Diantara
ulama sepuh NU yang paling dianggap berkharisma adalah Mbah Maimoen
Zubair. Beliau adalah pentolan ulama NU yang sangat kaya ilmu, tawadhu,
dan bijak. Maka tak heran, jika Silaturahim Nasional Alim Ulama
Nusantara yang diadakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) se
Indonesia, diadakan di tempat tinggal beliau, yaitu Pondok Pesantren
An-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Dikutip dari laman NU online, saat
memberikan memberikan sambutan selaku tuan rumah beliau mengatakan,
bahwa ia sering dianggap sebagai pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
karena tiga hal:
Pertama, ia mengecam penggunaan isu SARA
dalam politik, terutama Pilkada di Jakarta. Menurutnya, Indonesia harus
dijaga kedamaiannya dan kerukunannya. Umat Islam harus menjadi pelopor
dan penjaga perdamaian dan kerukunan. Maka tidak boleh umat Islam
menjadi pembuat perpecahan dan pengobar permusuhan.
Kedua, menurut pengasuh pesantren yang
terkenal ahli sejarah ini, negara makmur atau tidak itu bukan tergantung
pemimpin negaranya muslim atau bukan. Dia contohkan Sudan, negara nun
jauh di benua Afrika, sebelah selatan Mesir. Sudan setelah terpecah
menjadi dua negara, yaitu Sudan Utara dan Sudan Selatan, kata dia, lebih
makmur Sudan Selatan. (Data Wikipedia menyebutkan Sudan Selatan
dipimpin oleh presiden Kristen). Sementara Sudan utara yang dipimpin
presiden muslim, rakyatnya tidak makmur, alamnya gersang dan bahkan
pemerintahnya lemah sekali. Saat ini terancam sebagai negara gagal.
“Pengamatan saya, negara Sudan Selatan makmur, sedangkan Sudan Utara
miskin dan gersang,” terangnya.
Ketiga, mengapa Kiai Maimoen sering
dianggap pendukung Ahok? Menurut dia, karena sering menceritakan bahwa
Islamnya orang sarang itu berasal dari dakwahnya orang Belitung dan
Bangka. Bukan para wali dari Demak.
Ketiga hal ini lah yang menyebabkan beliau
pernah dikecam dan disebut sesat dan goblok oleh seorang ibu rumah
tangga bernama Syaibah Mawal. Saat itu ibu ini pernah menulis status di
Facebooknya pada 5 November 2016 :“sesat
nii orang jgn diikutin yg bginian, kcuali klo islam lo cm KTP cm diakui
negara bkan Allah.kitab suci dihina kok mnta maaf slsai,goblog.dah mau
msuk liang lahat aj msih keblingerr,”.
Ibu ini kemudian dibawa Banser NU ke
kediaman Mbah Maimoen untuk meminta maaf, dan yang sangat menyejukkan
Mbah Maimoen mengatakan kasus ini tidak usah dibesar-besarkan.
Isu agama dalam politik mengingatkan kita
pada sejarah kaum Khawarij pada masa Khulaur Rasyidin terutama pada masa
Khalifah Utsman bin Affan. Kaum Khawarij adalah kelompok sempalan
Islam. Mereka mengaku Islam, tapi malah menghancurkan Islam itu sendiri.
Pada masa Khalifah Usman, kelompok inilah yang membuat finah dan makar
pada Sang Khalifah. Hingga akhirnya mereka mengepung rumah sang Kahlifah
selama 40 hari dan membunuhnya ramai-ramai. Mereka juga melarang sang
Khalifah dimakamkan di Masjid Nabawi, sehingga akhirnya Khalifah Usman
terpaksa dimakamkan di pekuburan Yahudi. Padahal Khalifah Usman adalah
sahabat terbaik Nabi, paling banyak shadaqahnya, orang pertama kali yang
beriman pada Rasulullah, dan bahkan dijamin masuk surga. Baca tulisan
saya tentang hal ini di : klik di sini
Nah, sekarang kelompok sempalan Islam ini muncul di Indonesia dalam bentuk yang unyu-unyu:
berelana cingkrang, pakai gamis dan surban, berjenggot tebal dan
berjidat hitam. Kejadiannya sama persis: pelarangan sholat jenazah pada
kaum Muslim. Alim ulama diluar kelompok mereka difitnah dan dikecam.
Mereka ini pula yang sering teriak kembali pada Quran dan Hadist, tapi
tingkah dan perkataan mereka jauh dari Al Quran dan Hadist. Mereka yang
teriak ‘save NKRI’, tapi mereka inilah yang punya mimpi besar untuk
mendirikan negara syariah seperti layaknya Saudi dan Suriah.
Menjelang Pilkada putaran kedua menjadi
bukti bahwa kaum khawarij ini lebih berani. Isu SARA dihembuskan lebih
parah lagi. Jika sebelumnya mereka mencela umat Islam yang tidak
sepemahaman pakai ayat, sekarang dengan ancaman mayat. Apakah pernyataan
Mbah Maimoen hari ini mereka anggap membela Ahok? Jika ia, berani
mereka haramkan sholat jenazah beliau?
Pertanyaannya, mengapa Anies-Sandi tidak
menyadarinya? atau sebaliknya justru kelompok Khawarij inilah yang
mejadikan Anies-Sandi sebagai tunggangan untuk mencapai tujuan mereka?
Yang sangat disayangkan Anies-Sandi
rupanya memang menikmati ancaman mayat dan isu SARA ini. Beberapa kali
bahkan Anies mengatakan harus memilih pemimpin harus Muslim. Saat ada
spanduk pelarangan jenazah, Anies juga rupanya tak langsung menghimbau
untuk menurunkannya. Ia menikmati pergumulan dan perpecahan antar umat
Islam di Jakarta. Baru setelah ada pernyataan dari Banser NU yang
melarang spanduk tersebut dan dan pelarangan dari Polisi, Anies
kemudian ikut menyuruh menurunkan spanduk tersebut. Saya pikir Anies
adalah orang baik yang tak akan bermain isu SARA untuk mendulang suara.
Tapi toh dugaan saya meleset. Ia ternyata sama saja.
Hari ini beberapa pentolan ulama NU
berkumpul di Sarang, Rembang. Semoga kesepakatan yang dibuat menjadi
tameng keuntuhan Bangsa. tidak ada lagi isu SARA yang bisa merusak
kebhinnekaan bangsa. Saya juga berdoa semoga ulama NU, terutama Mbah
Maimoen Zubair terus diberi kesehatan, sehingga tetap bisa berkiprah
pada agama dan bangsa.
Sungguh, saya tak bisa membayangkan jika
kemudian satu per satu ulamanya meninggal, hanya tersisa ustadz –usatadz
PKS yang doyannya poligami atau FPI yang pentolannya hanya berdakwah
lewat kekerasan. Mungkin sedikit lagi dan bisa dipastikan negara akan
seperti Sudan,Suriah, atau negara Islam lain.
0 komentar:
Posting Komentar