Cari Blog Ini

Selasa, 27 Juni 2017

GNPF Tak Bela Rizieq, Tak Berani Minta Rekonsiliasi atau Ancam Revolusi


Satu hal yang menarik dari pertemuan GNPF dengan Presiden Jokowi di Istana adalah, tidak adanya bahasan khusus tentang Rizieq yang sekarang kabur ke Arab Saudi. Bachtiar Nasir malah memuji kinerja Jokowi.
 
Bahkan pengacara Rizieq, Kapitra Ampera, yang biasanya sangat lihai dalam memberikan komentar-komentara absurd, dari visa unlimited sampai undangan raja Salman, namun setelah bertemu Jokowi dia tidak berani membuat pernyataan yang bersifat klaim sepihak. “Sebetulnya lebih ke arah silaturrahim hari ini. Kami belum bicara ke tingkat (rekonsiliasi) itu.”
Petinggi GNPF yang datang menemui Jokowi di Istana, tidak ada yang berani membahas soal rekonsiliasi atau meminta Rizieq dibebaskan. Tidak ada sama sekali.
Saya pikir inilah akhir dari arogansi seorang Rizieq. Kini orang yang pernah dua kali dipenjara dan sekarang sedang menyandang status tersangka untuk dua kasus hukum, sepertinya sudah ditinggal oleh para pendukungnya sendiri.
GNPF tidak mendengar seruan Rizieq yang meminta rekonsiliasi atau mengancamnya dengan revolusi. GNPF malah berbicara hal lain tentang program pemerintah dan dukungan terhadap upaya-upaya memajukan bangsa ini.
GNPF tak berani bahas rekonsiliasi
Kita tahu, bagi warga umum dan bukan pejabat Istana, kesempatan bertemu Presiden sungguh sangat langka sekali. Sebab jadwal Presiden sangat padat dan dengan agenda serta tugas yang banyak.
GNPF yang kemarin bertemu Jokowi, seharusnya benar-benar sudah menyampaikan hal-hal penting yang ingin mereka sampaikan. Jika sebelumnya Kapitra Ampera mengirim surat kepada Jokowi agar kasus Rizieq dihentikan, seharusnya kemarin saat bertemu langsung dengan Presiden, hal itu sudah disampaikan. Namun seusai bertemu Presiden, Kapitra menyebut bahwa pertemuan itu sebatas silaturaahmi biasa dan tidak sampai pada bahasan rekonsiliasi.
 
Bagi Presiden sendiri, setelah pertemuan tersebut, tidak sedikitpun memberikan pernyataan langsung. Semua hanya berita dari personel GNPF sendiri dan Pratikno. Menunjukkan bahwa pertemuan ini merupakan pertemuan yang biasa saja, dalam rangka open house, dan memang tidak ada bahasan serius yang perlu ditanggapi.
Pertemuan GNPF dan Jokowi kemarin pada intinya tidak membahas rekonsiliasi atau penghentian kasus Rizieq. Sebab rekonsiliasi memang tidak diperlukan. Apa yang mau direkonsiliasi? Sementara kasus Rizieq juga tidak mungkin dihentikan, sebab Presiden tidak akan mengintervensi hukum. Lagipula kasus Rizieq terlalu banyak, mau dihentikan semuanya?
Kalau sudah begini, maka ke depan, GNPF sudah tidak akan mampu lagi berbicara soal rekonsiliasi atau penghentian kasus Rizieq. Sebab publik juga akan berpikir, kan mereka sudah bertemu Presiden, mengapa tidak dibahas saat mereka bertemu?
Rizieq ditinggal sendiri
Rizieq yang sekarang masih kabur ke Arab Saudi, benar-benar ditinggal sendiri, tiada yang menemani. Orang-orang yang ke Arab menemui Rizieq hanyalah orang yang sama-sama bermasalah. Sementara GNPF di Indonesia memilih mencari aman dengan tidak ikut-ikutan mengancam revolusi.
GNPF memilih untuk berkomunikasi, silaturrahmi. Melupakan kasus mesum Rizieq, melupakan rekonsiliasi, melupakan revolusi. Karena sejatinya semua itu hanyalah ilusi dari arogansi diri. Arogansi Rizieq yang tak tahu diri.
Dengan kondisi seperti ini, saya pikir ujung dari cerita Rizieq, GNPF dan kasus mesum serta penghinaan terhadap Pancasila, seharusnya bisa membuat Rizieq menjadi orang yang konsisten dipenjara oleh Presiden-presiden Indonesia. Rizieq pernah dipenjara di era Megawati dan SBY, dan sepertinya akan kembali dipenjara di era Jokowi. Istiqomah sebagai narapidana.
Kehadiran GNPF di Istana tanpa menuntut penghentian kasus Rizieq, menjadi simbol yang sebaliknya: kasus Rizieq silahkan dilanjutkan.
Sebagai warga negara Indonesia yang mengharapkan negeri ini maju, saya berharap agar ke depan GNPF bisa lebih bijak lagi dalam bersikap dan berkomentar. Sehingga kita tidak perlu lagi terlibat dalam perdebatan panjang dan aksi-aksi yang menghabiskan milyaran rupiah hanya untuk melayani syahwat politisi.
 
Biarkanlah Rizieq dihukum dan dipenjara. 7 kasusnya kalau diproses semua, mungkin bisa menjeratnya sampai mati di penjara. Lumayan negeri ini bisa damai dan aman. Lihatlah Ramadhan kali ini tanpa Rizieq, tak ada lagi cerita sweeping warung yang buka siang hari. GNPF dan ummat Islam tidak perlu membela orang-orang yang bermasalah dengan hukum, sebab Islam tidak mengajarkan itu. Begitulah kura-kura.

0 komentar:

Posting Komentar