Tahun 2015 Raja Salman mendapat penghargaan atas kontribusinya dalam menyebarkan Qur’an. Beliau didaulat sebagai “Islamic Personality of the Year” oleh Holy Qur’an International Memorization Organization, yang berafiliasi dengan Muslim World League (MWL) Makkah-Based
Tahun 2017 ini, Raja Salman mengatakan
bahwa memelihara identitas Arab dan Islam adalah prioritas utama bagi
pihak kerajaan. Beliau juga menambahkan ” Mempromosikan nilai-nilai
hidup berdampingan dalam keragaman, kebersamaan dan patriotisme serta
memelihara identitas Arab dan Islam termasuk juga warisan, budaya, yang
mengakar dengan kuat merupakan prioritas utaman kami (kerajaan).
Jadi sebagai Raja di Kerajaan Saudi
Arabia, Raja Salman sudah tentu dapat kita anggap sebagai representasi
budaya Arab dan bagi sebagian orang juga sebagai representasi Islam.
Bahkan beliau berpidato bahwa menjaga budaya Arab dan Islam adalah
prioritas. Jadi kalau mau lihat seperti apa itu Arab dan Islam, ya lihat
saja Raja Salman, kurang lebih begitulah. Apalagi penduduk bumi datar
kerap menyanjung Arab dan Raja Salman, memuji beliau setinggi langit
tapi merendahkan Jokowi, Presidennya sendiri.
Nah lucunya di Indonesia banyak sekali
Arab KW, muka melayu tapi baju gurun pasir ya itu salah kostum namanya.
Belum lagi penggunaan panggilan ikhwan, akhwat, ukhti, akhi dan ana.
Sebenarnya sih kalau mau mengikuti budaya luar ya silahkan-silahkan saja
tapi yang bikin “gemes biji” itu adalah mereka merasa paling Islami
kalau sudah kearab-araban. Pengikutnya pun menilai dari penampilan,
bersorban, berjubah, bisa kutip-kutip ayat sedikit langsung disebut
ulama. Udah gitu banyak juga lebih “Arab” dari orang Arab itu sendiri.
Lalu bagaimana Raja Salman yang
jelas-jelas asli Arab? Ternyata berbeda, dalam pidato diatas saja dapat
kita lihat bagaimana Raja Salman menekankan toleransi dan nasionalisme
serta menghargai perbedaan.
Apakah pembaca Seword pria pernah mau
bersalaman dengan seorang wanita lalu si wanita tersebut menarik
tangannya, enggan bersentuhan? Bagi yang pernah pasti jadi awkward moment
tentunya, pasti bingung mesti gimana. Memang ada beberapa kelompok yang
menganggap bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tidak
boleh. Saya hargai pendapat mereka tapi jadi pertanyaan tentunya, kok
Raja Salman mau bersentuhan dengan Puan Maharani?
Dulu jagat media sosial pernah ramai
dengan pendapat seorang Tionghoa yang mualaf dan mendadak melejit jadi
ustad. Tentu kita semua tahu siapa dia. Pendapat kontroversial tersebut
mengharamkan selfie dan tentunya juga wefie, lah
sendiri aja gak boleh apalagi rame-rame? Takabur rame-rame itu namanya.
Tapi ternyata Raja Salman terlihat senang ketika ber-wefie bersama-sama Megawati dan Puan Maharani sambil berdempetan padahal bukan muhrim loh.
Tentu kita pernah lihat kaum cingkrang di
tempat-tempat keramaian. Pendapat yang juga kontroversial karena
sebagian umat Islam mengatakan celana tidak boleh diatas mata kaki.
Celana yang dipotong diatas mata kaki mereka tafsirkan apa adanya,
langsung, plek, tanpa dilihat secara keseluruhan dan juga konteksnya.
Padahal menurut beberapa ulama inti dari hadist tersebut adalah jangan
sombong.
Lalu mari kita lihat bagaimana bagian
bawah pakaian Raja Salman saat turun dari pesawat. Ternyata….menutup
mata kaki, yang terguncang harap pegangan.
Nah yang menarik lainnya adalah jidat Raja
Salman. Gak hitam, mulus banget beda sekali dengan beberapa umat Islam
disini yang begitu bangga dengan jidat hitamnya karena dianggap rajin
sholat. Apa Raja Salman jarang sholat? Tentu beliau rajin sholat. Jadi
tanda sholat itu bukan tanda kapalan hitam dijidat mungkin tanda hitam
itu adalah tanda waktunya ganti alas sholat. Selain kening Raja Salman
yang mulus, jenggotnya pun dicukur rapih tidak berantakan dan terlalu
panjang.
