Cari Blog Ini

Senin, 19 Juni 2017

Radikalisme Masuk Indonesia, Apa Sikap Anda?

Fanatisme keagamaan yang berlebihan dan cenderung brutal hanya akan mendatangkan malapetaka. Pembelaan membabibuta tanpa alasan yang cukup terhadap agama nyata-nyata adalah sebuah sikap lebay nan lucu. Apalagi bila narasi bela agama atau bela Tuhan konon hanya demi nafsu kedagingan dan nafsu berkuasa semata.
 
Agama dan Tuhan sesungguhnya tidak perlu dibela seakan-akan mereka lemah dan tak berdaya. Perlakuan pembelaan seperti itu sangat tidak perlu. Apalagi, dalam suasana dan situasi sama sekali tidak ada ancaman terhadap agama dan Tuhan, untuk apa dibela-bela bak telah terjadi sebuah peristiwa maha darurat yang sementara mengancam agama dan Tuhan? Apakah jangan-jangan keselamatan Tuhan lagi terancam?
Weleh…weleh…..Hari ini yang justru sangat terancam adalah persatuan bangsa dan kemanusiaan, bukan yang lain. Itu dulu yang diberesi segera bila kita ingin hidup lebih lama lagi di negeri ini dan bukannya mati konyol di tangan para radikalis yang kemungkinan otaknya sudah pindah ke dengkul. Bukan malah membuat-buat tagline ambigu tak jelas seperti ‘bela agama’, ‘bela Tuhan’, ‘bela ulama’.

Lihatlah dan belajarlah dari sejarah. Tentang bagaimana agama ternyata oleh sebab ulah para pemeluknya justru bisa ‘dipakai’ oleh Iblis sebagai alat merekayasa lalu menciptakan peperangan antar manusia. Antar sesama pemeluk agama. Membuat sesama manusia saling serang dan saling bunuh. Itu sebabnya, atas nama agama bom diledakkan di London, di Amerika, di Colombo, di Pakistan, di Afghanistan, di Perancis di Indonesia, di Kampung Melayu, dan dimana-mana. Itu pekerjaan iblis. Saya bisa pastikan itu.

