Saya harus akui bahwa dalam Pilkada DKI
pasangan Petahana (Badja) memang selalu realistis dalam berbuat dan
berbicara. Tidak banyak khayalan tidak juga banyak obral kata-kata.
Sangat kontras dengan lawannya Anies-Sandi.
Tentu kita masih ingat tentang debat
Cagub-Cawagun pada putaran pertama. Ada yang mengapung dan ada yang
pandai beretorika. Sementara KPUD sendiri sudah menghimbau untuk paslon
menjawab dengan konkrit. Bertubi-tubi serangan ditujukan pada pasangan
Petahana, tapi semua terbantah dengan hasil kerja nyata.
Hari ini masyarakat harus diwaraskan dan
orang-orang harus dibangunkan. Karena kata menjadi lebih penting
ketimbang kerja nyata, bahwa pandai bicara lebih menjadi panutan dari
yang terbukti kerja. Semua ini adalah kekeliruan pada masyarakat
kontemporer Urban dalam menilai Paslon untuk memimpim mereka. Apa
gunanya pandai bicara jika tak ada hasil nyata yang dibenturkan pada
realita. Jadi ingat lagu Iwan Fals “Kalau hanya ngomong, burung Beo pun
bisa”.
Pada putaran kedua masa kampanye, disaat
pasangan lain masih sibuk retorika, ceramah, obral janji yang dipenuhi
kata-kata, hari ini bilang A besok bilang B. Disaat itu juga Petahana
tetap realistis dan tetap blusukan seperti saat mereka memimpin. Namun
nasib baik tidak berpihak pada Petahana dalam konteks pertarungan yang
sehat, tentu kita tahu jawabannya? Bahwa kubu lawan memainkan Isu agama,
sentiment Agama, Politik identitas dan sektarianis untuk menjatuhkan
Ahok-Djarot. Sementara tidak sedikit kepala daerah yang juga non-muslim.
Badja tetap teguh dan seperti biasa,
mungkin mereka paham bahwa isu agama adalah murahan dan cepat lakunya,
namun itu bukan persoalan yang begitu besar, karena hal semacam ini
sudah ada sejak Orba dalam melanggengkan kekuasaan. Buktinya pada
putaran pertama Ahok-Djarot tetap menjadi yang pertama.
Pada putaran kedua, Badja tampak senyap.
Strategi yang jitu dalam kampanye, saat Anies-Sandi sibuk obral janji
yang diviralkan di media sosial dan dipertontonkan di televisi. Justru
Petahana tetap sibuk untuk tetap dekat dengan warga. Yang paling ironis
pasangan lawan selain menjanjikan program yang akan direalisasikan, tak
sungkan juga mereka memainkan janji syurga oleh para simpatisannya.
Akhhhh gila, kalau uda janji syurga
mending jadi nabi aja sekalian. Lihat saja begitu ramai di media sosial,
“pilih pemimpin muslim jika mau syurga”.
Disisi lain, calon Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) justru membuat acara bertajuk “Ahok Show”.
Acara ini tayang di akun media sosial Ahok, kerennya Ahok menjadi host
acara tersebut sedangkan presenter Sarah Sechan menjadi co-host. Ahok
bercerita jika dirinya saat masih kecil diajarkan oleh gurunya bahwa
surga berada di telapak kaki ibu. Namun, menurutnya, hal itu berubah
setelah setelah ia mengikuti Pilkada DKI 2017.
“Dari (netizen) Sigit Prayoga,
(pertanyaanya) Pak pernah kepikiran jadi Stand-up komedian gak ? Jadi
Komika Pak,” kata Sarah, Jumat (17/3/2017).
Menjawab
pertanyaan netizen yang dibacakan oleh Sarah, Ahok menyebut, dirinya
setiap hari selalu melakukan stand-up (lawakan tunggal).“Bukan
gak kepikiran, setiap hari aku juga Stand-up kok. Eh gue ngasih Stand-Up
yang paling bagus ya, nih ada hubungan dengan politik zaman ini,” jawab
Ahok.
“Kalau zaman waktu kecil, selalu diajari
oleh guru saya, ‘Ingat ya, surga itu berada di telapak kaki ibu, jadi
harus menghargai ibu.’ Eh pas aku ikut Pilkada, surga ditentukan oleh nomor pilihan,” ujarnya yang disambut tawa Sarah dan penonton yang berada di lokasi.
Meski tak menjelaskan apa maksudnya, namun
melihat isu SARA yang kian kencang menerpanya sejak memutuskan maju di
Pilkada DKI 2017, bukan tidak mungkin Ahok menyindir pihak-pihak yang
kerap menggunakan isu SARA untuk mencari dukungan masyarakat Jakarta.
Apa yang dikatakan Ahok sangat realistis.
Jelas saja apa yang terjadi mengenai bela agama justru kebalikannya
yaitu memperburuk dan mencoreng agama itu sendiri. Ada gak agama yang
mengajarkan tetang syurga dalam pilihan kepala daerah. Yang ada malah
ajaran “hidup bersuku-suku untuk saling mengenal”.
Sekadar untuk informasi, acara “Ahok Show”
adalah cara baru Ahok berkampanye di putaran kedua Pilkada DKI 2017,
kemudian disiarkan langsung (live streaming) di seluruh akun sosial
media miliknya.
Acara ini telah dimulai Jumat (17/3/2017)
malam pukul 19.00 hingga pukul 20.00 WIB. Rencananya “Ahok Show” akan
digelar secara rutin setiap Jumat selama masa kampanye.
Acara ini mengundang nara sumber dari
sejumlah kalangan, termasuk anak muda yang berpengaruh terhadap
pembangunan Jakarta. Selain itu, ia juga berinteraksi langsung dengan
netizen di media sosial.
Adapun akun sosial yang digunakan mantan
Bupati Belitung Timur itu sebagai sarana untuk melakukan siaran langsung
yakni, Facebook @ahokBTP, akun Twitter @basuki_btp, kanal Youtube Ahok
BTP, dan akun Instagram @basukiBTP.
Cara kampanye Ahok-Djarot pada putaran
kedua tentunya lebih elegan dibandingkan obral janji dan bersilay lidah
seperti paslon No.3. Dengan banyaknya live streaming yang dilakukan
Badja, tentunya warga akan mendengarkan secara langsung dan melihat
bahwa pemimpin bukanlah yang pandai retorika.
Ahok… Ahok… “Dalam Pilkada syurga
ditentukan No pilihan”. Anies yang memposisikan diri sebagai intelektual
muslim moderat ayo berpikir realistis dong, jangan cuma DP yang
berubah-rubah terus dan berkamuflase. Seperti lagu “(m)Anies di bibir,
memutar kata malah kau tuduh akulah segala penyebabnya”
0 komentar:
Posting Komentar