Cari Blog Ini

Senin, 26 Juni 2017

Awesome!! Jokowi: Kehidupan adalah Kerja dan Cinta, Itu Kita Jalani Dengan Sederhana Saja

Pak Jokowi memulai kehidupannya dalam kesederhanaan bahkan dapat dikatakan sangat prihatin. Ia adalah anak seorang tukang kayu, ayahnya bernama Noto Mihardjo dan Ibu Sujiatmi, dia besar di bantaran sungai. Ia telah mengalami bagaimana menjadi miskin dalam artian yang sebenarnya, namun ia tak pernah mengeluh. Ia menjalani kehidupannya apa adanya.
 
Usia Sekolah Dasar, Jokowi berdagang apa saja untuk membiayai sekolahnya dan mengumpulkan uang receh yang ditabung dalam sebuah celengan yang terbuat dari gerabah. Terkadang ia juga menjadi tukang ojek payung serta menjadi kuli panggul yang membantu ibu-ibu yang sedang belanja di pasar. Ia tau bagaimana susahnya menjadi rakyat. Namun uniknya Jokowi tetap gembira dan melakukan semuanya dengan ikhlas, ia dapat membiayai sekolahnya serta membantu keluarganya. Jokowi kecil sesungguhnya patut menjadi panutan buat anak-anak jaman sekarang yang begitu dimanja oleh berbagai fasilitas yang membuatnya nyaman. Sehingga kemudian ketika   perjuangan hidup yang begitu keras menghampiri mereka, mereka menjadi tidak tahan uji dan cepat menyerah.
Pada umur 12 tahun Jokowi juga telah belajar menggergaji kayu, meskipun beberapa kali tangannya terkena gergaji namun ia tak putus asa dan berkat ketekunannya serta keuletannya ia dapat menggergaji dan hasilnya pun bagus. Di sini Jokowi memahami bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan haruslah ditekuni sungguh-sungguh, dengan niat dan juga doa pastilah apa yang kita harapkan dapat tercapai.
Ia melanjutkan studi S1  di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ups…bukan Gad Ahmada lho, di Yogyakarta dan mengambil jurusan Teknologi Hasil Hutan. Ia belajar dengan tekun mengenai struktur kayu, bagaimana pemanfaatannya serta teknologinya. Jokowi menjalani kuliahnya dengan diselingi kerja sana sini untuk biaya kuliah dan makan sehari-hari. Bahkan ia pernah diusir dari kostnya karena tidak mampu membayar. Dengan kehidupan yang serba ngepas ini, Jokowi hidup dengan disiplin yang kuat. Jokowi mampu memaknai hidupnya yang prihatin dengan bahasa kemanusiaan, dalam kondisi susah seseorang akan menghargai tindakan manusiawi. Jokowi juga tampil menjadi sosok yang peduli dengan lingkungan sosialnya, menurutnya dengan banyak bersosial akan menambah rasa kepedulian sosial kita pada sesama.
Setamat kuliah, ia tetap menekuni ketrampilannya dalam penggergajian kayu, namun ia sudah memiliki wawasan yang luas. Ia melihat bahwa industri kayu berkembang dengan pesat, ia pun mendalami mebel. Untuk modal usahanya ia meminjam di Bank dengan jaminan rumah orangtuanya. Namun berkat kerja keras dan ketekunannya, ia berhasil mengembangkan usaha mebelnya ini. Ia menangis bahagia ketika para karyawannya dapat makan dari usaha yang dikembangkannya ini.  Ia merasakan betapa indahnya dapat menolong sesama.
Ketekunan, kerja keras  dan kejujuran Jokowi mendatangkan banyak berkat baginya, usaha mebelnya berkembang sangat pesat. Ia mulai merambah pasar luar negeri, dan berhasil mengekspor mebelnya puluhan kontainer ke Eropa. Ia pun dapat mengunjungi Negara Eropa, sungguh menjadi suatu pengalaman yang sangat disyukurinya. Namun perjalanannya ke Eropa tidak semata-mata untuk sekedar jalan-jalan ataupun berswafoto seperti kebanyakan turis lainnya, ia menggunakan kesempatan ini untuk belajar tentang kemajuan kota-kota di Eropa. Ia memikirkan dan mencari tau mengapa kota-kota di Eropa sangat manusiawi, sangat tinggi kualitasnya baik kualitas penghargaan terhadap ruang gerak masyarakat maupun penghargaan terhadap lingkungannya. Jawaban terhadap refleksinya ini ia temukan bahwa Ruang kota dibangun dengan bahasa kemanusiaan, bahasa kerja dan bahasa kejujuran. Ketiga hal inilah yang diimplementasikannya dalam kepemimpinannya menjadi Walikota Solo.
Jokowi tau bahwa untuk dapat memajukan kotanya, mau tidak mau ia harus terjun ke dunia politik. Meskipun keluarganya sangat menentangnya, namun Jokowi tetap kukuh maju dalam pemilihan Walikota Solo. Rupanya keberuntungan berada di pihaknya, ia terpilih menjadi Walikota Solo meskipun menang tipis. Ia menerima mandat masyarakat Kota Solo dengan “Kerja”. Ia mengabdikan dirinya sebagai pelayan sepenuhnya untuk menjadikan Solo kota yang maju dan branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan “Solo: The Spirit of Java” benar-benar dilaksanakannya dan bukan hanya menjadi retorika belaka.
Langkah-langkah progresif dilakukannya yaitu dengan merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjar Sari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung secara rutin dan terbuka dengan masyarakat.
Rebranding ini turut didukung dengan pengembangan citra kota Solo sebagai “kota budaya” dan “kota batik”. Pada tahun 2011 Solo menjadi kota batik Indonesia. Dalam masa kepemimpinannya sebagai Walikota Solo, Jokowi berhasil mendamaikan Keraton Surakarta, menata pedagang kaki lima, melakukan pembenahan transportasi umum, menolak pendirian mall di lokasi bekas pabrik es Saripetojo untuk membatasi maraknya pasar modern dan melindungi pasar tradisional yang menyebabkan terjadi konflik antara dirinya dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, melakukan pembenahan tranportasi umum, pembenahan terhadap pendidikan dan kesehatan, menekan militan radikal, melakukan pembangunan Solo Techno Park dan menjadikan mobil Esemka sebagai mobil dinas Jokowi serta banyak keberhasilan lainnya.
Jokowi melakukan semuanya dengan kerja dan cinta, pernah suatu kali ia berpesan kepada Kepala Satpol PP seorang perempuan yang menggantikan Satpol PP yang terpaksa dipecatnya,”Kerjalah dengan bahasa cinta, karena itulah yang diinginkan setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban, masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai dirinya, lingkungan dan Tuhan”. Dengan inilah ia membangun Kota Solo yaitu dengan bahasa cinta.
Sukses membangun Kota Solo, Jokowi diminta oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI pada Pilgub DKI tahun 2012, karena merupakan kader dari PDI Perjuangan maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari Ibu Megawati Soekarnoputri. Sebagai wakilnya dipilih Basuki Tjahaya Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR RI. Pilkada DKI putaran pertama dimenangkan oleh Jokowi-Basuki dan Fauzi Bowo- Nachrowi Ramli yang kemudian harus bersaing lagi di Pilkada DKI putaran kedua.
 
Pilkada DKI putaran kedua diwarnai berbagai tudingan kampanye hitam, yang berkisar pada issu SARA, politik, korupsi dan politik transaksional. Pertarungan politik merambah ke dunia media sosial dengan peluncuran Jasmev, pembentukan media center, serta pemanfaatan media Youtube dalam kampanye politik.  Akhirnya pada tanggal 29 September 2012 KPU DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menggantikan Fauzi Bowo dan Prijanto.
Semasa memimpin DKI Jakarta, Jokowi pun ditempa oleh berbagai macam persoalan yang kompleks. Di awal pelantikannya pun ia harus berdebat dengan anggota DPRD DKI  mengenai biaya pelantikannya. Jokowi menginginkan pelantikannya diselenggarakan dengan sederhana, sehingga akhirnya DPRD menurunkan biaya pelantikan Gubernur DKI Jakarta menjadi Rp 550 juta yang pada awlnya dianggarkan sebesar Rp 1,05 Milyar. Acara pelantikan pun sederhana, diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.
Persoalan lain yang dihadapi Jokowi diantaranya adalah pengambilalihan sumberdaya air, peningkatan upah minimum provinsi,  pembenahan transportasi umum, rotasi jabatan, mengatasi banjir tahunan Jakarta, penataan pemukiman kumuh, pembenahan citra kota, pembenahan tata kota serta reformasi keuangan dan anggaran. Semuanya dijalani Jokowi dengan penuh kesungguhan bersama Basuki Tjahaya Purnama, banyak hal yang telah mereka lakukan untuk warga DKI Jakarta. Semua dijalani dengan kerja dan cinta.
Dua tahun yaitu 2012-2014 Jokowi memimpin Ibukota Jakarta dan tahun 2014 Jokowi melenggang lagi untuk meraih tampuk Pimpinan tertinggi di Indonesia yaitu dengan mencalonkan diri sebagai Presiden RI dengan wakilnya Jusuf Kalla yang didukung oleh 4 partai politik sementara Prabowo-Hatta didukung oleh 6 partai politik. Pertarungan yang cukup keras mewarnai Pilpres 2014 ini. Issu SARA dan kampanye hitam kembali mewarnai. Namun akhirnya pilihan rakyat jatuh pada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Tanggal 22 Juli 2014 KPU RI menetapkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Keduanya dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014.
Menjadi orang nomor satu di Indonesia, tidak menjadikan Jokowi jumawa melainkan ia semakin menunjukkan kesederhanaannya. Ia tetap bekerja sepenuh hati dan dengan cintanya kepada rakyat Indonesia.
Selama hampir tiga tahun ini prestasinya sungguh luarbiasa, ia membangun Pos Lintas Batas Negara  yang megah, ia membangun tol darat maupun tol laut, ia menyelesaikan program-program pendahulunya yang mangkrak, ia setia dengan blusukannya sampai ke pelosok desa untuk dapat berkomunikasi lebih dekat dengan masyarakat, ia sangat memperhatikan pendidikan dan kesehatan dengan membagikan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar dan ia berpesan agar mereka yang mendapatkan kartu ini sungguh-sungguh memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia berhasil menarik para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Ia juga sukses dengan program Tax Amnesti-nya
Kunjungan kerja Jokowi ke Papua
Jokowi tetap sederhana, ia tidak malu makan di warteg dan hanya menghabiskan uang sekitar Rp 800 ribu-an bersama para Menterinya, sementara ada pejabat lainnya menghabiskan uang hampir Rp 8 juta-an untuk makan siang bersama rombongannya. Jokowi pernah mengundang para pedagang kaki lima; pedagang nasi goreng, sate, bakso, mie, tauge goreng serta sekoteng untuk menjamu para Menterinya. Jokowi selalu ingin menyenangkan rakyatnya dengan memberikan kuis berhadiah sepeda bagi anak-anak kecil, orang tua, para artis dan seniman, petani dan nelayan serta wartawan yang dapat menjawab pertanyaannya. Jokowi selalu membawa semuanya dalam tawa dan canda sehingga membuat rakyatnya bahagia berada di dekatnya.
Jokowi tetap sederhana walau segala fasilitas yang dimilikinya memungkinkan ia dapat menggunakannya secara lebih. Namun ia tetap memilih seragam putih hitamnya dengan harga sederhana. Meskipun demikian ia sesekali bolehlah menggunakan sepatu sneaker yang berbandrol sekitar Rp 2 jutaan yang membuat netizen heboh. Ya iyalah masa Presiden kita ngga boleh pakai sepatu yang keren juga dan mahal. Kan ia juga menggunakannya demi kenyamanan dalam kunjungan kerjanya, untuk mengurus rakyatnya.
Jokowi tetap sederhana dengan candaria bersama keluarganya yang sangat dicintainya. Iriana istrinya yang bijaksana dan tidak meminta porsi lebih sebagai Ibu Negara.  Anak-anaknya Gibran, Kahiyang Ayu dan Kaesang yang tau diri dan tidak meminta fasilitas berlebih sebagai anak seorang Presiden.
Ya! Jokowi sungguh telah menjalankan kehidupannya dengan kerja, bahasa cinta dan sederhana saja.
Salam Seword
Ref:


0 komentar:

Posting Komentar