Atas nama agama pula, orang dikejar-kejar, dikutuk, difitnah, dipenjarakan. Atas nama agama Gereja dan Mesjid dilempar, dirusak dan dibakar. Agama, oleh para pemeluknya perlahan-lahan tanpa sadar telah menjadi kekuatan yang demonis, kekuatan yang dapat digerakkan oleh Iblis. Orang siap membunuh atas nama agama. Mengerikan. Tak usah heran banyak orang di dunia ini yang memilih untuk tidak beragama.
Agama memang penting. Sangat penting. Tetapi yang harus kita pikirkan bersama bahwa betapapun pentingnya agama itu, ia cuma alat bukan tujuan. Jadikanlah alat tetap sebagai alat, dan tujuan sebagai tujuan, jangan dibolak balik cara berpikirnya. Tak bosan-bosannya saya mengatakan ini: Agama untuk manusia bukan manusia untuk agama! Tuhan menciptakan manusia jauh sebelum agama apapun didirikan atau dibangun di muka bumi ini.
ISIS, cuci otak, dan Keinginan Menguasai Dunia
Rupanya keinginan menguasai dunia bukan baru lahir abad ini, atau hari ini di sini. Kelakuan rakus dan serakah ingin menguasai segalanya sudah ada sejak jaman kuda gigit besi. Jamannya nenek buyut kita punya nenek buyut punya nenek buyut pangkat tujuh buyut. Sudah ada sejak jauh sebelum kita lahir.
Untuk memberi beberapa contoh saja, mari kita buka mata terhadap sejarah. Orang-orang Persia menginvasi Eropa dalam upaya menaklukkan orang-orang Yunani sudah dimulia sejak abad kelima Sebelum Masehi. Orang Yunani bernama Alexander Agung bahkan berusaha menaklukkan seluruh Asia, sampai ke India, pada sekitar abad keempat Sebelum Masehi. Semua itu terjadi tentu dengan pertumpahan darah.
Baik orang Persia di timur dan orang-orang Yunani di barat mendirikan kerajaan kolonial yang didirikan melalui sebuah tindakan penaklukan militer berdarah-darah. Lalu ada juga orang Romawi yang didirikan atas sebuah penaklukan militer berdarah di Mesopotamia, Arab barat laut, dan di Asyur pada sekitar abad kedua Sebelum Masehi.
Perang dunia pertama dan kedua juga terjadi adalah karena keinginan kuasai menguasai yang tak mudah pupus dalam diri para penguasa zaman itu.
Lalu bagaimana dengan ISIS? Sama. Rencana utama ISIS adalah mengambil alih tanggung jawab, kontrol, kepemimpinan seluruh populasi Muslim dunia meskipun harus dengan menghalalkan segala cara, jika perlu dengan paksaan, intimidasi dan pencabutan nyawa.
Kisah-kisah kampanye ISIS yang mengerikan di seluruh Irak dan Suriah secara konsisten disebarluaskan oleh mereka sendiri, tak pernah lepas dari tindakan penganiayaan dan pembunuhan sadis. Potong jari, potong tangan, potong leher semudah potong bebek angsa. Mereka masih manusia atau sudah jadi binatang sih?
ISIS tidak pernah satu kalipun merahasiakan ambisi utamanya yaitu keinginan untuk menciptakan Khilafah Global. Itu tujuan mereka. Dilakukan dengan penuh strategi busuk nan licik.
ISIS memulai perjuangan mereka untuk mengganti semua yang mereka anggap salah atau keliru. Mulai dari menghancurkan patung sampai kepada menghancurkan sistem pemerintahan yang tidak sesuai keinginan mereka.
Kemudian dimulai dari Timur Tengah, mereka berusaha mengambil alih semua peperangan atas nama Islam. Setiap ada peperangan maupun peledakan bom akan langsung diklaim oleh ISIS. Mengakui bahwa merekalah pelakunya. Mengambil kredit poin dari setiap kejadian.
Mereka juga menyasar Eropa dan Amerika. Tak sampai di situ, Asia dan Indonesia pun dijadikan sasaran. Sebelum akhirnya mewujudkan upaya besar mereka untuk memimpin umat Islam seluruh dunia. Membawa umat yang dipimpin kepada sebuah pertempuran suci, pertarungan apokaliptik melawan “orang-orang kafir”.
Jalan menuju Khilafah Global ini adalah jalan berdarah-darah. Mereka membunuh, menganiaya, memotong leher orang lain secara sadis tanpa rasa bersalah. Mendirikan khilafah adalah jalan besar yang kontroversial. Paham ini telah menyesatkan banyak orang.
Kebanyakan Muslim moderat yang masih punya akal sehat tentu tidak akan serta merta tunduk pada interpretasi bodoh ala bossnya ISIS si al-Baghdadi yang sangat brutal terhadap Islam dan agama lain itu. Sikap ISIS terhadap orang-orang kafir, baik Muslim maupun non-Muslim sungguh amat keterlaluan, sangat jelas bunyinya: Bunuh lalu masuk sorga atau terbunuh.
 
Hari ini gelagat kaum radikal yang ingin segera menguasai ‘pangsa pasar’ Indonesia sudah terbaca. Maka bermunculanlah pertentangan dan perlawanan terhadap ISIS dan semua antek-anteknya berbasis ormas radikal. Perlawanan muncul tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Salah satu benih perlawanan dunia maya itu adalah dengan lahirnya Seword, media opini yang kini tumbuh sebagai yang paling terkemuka dan mutakhir di Indonesia.
Tentu para radikalis akan terus nyinyir, ngeyel, dan ketar-ketir menyikapi bentuk-bentuk perlawanan yang terus bermunculan. Saking putus asanya mereka, lalu diturunkanlah bala tentara dunia maya berupa robot, dan virus-virus busuk yang senantiasa ‘menempel’ setiap tulisan perlawanan terhadap radikalisme.
Tak ada sedikitpun keraguan dalam hati saya mereka juga akan segera menempel di tulisan ini dengan sumpah serapah, fitnah, hoax, spam, dan yang sejenisnya begitu tulisan ini tayang. Ah, emang gue pikirin. Ogah lah.
ISIS Punya Cara Rekrut Melalui Cuci Otak yang Luarbiasa Radikal
Anda mungkin masih ingat kisah Dian Yulia Novi, wanita Indonesia pertama yang terang-terangan siap berjihad lewat bom bunuh diri? Aksi perdananya saat itu berhasil digagalkan Densus 88 di depan Istana. Perempuan muda ini mau melakukan itu adalah oleh karena hasil cuci otak kaum radikal semacam ISIS. Mana ada orang muda perempuan lagi yang mau menghancurkan dirinya berkeping-keping meninggalkan keluarganya bila tidak ada cuci otak.
Ketika diwawancarai Tempo, wanita ini menunjukkan sikap yang sangat tenang. Tetapi ketika berbicara soal jihad, ia menjadi sangat tegas. Apalagi ketika dipertanyakan soal amaliyah (pengorbanan). Dian mengatakan melakukan jihad oleh karena mencari berkat Tuhan, ingin menerima kebajikan dari Tuhan.
Mari kita telisik kembali beberapa potongan hasil interview untuk lebih jelas melihat latar belakang dan motivasi Dian serta bagaimana otaknya berhasil dicuci oleh para kaum radikal.
Apa yang memotivasi Anda?
Pertama, itu karena kita penasaran. Mengapa harus ada pembunuhan, mengapa harus tangan dipotong? Semuanya terlihat begitu garis keras. Saya sangat menentang ini dan berdebat dengan akun jihad di Facebook. Saya melawan mereka selama berbulan-bulan. Mereka berkata: “Saudari, jika Anda diperkosa, keluarga Anda (anggota) diperkosa, apa yang akan Anda lakukan? Anda akan marah, bukan?” Saya setuju.

