“…..tetap memilih orang kafir sebagai
pemimpin, maka persulit hidupnya, jangan sembuhkan penyakitnya. Tambah
penyakitnya biar lebih keras lagi. Jangan kasih obatnya, sempitin
rejekinya, susahkan urusannya. Hancurkan kehidupannya. Jangan dikasi
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Aamieen ya robbal alamieen.
Boleh nggak doa begitu? Boleh. Kok ketawa?
Boleh nggak doa begitu? Boleh. Makanya mulai hari ini di mimbar-mimbar
saya mau baca doa begitu. Pokoknya kalau di atas mimbar saya mau baca
doa begitu. Kalau dikasi tahu nggak ngerti, didoain baik nggak bisa
baik, ya sumpahin aja.”
Kalimat di atas disampaikan oleh ulama besar Indonesia, Habib Rizieq Syihab. Keturunan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai muslim dan pernah nyantri, tidak
pernah sedikitpun kyai saya mencontohkan doa yang buruk seperti itu.
Malah menurut kyai, berdoa buruk pada orang lain itu tidak baik dan
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Memang ada tafsir atau hadits yang
membolehkan mendoakan keburukan bagi orang yang didzolimi. Tapi akan
jauh lebih baik kalau tetap mendoakan kebaikan.
Suatu hari pernah ada santri yang kabur ke
luar pondok tanpa izin dan ketahuan merokok. Para ustad menghukumnya
dengan mencukur gundul dan pembacaan surat pernyataan secara terbuka di
hadapan tiga ribuan santri, bahwa dirinya tidak akan melanggar lagi.
Orang tuanya dan santri tersebut juga
dipanggil menghadap kyai. Keduanya dinasehati untuk berdiskusi. “Antara
ustad dan santri itu harus sama-sama ikhlas, supaya barokah. Jika salah
satunya tidak ikhlas, maka semuanya akan sia-sia. Silahkan anakku dan
bapak memutuskan, apakah ingin terus belajar di pesantren ini, atau
ingin belajar di luar.”
Kalimat seperti itu cukup sering dikatakan
oleh kyai saat menangani santri yang melakukan pelanggaran serius di
pesantren. Dan itu biasanya adalah jalan terakhir. Artinya, jika si
santri di kemudian hari masih melanggar lagi, maka mau tak mau kyai akan
menyerahkan santri tersebut kepada orang tuanya untuk dibawa pulang.
Kyai saya cukup sering marah. Marah jika
santrinya tidak tepat waktu. Marah jika tidak shalat jamaah. Marah kalau
santrinya merokok, dan seterusnya. tapi semarah-marahnya kyai, tidak
pernah sekali pun mendoakan santrinya dengan doa-doa yang buruk. Tidak
pernah!
Santri-santri yang melanggar bahkan ada
yang menantang duel ustad, pada akhirnya selalu didoakan agar bisa lebih
baik ke depan. Bisa bermanfaat bagi sesama, sukses dan dimudahkan jalan
hidupnya.
Pada saat malam wisuda, sebelum besok pagi
santri dinyatakan selesai dan keluar dari pesantren, kyai mengumpulkan
seluruh wisudawan. Saya masih ingat betul, sebab saya merupakan salah
satu dari dua ratusan santri yang di wisuda pada tahun 2007.
Saat itu, kyai memeluk satu persatu
santrinya secara bergantian dan mengatakan “ma’annajah,” artinya semoga
sukses. Ini dilakukan kepada semuanya, termasuk santri-santri yang
nakalnya luar biasa.
Itulah cerita singkat saya saat masih di
pesantren, dengan kyai yang luar biasa. Saya tidak pernah diajari kyai
untuk berdoa buruk kepada orang lain. Sepanjang saya belajar agama
Islam, dengan sejumlah kitab-kitab, hadits dan tafsir Alquran, tidak
pernah saya temukan anjuran agar orang Islam mendoakan keburukan bagi
orang lain.
Ulama Indonesia minta Allah sengasarakan orang yang memilih Ahok
Bagaimanapun soal boleh tidaknya mendoakan
keburukan pada orang lain bisa saja menimbulkan perdebatan dan pro
kontra. Dalam hal ini saya tidak ingin membahasnya lebih jauh. Islam
yang saya pelajari tidak menganjurkan doa buruk seperti itu. Kalau ada
kelompok Islam lain yang menganjurkan, sampai mau berdoa secara
konsisten di mimbar-mimbar, silahkan saja. Itu hak. Soal hidayah biarlah
jadi urusan Allah.
Tapi, dalam konteks memilih pemimpin dalam
hal ini pimpinan daerah, dengan cara mendoakan pemilih lawan politiknya
agar disengsarakan hidupnya, bagi saya ini sudah bab lain; menjual
agama, mengajak Allah berkampanye.
Pembaca Seword boleh beda pandangan soal
boleh tidaknya mendoakan keburukan bagi orang lain, tapi kalau Allah
diajak kampanye dan diminta agar menambah sakit pendukung salah satu
calon Gubernur, persulit hidupnya, persempit rejekinya, susahkan
urusannya sampai meminta Allah menghancurkan kehidupannya, kita harus
sepakat bahwa ini merupakan perbuatan keji. Sangat merendahkan Allah.
Dia kira Allah itu siapa? Yang bisa diajak untuk menyerang orang-orang
yang menjadi lawan politiknya?
Video berantai ulama besar Indonesia,
Habib Rizieq Syihab sudah menyebar ke mana-mana. Ini merupakan
penghinaan luar biasa kepada Allah yang diajak berkampanye melawan Ahok.
Doa yang seharusnya berisi ucapan-ucapan baik, dinista dengan begitu
buruknya hanya karena urusan Pilkada.
Sebagai orang Islam, saya bertanya pada
ulama dan para ustad di Indonesia, apakah yang dilakukan oleh ulama
besar Indonesia, Habib Rizieq Syihab ini dibolehkan dalam agama Islam?
jika ini bertentangan dari ajaran Islam, maka kita harus luruskan.
Jangan sampai rakyat disesatkan oleh praktik-praktik dan teori salah
dalam beragama.
Coba tanya ustad Yusuf Mansur, Aagym,
kyai-kyai dan ustad Nahdatul Ulama serta Muhammadiyah, apakah agama
Islam itu seperti yang ditunjukkan oleh Habib Rizieq Syihab? Sudah
saatnya kalian semua menjawab. Jangan diam saja, atau Islam di Indonesia
akan benar-benar seperti versi Habib Rizieq Syihab yang penuh dengan
amarah, kata kasar; setan, dajjal, biadab, iblis, bunuh dan seterusnya.
Begitulah kura-kura.
0 komentar:
Posting Komentar