Seorang pemuka agama –apapun agamanya-
adalah panutan bagi umatnya. Umat melihat, mendengar, dan mencontoh
perilakunya sehari-hari untuk kemudian mereka aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Apa jadinya jika seorang pemuka agama justru
mencontohkan perilaku yang jauh dari tuntunan dan ajaran agamanya ?
Sayangnya, inilah yang sedang
dipertontonkan Habib Rizieq dewasa ini. Dalam sebuah video yang diunggah
ke dalam youtube.com, diperlihatkan ketika Habib Rizieq menyumpahi dan
mendoakan buruk para pendukung Ahok. Dalam video tersebut, Anda berkata
Bib, “kalau tetap memilih orang kafir sebagai pemimpin, maka
persulit hidupnya, jangan sembuhkan penyakitnya, tambah penyakitnya
lebih keras lagi, jangan kasih obatnya, sempitin rezekinya, susahkan
urusannya, hancurkan kehidupannya, jangan kasih kebahagiaan di dunia dan
akhirat !”
Mendengar kata-kata Sang Habib, saya jadi
bertanya-tanya, adakah contoh dari junjungan kita mengutuki, dan
mendoakan buruk semacam ini ? Apalagi yang kita hadapi adalah saudara
sebangsa, saudara seagama. Saya yakin, banyak para pendukung Ahok adalah
muslim tulen, seperti Anda juga Bib. Apakah kata-kata yang keluar dari
mulut Anda adalah kata-kata terpilih dari seorang Ulama, seorang Habib, zuriat (keturunan) Rasulullah Saw?
Maafkan, ketidakmengertian saya, Bib. Soal
agama mungkin Anda sudah paham sampai tulang sumsum. Tapi, baik Anda
maupun saya mempunyai junjungan yang sama. Apakah Rasulullah Saw pernah
mencontohkan berbicara kasar ? Bahkan kepada musuh bebuyutannya
Rasulullah Saw bersikap sangat lembut. Bahkan, kepada orang-orang yang
melemparinya dengan batu dan kotoran Beliau Saw sangat pemaaf dan malah
mendoakan mereka. Pastinya Anda ingat betul cerita Nabi Saw ketika di
Thaif ? Saya nukil sedikit ya. Siapa tahu Anda lupa Bib. Oh, iya, cerita
ini saya nukil dari tulisan KH.Jalaluddin Rakhmat.
Diriwayatkan bahwa ketika Rasul berdakwah
di Thaif, Rasul dilempari batu sehingga tubuhnya berdarah. Kemudian
Rasul berlindung di kebun Uthbah bin Rabi’ah. Rasul berdo’a dengan do’a
yang sangat mengharukan. Rasul memanggil Allah dengan ucapan,
“Wahai yang melindungi orang-orang
yang tertindas, kepada siapa Engkau akan serahkan aku, kepada saudara
jauh yang mengusir aku?”
Kemudian datang malaikat Jibril as seraya berkata: “Ya
Muhammad, ini Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu. Dan ini malaikat
yang mengurus gunung-gunung, diperintah Allah untuk mematuhi seluruh
perintahmu. Dan dia tidak akan melakukan apapun kecuali atas perintahmu.”
Lalu malaikat dan gunung berkata kepada Nabi, “Allah memerintahkan aku untuk berkhidmat kepadamu. Jika engkau mau, biarlah aku jatuhkan gunung itu kepada mereka.”
Namun Nabi berucap, “Hai malaikat dan
gunung, aku datang kepada mereka karena aku berharap mudah-mudahan akan
keluar dari keturunan mereka orang-orang yang mengucapkan kalimat
Lâilâha illallâh.”
Nabi tidak mau menurunkan azab kepada
mereka. Nabi berharap kalau pun mereka tidak beriman, keturunan mereka
nanti akan beriman. Kemudian berkata para malaikat dan gunung, “Engkau seperti disebut oleh Tuhanmu, sangat penyantun dan penyayang.”
Sosok Beliau Saw adalah sesempurna-sempurnanya manusia. Sir William Muir, seorang Orientalis Barat menulis dalam bukunya “ The Life of Mahomet “ tentang sosok Beliau Saw :
“ Di kala kekuatan dan kekuasaan sudah
sampai ke puncaknya, Muhammad (Saw) tetap adil dan sederhana. Perlakuan
lemah lembut terhadap musuh-musuh juga beliau tidak menguranginya
sedikitpun, sehingga mereka pun dengan senang hati menerima dakwah
beliau.”
Berikutnya Sang Orientalis menulis : “Kejahatan
dan penganiayaan penduduk Mekkah secara terus menerus terhadap Beliau
(Saw) sampai waktu yang sangat panjang. Di waktu terjadi Fatah Mekkah
menghendaki agar pembalasan terhadap mereka secara berdarah berhak
dilakukan. Akan tetapi, selain beberapa pelaku kejahatan, semua penduduk
Mekkah telah dimaafkan olehMuhammad (Saw). Dan semua kejahatan yang
telah berlaku terhadap beliau di masa lampau telah dilupakannya.
Sekalipun pelaku-pelaku penghinaan, caci maki dan pengkhianatan itu,
bahkan orang-orang yang sangat keras memusuhi beliau juga telah
diperlakukan dengan pertimbangan yang sangat baik.”
Dalam hal toleransi, Rasulullah Muhammad
Saw adalah suri tauladan utama. Beliau Saw memberikan contoh-contoh yang
sangat tinggi dalam urusan ini. Diceritakan, suatu kali perutusan suku
Kristen dari Najran menghadap kepada Beliau Saw di Medinah untuk
bertukar pikiran mengenai masalah-masalah keagamaan. Di Dalam rombongan
itu terdapat tokoh-tokoh gereja. Percakapan diadakan di dalam mesjid dan
berjalan selama beberapa jam. Pada suatu saat, perutusan itu meminta
izin meninggalkan mesjid dan mengadakan upacara kebaktian di suatu
tempat yang tenang. Rasulullah Saw bersabda bahwa mereka tidak perlu
meninggalkan mesjid yang memang merupakan tempat khusus untuk kebaktian
kepada Tuhan dan mereka pun melakukan ibadah mereka di dalam mesjid
(Zurqani).
Mengenai toleransi, dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Agama yang paling dicintai Allah adalah ajaran yang lurus-toleran.”(
HR. Ibnu Abi Syaybah dan Bukhari). Dari contoh-contoh yang telah
dipaparkan, jelas, sejatinya, ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Saw
menghapuskan segala bentuk penindasan, kekerasan, teror, atas nama
apapun.
Itulah sekelumit contoh dan uswah yang diajarkan junjungan kita, Bib. Tahun 2016 mungkin tahun keemasanmu, Bib. Sebagian kalangan menobatkanmu sebagai “Man of the year.”
Hebatnya lagi, sebagian kalangan ingin mengangkatmu sebagai Imam Besar
Umat Islam. Sebuah predikat yang terdengar hebat, namun tidak pernah
ditemukan rujukannya dalam ranah Islam “ahlu sunnah wal jamaah.” Tahun 2016 adalah tahun yang melambungkanmu ke atas panggung. Kau berhasil menarik perhatian jutaan umat Islam tanah air.
Namun, mendengar ceramahmu, mendengar
khutbahmu saya jadi miris. Inikah yang digadang-gadang sebagai Imam
Besar ? Bagaimana seorang Imam Besar dapat berkata demikian kepada
saudara-saudara muslim lainnya lantaran pilihan politik mereka yang
berbeda dengan Anda, Bib ?
0 komentar:
Posting Komentar