Lalu bagaimana soal hijab? Karena sudah
pasti Raja Salman tidak menggunakan hijab, jadi mari kita lihat
bagaimana putri-putri kerajaan Arab. Salah satunya adalah Princess
Ameerah Al-Taweel, kita bisa lihat kecantikan beliau dengan penampilan
santai menggunakan jeans dan t-shirt. Beliau tidak menggunakan hijab ala
ninja (meminjam istilah Pak Mahfud MD). Juga saat mengenakan hijab pun
terlihat santai saja, mungkin saat itu sedang ada acara keagamaan (foto
kanan).
Bukti bahwa Seword bukan media opini hoax saya sertakan sumber foto diatas yang saya ambil dari https://maldivesfinest.com/most-beautiful-woman-ever-visited-maldives. Jadi kalau bilang saya bohong silahkan protes ke sumbernya.
Waduh Ust Felix gimana nih? Ente kan sering kultwit tentang hijab yah, coba itu Putri Arab diceramahi juga, suruh follow
akun ente. Mana pakai hijabnya pun bukan yang syar’i pula. Coba tawarin
hijab syar’i produksi istri ente, denger-denger istri ente bisnis hijab
bukan?
Dan terakhir, yang paling kontroversial bagi penduduk bumi datar. Momen paling menyakitkan para penduduk bumi datar,
Raja Salman bersalaman dengan Ahok…..
Sampai-sampai mereka tolak kenyataan
tersebut dan memilih realita yang lain demi menghibur hatinya. Sama
seperti menolak realita bumi itu bulat dan lebih memilih dongeng bumi
itu datar hanya karena kata “hamparan”.
Apa pesannya? Ahok adalah simbol penganiaya umat Islam, Ahok adalah musuh Islam, Ahok adalah penista agama Islam. Itulah image Ahok yang ada dalam kepala penduduk bumi datar. Image
yang telah ditanam sejak dulu oleh media-media tukang fitnah. Tidak
mungkin Raja Salman tidak mengetahui gejolak di Indonesia, dan tidak
mengetahui isu-isu tentang Ahok. Tidak mungkin beliau tidak mengetahui
kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok karena sudah menjadi
wacana internasional. Kasus Ahok diliput oleh banyak media termasuk
media internasional seperti Daily Mail. Jadi pasti Raja Salman tahu
kasus tersebut dan tahu mengenai Ahok.
Lalu Raja Salman turun dari pesawat dan
menyalami Ahok? Wow! ini adalah kode keras bagi penduduk bumi datar.
Mungkin ada yang berpikiran, ah itu kan protokoler saja, atau ah Raja
Salman hanya ingin menghargai saja. Lah bagaimana mungkin, beliau adalah
Raja Salman “Islamic Personality of the Year, 2015″ yang menolak memukul bedug di mesjid Istiqlal karena dianggap Bid’ah. Jika Ahok beliau anggap sebagai penista Qur’an, apa mau beliau bersalaman hanya demi menghargai tuan rumah? Saya rasa tidak.
Silahkan penduduk bumi datar kejang-kejang lagi….
Setelah selesai dari kejang-kejangnya
pasti mereka menuduh kami anti Arab, dan kok sekarang bela Arab? Lah
sejak kapan kita anti Arab? Mana, ada tulisan yang jelas tanpa ambigu
bahwa kita anti Arab? Kritik sih iya tapi anti? Lah itu Jonru sering
“kritik” Jokowi, apa artinya dia juga anti Indonesia? Ya nggak lah.
Kok lalu sekarang bela Arab?
Mau bagaimana pun beliau adalah tamu dari jauh jadi harus diperlakukan dengan baik, dan itu ada dalam Islam. Lagi pula melihat impian dan dongeng-dongeng warga penduduk bumi datar hancur berantakan tentu momen yang sangat sayang untuk dilewatkan dan sayang untuk tidak dibahas beramai-ramai.
Mau bagaimana pun beliau adalah tamu dari jauh jadi harus diperlakukan dengan baik, dan itu ada dalam Islam. Lagi pula melihat impian dan dongeng-dongeng warga penduduk bumi datar hancur berantakan tentu momen yang sangat sayang untuk dilewatkan dan sayang untuk tidak dibahas beramai-ramai.
0 komentar:
Posting Komentar