Adanya wacana untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), mendapatkan reaksi dari berbagai kalangan. Terutama terdapat sejumlah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang akan melindungi pembubaran HTI. Akan tetapi, terdapat sejumlah pihak yang mendukung langkah pemerintah.
Yakni, Menko Polhukam, Wiranto, mendapat dukungan dari sejumlah purnawirawan. Jelas, hal tersebut merupakan menguatkan kekuatan Wiranto untuk membubarkan HTI. Walaupun begitu, memang harus ada langkah tegas dari Wiranto terkait hal tersebut.
Lebih jauh, pembubaran HTI yang ditugaskan kepada Wiranto sepertinya langkah menguji komitmen Wiranto kepada Presiden Jokowi. Wiranto sendiri baru masuk pada resuffle menteri pada 2016. Wiranto sendiri menggantikan posisi Luhut Panjaitan.
Alasannya, Wiranto dinilai teruji dan berpengalaman terutama saat mengawal transisi dari Orde Baru ke Redivasi. Namun, keputusan tersebut menuai kontra. Salah satunya dari Komisi Untuk Orang Hilang Dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Kepala Divisi Pemantauan Impunitas Kontras, Feri Kusuma mengungkap, Presiden Jokowi bertindak tidak tepat memilih Wiranto. Terutama untuk menduduki posisi strategis yang berhubungan dengan masyarakat dan negara. Dia menganggap Wiranto sebagai terduga kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu.
Di antaranya tragedi Trisakti, peristiwa Semanggi I, Semanggi II, Timor Leste, dan penetapan daerah operasi militer di Aceh. Mengenai HTI, dalam tulisan yang dirilis dari Pusat Kajian Strategis Mabes TNI, HTI menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh kunci dalam militer Indonesia, seperti mantan jenderal. Ini termasuk mantan kepala staf Angkatan Darat Jenderal Tyasno Sudarto.
Di mana Tyasni telah menunjukkan diri bersama HTI berdemonstrasi selama kartun karikatur Denmark yang controvers. Mantan jenderal lainya yang kuat dan seorang politikus, Jenderal Wiranto juga diketahui telah bertemu dan secara pribadi bersimpati kepada tujuan kelompok ini.
Hubungan yang kuat ini telah menyebabkan HTI memperoleh akses kepada militer Indonesia. Pemimpin HTI sering tampil sebagai pembicara pada pembicaraan agama dan khotbah￾khotbah yang diselenggarakan di berbagai instansi militer.
Pemimpin HTI juga mengakui bahwa mereka. Berada dalam kontak yang konstan dengan jenderal AD dan perwira dari Indonesia Badan Intelijen Negara (BIN). Ini adalah jalan bagi HTI untuk mempresentasikan ide-ide mereka dan mudah-mudahan membantu dalam menghidupkan kembali kekhalifahan.
Mereka bermaksud untuk meminta bantuan dari militer. Bahkan telah diakui oleh umum Muhammad al￾Khaththath dalam rapat umum diselenggarakan di Masjid Al-Azhar di Jakarta pada tanggal 2 September 2005.
Meninjau lebih jauh kedekatan HTI dengan Wiranto, terutama pada Aksi Bela Islam. Di mana pada salah satu aksi, kelompok tersebut mendatangi kantor Menko Pulhukam untuk menuntaskan kasus hukum penistaan agama. Walaupun begitu, pada aksi tersebut sebenarnya tidak hanya HTI yang mengikuti. Tetapi, kelompok-kelompok yang memiliki misi untuk memenjarakan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Hal yang tidak masuk akal kenapa massa aksi mendatangi Menko Pulhukam. Harusnya massa aksi mendatangi Menkumham. Alasannya, sejumlah golongan memiliki kedekatan dengan Wiranto. Di antaranya dengan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab.
Kedekatan Wiranto dan Rizieq Shihab diakui oleh keduanya. Kedatangan Rizieq Shihab ke rumah dinas Menkopolhukam Wiranto di Jalan Denpasar Raya C3/9, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/2/2017) sebenarnya bukan hal mengejutkan. Keduanya memang memiliki relasi yang bisa dilacak hingga nyaris dua dekade silam.
Dan hal itu tidak disembunyikan oleh keduanya. Di hadapan para wartawan, Wiranto mengaku telah mengenal dekat Rizieq Shihab sejak sebelum tahun 2000. Lebih dari sekadar kenal, keduanya mengaku pernah berjuang bersama menjaga negara saat reformasi terjadi. Memang benar, saat ini Jokowi sedang benar-benar menguji komitmen Wiranto. Terutama pada pembubaran organisasi masyatakat (ormas) Islam garis keras.
Nampaknya memang, dari sejumlah tulisan Allan Nairn menunjukan saat ini ada banyak pemberontak yang dekat dengan Presiden Jokowi. Tidak bisa dipungkiri musuh-musuh Presiden ini berada sangat dekat Presiden. Selain itu, barisan sakit yang sempat di resuffle di jajaran kementerian telah merapat ke kubu Prawobo. Di antaranya, mantan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan dan mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Kwik Kian Gie.
Terlebih, Anies sudah teruji merapat kepada Prabowo. Dia mau dipinang oleh Partai Gerindra untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Dan saat ini Anies dinyatakan menang dalam pemilu DKI Jakarta.
Berdasarkan Informasi yang dihimpun, Jusuf Kalla menyimpan sejumlah nama di kabinet. Di antaranya, audirman Said yang mantan Menteri ESDM. Dia baru saja diangkat Anies sbg Ketua Tim Sinkronisasi yg nangani proses transisi dri Jarit Ke Anies-Sandi. Lalu,Rudiantara,m sebagai Menkominfo dan Yudhi Krisnandi mantan Menteri Aparatur Negara.

Sumber