia yang
mempermasalahkan bahwa Susi adalah keturunan Tionghoa dan menganggap
kemenangan itu bukan kemenangan Indonesia?
Pada saat Hendra Setiawan bersama Markis
Kido memenangkan medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan ketika Liliyana
Natsir merebut medali emas Olimpiade Rio 2016 juga, apakah ada yang
mengatakan bahwa Hendra atau Liliyana bermata sipit, bukan beragama
Islam jadi bukan orang Indonesia? Beberapa fakta ini membuktikan bahwa
olahraga adalah pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam
suku, agama dan ras ini.
Saya tidak asal ngomong ya. Saya memiliki fan page,
akun media sosial dan website bulutangkis yang saya bangun dari nol
bersama beberapa teman lain atas dasar rasa cinta saya kepada Indonesia.
Saya kemarin sangat memperhatikan di semua media sosial yang saya
kelola, tidak ada satu pun terlihat suara miring yang mempermasalahkan
agama dan ras yang melekat pada diri Kevin/Gideon.
Ketika atlet kita juara, unsur SARA pun
dilupakan. Karena kemenangan mereka adalah kemenangan bangsa Indonesia,
bukan kemenangan suku dan agama tertentu. Mereka adalah kita, mereka
adalah Indonesia. Ketika mereka menang, seluruh elemen bangsa ini turut
bangga. Karena nama Indonesia diangkat di kancah internasional, dan
martabat negeri kita ditempatkan di tempat yang tertinggi ketika mereka
juara.
Manusia itu punya hati nurani, jadi semua
orang baik suku dan agama apapun sesungguhnya dapat melihat dunia luar
diri mereka dengan hati nurani. Kita dapat melihat Merah Putih dalam
diri mereka, kita dapat merasakan rasa cinta mereka kepada bangsa
Indonesia. Maka dari itu kita tidak mempermasalahkan apa suku dan agama
mereka, karena mereka sungguh-sungguh adalah orang Indonesia sejati yang
mengharumkan nama bangsa ini. Lalu kita ini apa?
Isu SARA Hanya untuk Ahok
Saya sangat sedih kalau membandingkan
dengan apa yang harus dijalani oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok adalah gubernur yang juga penuh
prestasi di daerah yang ia pimpin. Bukan hanya itu, nama Ahok sudah juga
tersohor ke seluruh penjuru dunia ketika sikap anti-korupsi dan
perubahan-perubahan positif untuk warga Indonesia telah benar-benar ia
wujudkan dan tunjukkan, bukan hanya janji-janji belaka.
Namun sayangnya, isu SARA pun harus
menghantam Ahok. Menilik hasil dari putaran pertama Pilkada DKI 2017,
prestasi dan kebanggaan yang telah diberikan Ahok kepada bangsa
Indonesia pada faktanya tidak begitu saja diterima dan diapresiasi oleh
rakyat di negeri ini. Bukan lagi prestasi yang membanggakan, tapi
perbedaan warna kulit dan agama lah yang dijadikan alasan utama bagi
sebagian warga negara ini untuk tidak mendukung Ahok.
Kasihan sekali Anda Pak Ahok, saya sungguh
sedih. Bangsa Indonesia ini pilih kasih. Padahal Anda adalah orang baik
yang juga mengharumkan nama bangsa ini ke seluruh pelosok bola bumi ini
Pak. Tapi dengan dalih tafsiran tertentu atas ayat suci Al-Quran,
sebagian dari rakyat negeri ini tidak mendukung Anda dan bahkan begitu
membenci Anda.
Jangan juga kamu bilang ini gara-gara
mulut Ahok atau gara-gara Ahok yang membawa-bawa isu agama duluan,
karena itu hanyalah pembelaanmu yang konyol. Saya ingatkan ya, jauh
sebelum ada kasus Al-Maidah 51 ini, Ahok sudah ditolak dan isu SARA
sudah digunakan untuk menjatuhkannya. Jadi bukan karena mulut Ahok, tapi
karena hati nurani kaum bumi datar yang sudah mati dan menggunakan isu
SARA hanya untuk Ahok!
Penutup
Kulit mereka mungkin putih, mata mereka mungkin sipit, tapi hati mereka Indonesia.
Agama mereka mungkin bukan Islam dan nenek
moyang mereka mungkin bukan berasal dari Indonesia, tapi mereka lahir
dan tumbuh besar di negeri ini, mereka itu orang Indonesia juga.
Ketika mereka berprestasi, bendera Merah
Putih lah yang dinaikkan ke tempat tertinggi dan lagu Indonesia Raya lah
yang dikumandangkan di negeri orang. Mereka itu pahlawan olahraga
Indonesia.
Begitulah bangsa Indonesia yang
sesungguhnya. Yang turut bangga atas prestasi putra-putri terbaik Ibu
Pertiwi tanpa mempermasalahkan unsur-unsur primordial yang dimiliki
mereka.
Disayangkan sekali mengapa isu SARA hanya
berlaku untuk Ahok. Jika Ahok harus kalah di putaran kedua Pilkada DKI
kali ini, Ahok bukan kalah dari Anies. Tapi Ahok kalah dari isu SARA
yang telah menggerogoti hati nurani banyak orang di negeri ini.
Padahal, Kevin/Gideon juga adalah double minority
seperti Ahok. Politik oh politik. Anda begitu kejam. Karena Anda telah
membunuh hati nurani jutaan manusia di bumi ini. Anda telah menghabisi
nyawa Pancasila yang sebenarnya telah ditanamkan kepada diri kami sejak
kami terlahir di negeri Bhinneka Tunggal Ika ini.
0 komentar:
Posting Komentar