Lalu, apa yang akan Anda lakukan?
Tentu saja saya akan membalas dendam. Dalam Islam, kita adalah satu tubuh. Jika sesama orang percaya tertindas, bagaimana perasaan kita? Tentu ada rasa sakit. Di sinilah saya mulai menjadi tertarik. Ada sesuatu yang benar dalam hal itu. Tapi (saya tanya), di media dikatakan bahwa ini dan itu tidak diperbolehkan? Mereka berkata, “Saudari, media apa yang kamu lihat? Media Islam, atau media sekuler?”

Bisakah anda memberi contoh akun jihadi?
Ulama Binti Gulam. Mereka bilang dia ada di Syria. Dia adalah wanita yang sering menjelaskan banyak hal. Jika saya tidak mengerti sesuatu, dia akan menjelaskannya.

Meskipun Anda tidak tahu siapa di balik akun ini?
Bukan itu masalahnya. Jika mereka mata-mata, akhirnya mereka akan menemukannya. Kita akan tahu apakah itu nyata atau tidak dari komentar mereka. Untuk memastikan, saya bertanya sekitar itu.

Sudah berapa lama kamu mengikuti akun jihadi ini?
Sepanjang tahun lalu.

Kapan Anda tertarik untuk masuk lebih dalam ke dalam ajaran Islam?
Sejak saya bekerja di Taiwan. Di sana, ponsel bisa digunakan dengan bebas. Saat istirahat bekerja di rumah untuk orang tua, saya akan mencari informasi lainnya. Saat itu saya tidak memikirkan jihad. Saya berpikir bahwa hukum yang dibuat oleh manusia harus diganti dengan hukum seperti yang ditemukan dalam Al Qur’an.

Mengapa Anda mencari informasi religi di media sosial?
Sulit untuk melakukannya di dunia nyata. Orang lebih tertutup, mereka mungkin berpikir bahwa Anda adalah mata-mata. Mereka juga takut terdeteksi, jadi lebih aman di media sosial. Saya bertanya-tanya mengapa mereka harus membunuh dan melakukan pemboman. Apakah tidak ada cara lain?
Lalu datanglah niatmu untuk melakukan amaliyah?
Kembali dari Taiwan, tidak ada niat seperti itu. Namun, setelah semakin dalam, niat itu tumbuh. Ada jalan masuk, insyaallah saya sudah siap.
Fanatisme agama yang berlebihan menjadikan kita super kerdil dalam berpikir dan mengambil keputusan. Ketika kita sudah lebih mementingkan agama daripada sesama kita manusia, tamatlah kita. Ketika demi hukum dan peraturan agama, kita menutup hati dan menutup mata bagi orang lain. Orang lain kita lihat sebagai musuh, hanya karena agamanya berbeda.
Mencintai agama yang kita anut itu sangat baik. Tetapi jangan lalu kemudian kita menjadi ekstrim. Membunuh, menganiaya, merusak dengan cara mengerahkan massa untuk membela Tuhan? Ini semua adalah sikap-sikap keliru dalam mencintai agama. Apalagi bila Tuhan atau agama mau dibela dengan cara membenci orang yang berlainan keyakinan. Sikap ini jelas menghujat Tuhan dan bukan membelaNya.
Kalau kita punya pemahaman yang benar tentang agama kita masing-masing, sangat pasti kita tidak akan mudah dihasut oleh siapapun dan dalam bentuk apapun, apalagi dicuciotak. Kita dijauhkan dari sikap terlalu fanatik terhadap agama (chauvinisme religious), atau cinta buta terhadap agama. Bukankah kita itu nggak boleh terlalu cinta buta pada pacar kita, nah begitu juga pada agama kita. Saya sih nggak mau. Bagaimana dengan Anda?

Sumber 

0 komentar:

Posting Komentar