Megawati anti Arab? Ahokers anti Arab?
Gimana caranya bisa anti Arab kalau ketemu juga belum pernah? Kalau pun
bertemu ya gak bakal saling ngerti karena yang satu ngomong bahasa
Indonesia yang satu ngomong Arab. Jadi gimana cara bisa anti Arab?!
Begitulah awal kebingungan saya. Kenapa
ketika Raja Salman datang tiba-tiba mereka memberikan stampel anti Arab
pada penduduk bumi bulat? Akhirnya saya mengerti dengan cara menurunkan
kecerdasan saya yang sudah pas-pas’an ini menjadi dibawah rata-rata
supaya bisa paham cara berpikir makhluk bumi datar itu. Mari kita lihat
komentar-komentar mereka saat melihat foto diatas yang diambil dari
Instagram Raja Salman.
Waspada selalu @kingsalman jika
berdekatan dg duo nenek ini.. Ssstt,, jgn smpe ketaun raja dan
rombongannya klo kemarin2 duo ini bilang anti Arab.. 😊
Ckck mak banteng ngapain disitu. 😂 Kmrn ngata2in Arab . Skrg sok selfie senyum2
Itu mak banteng lagi ngapain????
Bukannya kemaren2 ngomong anti Arab sekarang malah ikut2 nguntil raja
salman, ga pake hijab lagi, ga punya muka apa 😂😂😂 pengen kebagian
jatah yaa hhaa
Alhamdulillah jangan bilang anti arab lagi ya . . .Alhamdulillah udah taubat.
“Tolong hapus foto ini @kingsalman.”
Megawati pernah berpidato, dalam pidatonya
beliau berkata “Kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab.”
Sebenarnya menurut beliau sendiri dalam pidato tadi, ucapan tersebut
adalah ucapan ayahnya, Ir. Soekarno. Demikian besar nama Soekarno hingga
saat Raja Salman datang yang ditanya adalah “Mana cucu Soekarno”.
Sementara di Bumi datar mereka berharap yang ditanya Raja Salman adalah
yang lain…sayang mimpi mereka hancur berantakan.
Nah ucapan Megawati lagi-lagi sengaja disalah-pahami sebagai ucapan anti Arab .
Entah bagaimana otak penduduk bumi datar memproses informasi, tapi dari
mana ucapan Megawati yang seperti itu kok bisa dimaknai anti Arab?
Ucapan anti Arab tuh kurang lebih seperti ini “Ingin saya bilang Arab
itu A****G!! Tapi tidak boleh!!”
Lah Megawati itu hanya bilang kalau orang
Indonesia memeluk agama Islam maka jangan jadi orang Arab, tapi tetap
jadi orang Indonesia. Persis sekali dengan cara mereka memfitnah Quraish
Shihab, Said Aqil, Ahok dan Megawati. Mereka potong kalimatnya, lalu
mereka keluarkan dari konteksnya. Malu dong, katanya umat Nasrani yang
suka potong-potong kalimat, lagian emangnya bebek angsa dipotong-potong.
Jangan ditiru yah….jangan.
Ini ucapan Megawati sebelum mengatakan “Kalau jadi Islam…..”
“Ketiga, adalah ke-Tuhan-an. Menjadi
poin ketiga, bukan karena derajat kepentingannya paling bawah, tetapi
justru karena Ke-Tuhan-an sebagai pondasi kebangsaan, demokrasi politik
dan ekonomi yang kita anut. Tanpa Ke-Tuhan-an bangsa ini pasti oleng.
Ke-Tuhan-an yang dimaksud adalah Ke-Tuhan-an dengan cara berkebudayaan
dan berkeadaban; dengan saling hormat menghormati satu dengan yang lain,
dengan tetap tidak kehilangan karakter dan identitas sebagai bangsa
Indonesia.
Bung Karno menegaskan, “kalau jadi
Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang
Arab, kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang
Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.” Bandingkan dengan sumber sebelumnya dan bagaimana pidato Megawati dipelintir kayak meres susu sapi.
Jadi apakah Megawati juga anti India, anti
Arab, anti Yahudi? Ya jelas bukan itu maksudnya tapi maksud beliau
adalah tetap jadi orang Indonesia apapun agama kita, jangan kehilangan
karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia. Sungguh ini pesan yang
luar biasa sekali karena sebenarnya ini pesan dari Ir. Soekarno. Orang
yang pernah di penjara karena ingin mendirikan negara Indonesia,
sedangkan para onta penduduk datar pernah apa untuk negeri ini?
Lalu bagaimana pendukung Ahok, apakah anti
Arab? Jelas tidak. Kalau kritik karena serangan Arab ke Yaman itu bukan
anti. Jonru juga sering “mengkritik” pemerintah Indonesia, apa dia
anti? Bagaimana dengan SBY yang kerap mengkritik pemerintahan Indonesia?
Dia juga anti Indonesia? Prabowo? Nah jelas kan salah logika para
penduduk bumi datar itu.
Lagi pula rasanya pendukung Ahok itu anti
ke’arab-araban biar disangka paling beriman. Beda yah antara Arab dan
ke’arab-araban sama seperti mobil itu beda dengan mobil-mobilan. Dengan
ke’arab-araban kemudian merasa boleh memaksa orang lain, mengkafirkan
orang lain, mencap munafik, liberal dan sebagainya kepada sesama muslim.
Bukan anti arab tapi anti orang Indonesia ke’arab-araban lalu merasa
berhak ngurusin hidup orang. Apalagi ternyata baju sudah kayak orang
suci pakai sorban dan serba putih tapi dibelakang ternyata asik maen
sama janda.
Lebih parah lagi yang membawa pola pikir
anti ke-bhineka’an dari luar ke Indonesia. Indonesia itu beragam, harus
bisa tinggal berdampingan sama si Batak, si Jawa, si Sunda, Papua,
Ambon, Dayak, Cina, dan sebagainya. Harus bisa berdampingan dengan
mereka yang berbeda agama dan beda pendapat meski satu agama. Karena
kita Indonesia, ideologi kita adalah Pancasila dan semboyan kita adalah
Bhinneka Tunggal Ika. Mimpi kita adalah membangun sebuah negara kesatuan
yang melindungi hak semua rakyatnya tanpa membeda-bedakan agama dan
ras.
Jadi tetap jaga karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia yang
terkenal ramah dan santun. Tetap jadi orang Indonesia yang bersama sama
membangun negeri ini bukan diam-diam membenci lalu menggerogotinya agar
rubuh dan diganti dengan yang lain. Jangan karena berpakaian ngarab
lalu kita jadi harus harab maklum.
0 komentar:
Posting Komentar