Cari Blog Ini

Rabu, 28 Juni 2017

Ahok Inisiasi, Jokowi Skak Mat GNPF MUI, Bachtiar Nasir: Kami Ingin NKRI yang Utuh



Sekali lagi kita melihat betapa brilian Pak Presiden Republik Indonesia di dalam memberikan semangat kepada rakyatnya, termasuk ormas intoleran seperti GNPF MUI yang dikomandoi oleh ekor Rizieq, Bachtiar Nasir. Sebenarnya jika kita ingin melihat secara kritis dan detail, GNPF MUI sebenarnya gagal paham dengan namanya sendiri.
Seharusnya, sesuai dengan namanya, mereka adalah pengawal fatwa MUI. Namun di dalam tindak tanduknya, mereka malah terkesan mengawal ulama cabul dan ingin Presiden menghentikan dan mengintervensi kasus kriminalisasi tersebut.
Beberapa bulan yang lalu, MUI pun sudah menjadi organisasi yang mulai bergeser ke arah sayap kanan, bersama dengan Jokowi. Terbukti dari pelantikan Ma’ruf Amin sebagai panitia pengawal Pancasila di Istana Negara langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Maka sekarang, GNPF MUI dipaksa bergeser dan didorong ke ujung tebing, seolah-olah ditanya sebenarnya apa standpoint mereka. Rasanya di dalam terjepitnya GNPF MUI, mereka mulai bermasalah secara internal, bahkan organisasi seumur jagung dan masih hangat sehangat titik-titik, harus memilih di antara dua pilihan.
Kedua pilihan tersebut adalah mereka dipaksa untuk tetap menjadi ‘ekor’ Rizieq, atau ‘ekor’ MUI. Ujung-ujungnya memang tidak enak, tetap ‘ekor’, karena memang pada awalnya tujuan diciptakan GNPF MUI sangat tidak jelas. Mereka harus menerima akibat buruk, tetap menjadi ‘ekor’.
Pada akhirnya, mereka terpaksa memilih MUI, karena dengan memilih Rizieq, tidak ada untung-untungnya sama sekali. Pertimbangannya seharusnya sederhana, mereka dipaksa untuk memilih antara tersangka atau organisasi resmi di Indonesia. Jelas bagi mereka mendukung MUI yang adalah organisasi resmi, jauh lebih menguntungkan.
tampang mereka sebelum bertemu Jokowi, terlihat gagah
Memang menguntungkan, karena dengan demikian, mereka aman, setidaknya berada di bawah ketiak MUI yang juga berafiliasi dengan Jokowi. Akhirnya tekanan-tekanan baik dari internal maupun bully-an masyarakat kepada GNPF MUI membuat Bachtiar Nasir pada akhirnya mengemis-ngemis untuk bertemu Jokowi.
GNPF MUI sebagai penengah, tidak serta merta membuang Rizieq ke tempat sampah idealisme. Bagaimanapun juga, Rizieq sudah ikut berkontribusi membesarkan GNPF MUI. Maka besar kemungkinan, ketika bertemu dengan Presiden, Bachtiar Nasir membawa kasus Rizieq dan mencoba membelanya.
sewaktu bertemu… baru sadar ternyata Jokowi bukan lawan yang sepadan buat mereka..
Lalu apa respon Jokowi? Hmm.. Ini pun saya penasaran. Suatu hal yang pasti, hasil pertemuan GNPF MUI dengan Presiden Jokowi membuat mereka panas dingin, direndahkan sedemikian rupa oleh istana. Bayangkan saja Presiden sudi menemui mereka pada waktu open house Lebaran di Istana yang mengundang semua golongan masyarakat.
Bukan hanya menemui mereka seperti layaknya orang-orang pada umumnya, Jokowi pun hanya memberikan waktu 20 menit, itu pun didominasi oleh pihak istana. Hahaha. Presiden dan pihak istana berhasil mempermalukan GNPF MUI dengan cara yang sangat elegan.
Tidak perlu demo besar-besaran seperti Amien Rais di dalam menurunkan harga diri Soeharto, bahkan ingin menggunakan tangan Prabowo untuk menurunkan Soeharto. Jokowi hanya perlu duduk di istana, seolah-olah diam dan tidak ngapa-ngapain.
Dalam strategi ini, Jokowi unggul jauh di atas Amien Rais. Jokowi tidak perlu membawa mahasiswa untuk melancarkan aksinya, sedangkan Amien Rais didukung oleh banyak mahasiswa. Amien Rais pun direndahkan serendah-rendahnya, dengan gaya catur santai nan mengejutkan ala Jokowi.
