Cari Blog Ini

Rabu, 21 Juni 2017

Luar Biasa! Pembangunan Jalan Trans Papua, Jokowi ‘Sumpal’ Mulut Pit Hitam

Seorang Pit Hitam yang bersembunyi di balik sebuah organisasi yang melindungi hak manusia, sempat membantah pembangunan seluruh infrastruktur yang menghubungkan kota-kota penting di Papua, yang dilakukan oleh pemerintah.
Padahal di dalam gebrakan yang dilakukan oleh Jokowi, Jalan Trans Papua yang dirancang sepanjang 4300 kilometer, sudah selesai 3800 kilometer pada akhir tahun 2016. Namun ada seorang sebut saja Pit Hitam, mempertanyakan hal tersebut lantaran ia kurang piknik ke daerah Papua yang (konon katanya) merupakan kampung halamannya.
Dirinya juga meminta pemerintah agar menunjukkan rincian panjang jalan prioritas dan strategis untuk konektivitas kota/ kabupaten, propinsi, dan juga jalan nasional kepadanya. Menurut Pit Hitam yang kurang pergi berpiknik, dan juga yang merupakan kolega dari sang prajurit gempal berkuda, tidak ada pembangunan yang signifikan di Papua.
Bukan hanya Pit Hitam yang kecewa, ia pun membawa-bawa rakyatnya yang menganggap pembangunan di papua tersebut merupakan pemborosan yang terstruktur, sistematis, dan masif. Isu pertama dikatakan bahwa tidak ada grand design yang dilakukan dan direncanakan oleh Jokowi di dalam pembangunan selama lima tahun ini.
Isu pertama yang dirasa kurang panas, isu SARA pun dimunculkan, kontraktor bukan orang asli Papua, semua pendatang dan dianggap mendulang uang dari Papua dan membawa hasil ‘rampasan’ keluar. Setelah isu SARA cukup dirasa mantap, Pit Hitam pun menggunakan isu-isu yang lebih parah, yakni mengadu domba pemerintah dan rakyat Papua.
Menteri PUPR dikatakan dengan sengaja tidak membayar pengusaha Timika, sehingga membuat pengusaha tersebut bangkrut. Luar biasa apa yang menjadi strategi licik Pit Hitam di dalam menghantam pemerintah.
Saya memang sengaja membicarakan orang itu, para pembaca Seword tentu tahu siapa yang saya maksudkan. Namun alangkah baiknya jika saya tidak membuka seluruh namanya, karena saya tidak ingin artikel saya yang keren ini dikotori oleh nama orang tersebut. Maka sebut saja dia Pit Hitam. Mari kita lanjutkan.
Kunjungan-kunjungan Jokowi pun dianggap Pit Hitam sebagai kunjungan yang sia-sia. Berkali-kali Jokowi hadir ke Tanah Papua, dianggap sebagai sebuah pencitraan dan tidak membawa dampak apapun bagi warga Papua. Memang semakin lama kita dapat melihat bahwa Pit Hitam ini bukan hanya berkulit gelap, melainkan berhati gelap dan bergelap mata.
Mata yang gelap, membutakan Pit Hitam di dalam fakta pembangunan Papua yang begitu cepat. Hati yang gelap, membuat Pit Hitam terus dirundung oleh rasa iri dan dengki. Mungkin kita tahu bahwa Sinterklas merupakan sebuah tokoh mitos yang ada di kisah anak-anak.
Sinterklas merupakan sesosok bapak tua yang berbaju merah, yang cukup dikenal oleh dunia barat. Setiap malam Natal, Sinterklas pun masuk melalui cerobong asap setiap rumah di daerah bersalju, untuk menjawab setiap mimpi anak-anak. Namun kita tahu hal tersebut adalah sebuah mitos dan kisah anak-anak.
 
Jokowi tentu bukan Sinterklas, namun apa yang diberikan Jokowi, merupakan jawaban bertahun-tahun rakyat Indonesia. Indonesia yang sempat saya anggap sebagai negara dunia ketiga, di tangan Jokowi, berubah menjadi negara yang memiliki pemerataan pembangunan.
Kedengkian sudah merasuk jauh ke lubuk hati Pit Hitam. Entah ia iri atau memiliki agenda tertentu dengan Sang Pangeran Gempal Berkuda yang begitu jahat, menjadikan mereka buta mata dan buta hati. Hmmm… Bicara tentang buta mata dan buta hati, tentu kita mengingat makian Rizieq kepada Almarhum Gus Dur.
Pit Hitam menganggap Jokowi justru merupakan sumber masalah di Papua karena tidak memiliki kemampuan sosial untuk membangun kepercayaan. Betulkah demikian? Hanya Tuhan dan Pit yang tahu. Padahal jelas-jelas Jokowi disambut meriah saat tiba di Bandar Udara Sentani.
Para warga antusias menyaksikan kedatangan Jokowi dan ia pun disambut dengan sebuah tarian dan marching band. Jadi tudingan Pit Hitam ini bukannya menghancurkan Jokowi, malah semakin membuat posisi pemerintah semakin kuat.
Pembangunan tetap dijalankan oleh pemerintahan, sembari dinyinyiri oleh banyak orang. Rasanya apa yang dikatakan oleh seorang filsuf bernama Friedrich Nietzsche benar.
What doesn’t kill you makes you stronger
Begitulah mungkin yang membuat Jokowi dan kabinet kerja semakin maju semakin solid di dalam melakukan pemerataan pembangunan. Jangan biarkan Pit Hitam dan Pangeran Gempal Pret-Pret Berkuda mengganggu apa yang dikerjakan oleh Pak Dhe dan Menteri.
Betul kan yang Pak Dhe lakukan?
 
Betul kan yang saya katakan?

0 komentar:

Posting Komentar