Cari Blog Ini

Sabtu, 10 Juni 2017

Resep Ekonomi Jokowi Yang Seperti Ini Sedikit Bandingannya Di Dunia

Di dunia ini ada dua doktrin besar dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi yang didasari doktrin kapitalistik yang berpusat pada sektor swasta. Pada sistem ekonomi ini, negara tidak banyak ikut campur dalam pergerakan ekonomi masyarakat. Negara memberikan kemudahan sebesar-besarnya bagi sektor swasta untuk melakukan bisnis dan sebisa mungkin tidak memberikan hambatan apapun terhadap pengusaha dan sektor swasta, baik itu dari sisi regulasi, perpajakan dan lain sebagainya.
Doktrin ekonomi seperti ini banyak diterapkan di negara-negara industri-maju seperti Amerika Serikat, Singapura, Korea Selatan, Hong-Kong, Selandia Baru, Inggris dan lain sebagainya. Sekilas, jika kita melihat contoh negara-negara yang menggunakan doktrin ini, bisa dibilang memang ini adalah resep utama paling ampuh dalam memajukan suatu negara. Jika demikian, kenapa Indonesia tidak serta-merta menerapkan sistem ekonomi kapitalistik seperti ini? Jawabannya akan saya sebutkan nanti.
Doktrin ekonomi yang banyak diterapkan berikutnya adalah doktrin ekonomi sosialistik. Doktrin ekonomi sosialistik menekankan perlunya negara melakukan berbagai macam upaya untuk memperkecil jurang kemiskinan. Pada doktrin ini, negara akan meregulasi secara besar-besaran berbagai perusahaan dan memajaki para pengusaha dan orang-orang kaya sebesar besarnya agar perusahaan tidak bisa mempermainkan masyarakat dan uang pajak tersebut bisa digunakan untuk berbagai program “pro-rakyat”.
Doktrin ekonomi seperti inilah yang menjadi dambaan sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya dan sebagian besar masyarakat di negara-negara berkembang pada umumnya. Sehingga masyarakat di negara-negara berkembang sangat mudah terbuai dan memilih politikus yang menjanjikan “Jika saya terpilih, sembako akan murah, BBM akan murah, Listrik akan murah, pendidikan gratis, kesehatan gratis, ini itu murah, ini itu gratis”. Doktrin ekonomi seperti ini merusak mental rakyat sampai ke akar-akarnya karena mengikis mental juang masyarakat dan menyebabkan masyarakat menjadi pemalas serta hanya menunggu bantuan dari negara. ciri-ciri negara yang menerapkan doktrin ekonomi seperti ini bisa dilihat dari masyarakatnya, jika anda banyak bertemu orang yang ekonominya terbelakang lalu dia menyalah-nyalahkan pemerintah, pengusaha, orang-orang kaya dan sebagainya atas kemiskinannya, bisa dipastikan negara tersebut pasti menggunakan doktrin ekonomi sosialistik.
Doktrin ekonomi sosialistik telah terbukti gagal dan menghancurkan. Contohnya bisa kita lihat di negara-negara amerika latin seperti Venezuela, Brazil, Argentina dan sebagainya yang terus menerus dilanda kerusuhan dan krisis ekonomi.
Walaupun doktrin ekonomi ini gagal dan terbukti merusak, tetapi tetap saja banyak negara yang menerapkannya, kenapa? karena politikus yang menjanjikan  “Jika saya terpilih, sembako akan murah, BBM akan murah, Listrik akan murah, pendidikan gratis, kesehatan gratis, ini itu murah, ini itu gratis” akan lebih dipilih oleh masyarakat dibandingkan politikus yang mengajak “ayo kita semua kerja keras, nasib kita adalah tanggung jawab diri kita sendiri”. Inilah lingkaran kebusukan dan pembusukan yang tidak ada habisnya sebelum masyarakat sendiri menyadarinya.
Dimanakah posisi Indonesia pra Jokowi? Bisa dibilang kita tidak di dua-duanya, Bung Karno jelas sangat anti kapitalisme, Soeharto mewariskan “kapitalisme kroni” yang tidak kalah merusak, dan presiden-presiden di era reformasi bisa dibilang kebanyakan jalan ditempat ataupun belum sempat menunjukkan corak pemerintahannya karena berkuasa terlalu singkat.
Disinilah uniknya Jokowi, Jokowi sangat menekankan dan mengusahakan pencabutan subsidi yang tidak penting, masuknya investasi dan kemudahan dalam berbisnis. tiga hal ini merupakan kunci dari kapitalisme “putih” yang diterapkan di berbagai negara maju. dari segi ini bisa dibilang Jokowi menyerap aspek positif dari kapitalisme.
Tapi tunggu dulu, Jokowi juga menggalakkan program KIP, KIS, BPJS, Perumahan murah, sertifikasi tanah, pembangunan infrastruktur yang merata dan penguatan BUMN. hal-hal ini tidak akan kita temui pada negara-negara yang menganut kapitalisme murni. Jadi bisa dibilang Jokowi juga menyerap sisi positif dari sosialisme.
Investasi
http://economy.okezone.com/read/2017/04/26/320/1676544/jokowi-kita-fokus-infrastruktur-dan-investasi
http://katadata.co.id/berita/2017/05/29/jokowi-sebut-perizinan-masih-menghambat-investasi
https://tirto.id/jokowi-yakinkan-pemodal-hongkong-agar-investasi-di-indonesia-cnQp
http://poskotanews.com/2017/05/12/jokowi-dan-presiden-chile-sepakati-kerja-sama-dagang-dan-investasi/
http://finansial.bisnis.com/read/20170315/9/637391/jokowi-minta-pertumbuhan-investasi-capai-8
Jika kita menuliskan keyword “Jokowi Investasi” di Google, beritanya ada banyak dan tidak habis-habis. bagi orang keterbelakangan intelektual yang tidak faham ekonomi (baca = haters), Investasi mereka anggap sebagai “menjual negara”. Ini merupakan pemikiran sesat, dua analogi yang akan saya tuliskan dibawah ini akan menjelaskan investasi ala pemerintahan Jokowi
  • Udin merupakan orang kaya yang hartanya milyaran tetapi hanya ditumpuk di bawah tempat tidurnya, Agus merupakan orang susah yang rajin dan pandai berdagang tetapi tidak memiliki modal untuk membuka usaha, Udin lalu meminjamkan uang kepada Agus untuk modal usaha dengan syarat keuntungannya dibagi 70% untuk agus dan 30% untuk udin. Ini adalah contoh paling sederhana dalam investasi, dalam kasus ini, apakah Agus dirugikan? atau ini merupakan solusi yang sama-sama menyenangkan bagi Agus dan Udin?
  • Desa Lembah Hijau merupakan daerah yang subur dan sangat cocok untuk menanam wortel berkualitas ekspor, tetapi karena desa tersebut terisolasi, masyarakat tidak bisa menjual hasil perkebunannya sehingga banyak yang membusuk dan terbuang sia-sia. pada suatu ketika, Pak Haji Banjari seorang kaya raya dari Jakarta ingin memodali pembuatan rel kereta api untuk angkutan orang dan barang. Penduduk desa Lembah Hijau perekonomiannya meningkat karena sekarang mereka bisa menjual hasil panen mereka keluar wilayah dan Haji Banjari menjadi semakin kaya karena tiket kereta apinya laku keras. apakah ada yang dirugikan dalam transaksi ini?
Selama pemerintah tidak gegabah dan tetap mengawasi dengan ketat, investasi merupakan motor penggerak ekonomi yang sangat ampuh sehingga diperebutkan oleh berbagai negara. Mirisnya, di Indonesia banyak misinformasi yang sengaja dihembuskan ditengah-tengah masyarakat oleh para politikus gagal move-on dan dikoar-koarkan oleh para haters bahwa investasi itu merusak dan berbahaya.
Tidak perlu diragukan lagi pemerintahan Joko Widodo telah banyak menarik investasi “putih” untuk masuk dan menjadi penggerak ekonomi Indonesia.
http://www.jawapos.com/read/2016/07/30/42136/pecah-rekor-realisasi-investasi
Kemudahan dalam berbisnis
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/17/153445826/bank.dunia.naikkan.peringkat.kemudahan.berbisnis.indonesia
Peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, mencatatkan lompatan tertinggi dan merupakan satu diantara negara dengan lompatan peringkat paling signifikan di Dunia, Semua itu terjadi di era pemerintahan Joko Widodo.
Peringkat kemudahan dalam berbisnis ini sangatlah krusial karena semakin mudah orang bisa memulai dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia, maka akan semakin banyak lapangan kerja yang terbuka bagi masyarakat luas. Peringkat kemudahan berbisnis ini juga bisa dibilang menjadi penanda maju tidaknya suatu negara, silahkan lihat di berbagai ranking “ease of doing business”, bisa dipastikan negara-negara yang masuk 20 besar pastilah negara maju ataupun negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan. walaupun saat ini Indonesia masih bertengger di posisi 91, itu sudah merupakan prestasi luar biasa karena selama ini kita selalu berada di posisi diatas 100. Dari semua presiden, baru Joko Widodo saja presiden yang benar-benar berfokus memperbaiki aspek ini untuk kemajuan Indonesia. Presiden-presiden sebelumnya, menyebut saja rasa-rasanya tidak pernah.
melihat dua contoh diatas, bisa dikatakan presiden Jokowi menyerap aspek-aspek positif dari kapitalisme. Berikutnya saya akan menjawab pertanyaan yang belum terjawab diatas.
Mengapa Indonesia tidak menerapkan kapitalisme seutuhnya?
Mental, ya inilah alasan utama kita tidak bisa secara mendadak merubah arah ekonomi kita.
Indonesia yang menyerap kapitalisme dan pasar bebas bulat-bulat akan menjadi pasar dan pekerja kasar bagi negara-negara lain.
Oleh karena itu, selain memperbaiki perekonomian dari atas, Pemerintahan Joko Widodo juga berusaha mati-matian mengangkat kualitas hidup golongan terlemah dari bangsa Indonesia.
Pembangunan infrastruktur
https://news.detik.com/berita/d-3503776/bertemu-pemred-media-jokowi-bahas-pembangunan-infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan kunci kemajuan suatu negara, karena dapat membuka akses bagi suatu wilayah untuk terkoneksi dengan wilayah lainnya sehingga dapat meningkatkan perdagangan yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Selain itu, pada pembangunan infrastruktur, tenaga kerja yang diserap adalah benar benar mayoritas dari kalangan menengah kebawah sehingga golongan tersebut terbebas dari keadaan menganggur dan mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk membiayai pendidikan dan makan yang layak bagi anak-anaknya yang akan menjadi penerus bangsa. ini merupakan strategi jitu dari presiden Jokowi untuk menggerakkan ekonomi dari bawah.
KIP, KIS, BPJS dsb,
https://www.tempo.co/topik/masalah/3365/kartu-indonesia-sehat-kis-kartu-indonesia-pintar-kip-bpjs-jkn-kartu-keluarga-sejahtera-kks
Dengan berbagai program tepat sasaran ini, pemerintah mengupayakan secara maksimal untuk meningkatkan “kualitas” masyarakat Indonesia sehingga bisa bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Walaupun belum sempurna (dan wajar saja belum sempurna) pendidikan di Indonesia sudah semakin merata dan dirasakan oleh berbagai golongan, begitu juga kesehatan yang semakin murah dan mudah diakses dengan adanya KIS dan BPJS sehingga masyarakat bisa mengalihkan uang yang mereka dapatkan untuk hal-hal yang lebih penting seperti membeli makanan yang bergizi dan lain-lain.
Inilah resep ekonomi Jokowi yang memperbaiki perekonomian Indonesia dari bawah dan atas sekaligus.
Kesimpulannya, walaupun belum sempurna (wajar saja setelah negara kita dirusak ratusan tahun oleh penjajah asing dan dirusak puluhan tahun oleh kesalahan manajemen), pemerintahan Jokowi telah sekuat tenaga mengembalikan negara ini kepada rel yang mengarah kepada kemakmuran dan kesejahteraan bagi sebanyak-banyaknya anak bangsa Indonesia. Hanya tukang mimpi yang mabuk lem aibon yang menuntut dan menyalah-nyalahkan Jokowi yang baru memerintah selama 3 tahun atas berbagai permasalahan yang ada di Indonesia. saya yakin siapapun yang memerintah, permasalahan di Indonesia yang telah mengakar selama 400 tahun lebih tidak akan bisa diselesaikan seluruhnya dalam waktu singkat.
Setidaknya, ditangan presiden Joko Widodo perbaikan itu nyata dan terasa.
Dari sudut gerbang utama negara ini saya bercurah pendapat…

0 komentar:

Posting Komentar