Pada akhirnya, Jokowi berhasil merendahkan lawan-lawan politik yang mengeksploitasi agama untuk merebut kekuasaan. Taktik istana ternyata berhasil. Bahkan bukan hanya menjatuhkan pola pikir radikal dan ekstrim para pengekor Rizieq. Istana berhasil mengubah 180 derajat arah pikir GNPF MUI.
Sejak kapan kita bermimpi bahwa GNPF MUI ingin NKRI yang utuh? Bukankah selama ini mereka sangat loyal kepada Rizieq yang menganggap ISIS adalah saudara mereka? Apa yang terjadi dengan GNPF MUI? Sekali lagi, orang yang ada di belakang ini adalah Jokowi.
Gerakan catur Jokowi membuat Bachtiar Nasir dan para begundalnya harus tunduk kepada NKRI. 
“Kami tidak ingin Indonesia perang saudara atau diperalat oleh yang menginginkan Indonesia pecah. Cita-cita kami, kembali ke NKRI yang utuh seperti yang dicita-citakan pendiri bangsa ini,” kata Bachtiar.
Dengan cara ‘mendiamkan’ kasus Ahok, Jokowi sangat diuntungkan. Mengapa? Karena kasus Ahok itu sangat tidak masuk akal jika vonis hakim kepada kasus Ahok 2 tahun. Maka dengan Ahok masuk penjara, Ahok aman, Jokowi pun dapat dengan leluasa menggebuk dan menghantam ormas-ormas radikal. Kasus hukum Ahok saja tetap diproses. Bagaimana mungkin kasus dugaan chat porno Rizieq didiamkan? Hahaha.
Sungguh tidak masuk akal jika kasus Ahok pun diusut sampai tuntas, bahkan divonis dua kali lebih berat dari tuntutan jaksa, sedangkan kasus serius Rizieq yang jelas-jelas melanggar tidak diusut. Lucu. Bahkan terlebih lagi, banyak yang mengatakan bahwa pasal yang menjerat Ahok masih agak prematur, sedangkan pasal pornografi yang menjerat Rizieq sangat matang.
Ahok dijerat dengan Pasal 156 a Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) juncto Pasal 28 ayat 2 Undang-undang nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Pasal 156 a KUHP:
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 28 ayat 2 UU no 11 Tahun 2008 tentang ITE:
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Sedangkan pasal yang menjerat Rizieq tentang pornografi:
Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi :
Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi
Sementara itu, Pasal 6 Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi:
Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan
Pasal 9 Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi :
Setiap orang dilarang menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi.
Jadi tidak berlebihan bahwa semua yang dikerjakan Jokowi sebenarnya merupakan gebrakan yang lebih dahulu dilakukan oleh Ahok. Memang menyedihkan, melihat anak bangsa yang begitu berkontribusi bagi Jakarta, harus berakhir karir politiknya dengan jeratan pasal yang masih prematur. Namun tanpa Ahok, saya yakin jalan Jokowi untuk mempertahankan NKRI sangat sulit. Jokowi sekarang dengan mudah menekuk ormas-ormas radikal. Bahkan ormas tersebut dapat mengakui kekalahannya dan berkata “Cita-cita kami adalah NKRI yang utuh”.
Lantas apakah mereka sepenuh-penuhnya tunduk pada NKRI? Belum tentu. Jangan terlalu cepat berharap kepada perubahan total di tubuh GNPF MUI. Bisa saja mereka hanya melakukan lip service alias ‘sebatas perkataan’. Dengan kondisi ini, kita dapat ibaratkan Jokowi sedang men-skak-mat lawannya dan pada akhirnya lawan harus mengakui kekalahannya, meskipun lawan tidak terima. Bravo Jokowi!Terima kasih Ahok, terima kasih Jokowi.
Betul kan yang saya katakan?

0 komentar:

Posting Komentar