Negara ini tidak butuh orang yang santun tapi korupsi, negara ini tidak butuh pemimpin dengan background agama tetapi munafik,
yang dibutuhkan negara ini adalah orang-orang yang baik, jujur, tidak
korupsi dan mau bekerja keras. Itulah seharusnya yang menjadi kriteria
utama mencari pemimpin di Indonesia ini.
Lalu apa manfaat untuk negeri ini dengan
demo besar-besar menuntut Ahok dipenjara hanya karena dia terpeleset
sedikit omongan yang bukan menjadi niat dan tujuannya menista agama, apa
jawabannya manfaat bukan untuk negeri tetapi untuk agama kami?
Kalau dengan berdemo menuntut Ahok
dipenjara itu membela agama, lalu mengapa tidak mendemo para koruptor
E-ktp? Apa koruptor tersebut tidak menista agama?
Perlu kalian tau wahai para pembela agama,
para koruptor E-ktp tersebut sebagian besar menganut agama yang dibela
oleh kalian, tentu saja ketika dilantik untuk menduduki jabatannya waktu
itu mereka disumpah di bawah Al-Qur’an. Di bawah Al-Qur’an mereka
bersumpah akan menjalankan kewajiban yang di amanahkan dengan baik dan
benar, tetapi mereka mengingkari itu, bukankah ini bisa disimpulkan
bahwa mereka menghianati sumpah yang juga berarti membohongi Al-quran,
atau menghina Al-qur,an? Mengapa kalian diam saja dan tidak bereaksi?
Apa salah jika ada dugaan bahwa tidak ada dana yang membiayai demo? Lalu
mengapa tidak ada dana, apa karena donator yang mendanai demo selama
ini tidak mau mendanai demo untuk koruptor? Ah ini malah mencurigakan.
Kerja keras dan kejujuran salah satu putra
bangsa membangun Jakarta untuk kesejahteraan masyarakatnya, tidak di
hargai dan justru ditekan sedemikian rupa agar tidak meneruskan
langkahnya, tetapi sebaliknya tidak bereaksi terhadap maling yang
jelas-jelas merongrong kesejahteraan masyarakat.
Dari kejadian ini terbersit kesimpulan
dalam otak saya, entah benar atau salah kesimpulan ini, yaitu dalam demo
membela agama yang selama ini dilakukan ada dua macam pelaku, yang
pertama orang yang dapat memanfaatkan isu agama, yang kedua orang yang
dimanfaatkan oleh isu agama.
Kita hidup di Indonesia yang kaya dan
tercinta ini, di tanah air inilah kita berlindung dan berteduh, di tanah
air inilah kita menaruh harapan untuk membesarkan anak cucu kita
tercinta, di tanah air inilah kita berlindung dihari tua, tidak
pantaskah kalau kita juga membela tanah air ini seperti kita membela
agama?
Mengapa begitu bersemangat membela
mati-matian agama tetapi tidak muncul reaksi yang sama ketika tanah air
ini digerogoti koruptor yang jelas-jelas merugikan negara. Ya Sudahlah,
Terlalu banyak pertanyaan dan dugaan-dugaan negatif yang muncul di hati
ini terhadap reaksi kalian selama ini.
Agama yang selama ini lebih diutamakan
dari pada negeri ini ternyata belum mampu mengambil peran menjadikan
manusia jujur dan tidak munafik. Oleh karena itu janganlah menjadikan
agama sebagai kriteria tunggal dalam mencari seorang pemegang tanggung
jawab atau kekuasaan di Indonesia ini. Utamakanlah kejujurannya,
keberaniannya melawan ketidak benaran (korupsi, tidak amanah, dan lain
sebagainya), kemauannya bekerja keras membangun untuk kesejahteraan
masyarakat, dan tekad yang kuat menjaga kepercayaan warganya akan amanah
yang diberikan.
Berpikirlah rasional tentang ke-blingeran
sebuah wacana yang mengatakan “sebaik-baiknya umat beragama lain yang
menjadi pemimpin pemerintahan, masih lebih baik pemimpin yang se-iman
walaupun dia korupsi, dan tidak amanah”.
Kalau ada yang se-iman, jujur, tidak
korupsi, amanah, memikirkan rakyatnya, itu lebih baik. Tetapi bila tidak
menemukan itu? Berpikirlah secara rasional.
Bangsa ini berdasarkan pancasila dan UUD
45, bukan berdasarkan agama, setiap penduduk memiliki hak dan kewajiban
yang sama, jadi jangan merasa bahwa suku inilah, atau agama inilah yang
lebih memiliki hak untuk menjadikan Indonesia lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar