Semua pasti sepakat kalau pancasila adalah sebuah janji. Sebuah janji yang muncul setelah berjuang bersama-sama mengusir musuh. Janji itu lahir karena pengorbanan besar baik harta maupun nyawa. Pengorbanan besar dari individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Janji itu adalah janji dimana setiap individu yang hidup di negara ini, bisa mendapatkan kesetaraan. Tidak ada minoritas, tidak ada mayoritas. Tidak ada yang bisa disalahkan dengan janji itu, karena tidak akan merdeka seperti sekarang kita jika kita dulu tidak bersatu mengusir penjajah. Tidak akan merdeka kita jika tidak ada pejuang-pejuang islam, pejuang-pejuang kristen, pejuang-pejuang budha, dan lain-lainnya.
Dan, janji itu adalah janji untuk mendirikan negara bersama-sama dan hidup rukun bersama-sama, serta mengabaikan perbedaan yang ada ketika kita berada dalam kehidupan bernegara. Ketika janji itu dilanggar, maka jangan lagi berharap ada nama Indonesia di peta dunia.
Terkait dengan HTI baru-baru ini, saya mengakui bahwa HTI pada dasarnya baik karena membawa syariat-syariat Islam. Namun, menjadi tidak baik ketika mereka mulai membisikkan dari telinga ke telinga setiap muslim di Indonesia untuk mengingkari janji kita terdahulu. Negara khilafah menurut saya bukan sesuatu yang jelek, hanya salah tempat jika ingin didirikan di negeri ini. Mengapa? Jawabannya simpel karena bangsa ini sudah terlanjur berjanji.
Ingat! Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar perjanjian yang telah ia buat dengan orang lain. Dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 58, berbunyi:
“Dan jika kamu khawatir akan pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.”
Sebagai muslim di Indonesia, seharusnya kita tetap memegang setiap janji kita dan janji para pendahulu kita. Jangan sampai muslim di Indonesia di cap sebagai pengkhianat dan pengingkar janji. Inilah yang harus disadari oleh saudara-saudara kita di HTI. Mereka harus sadar dengan itu, sehingga mereka sadar juga bahwa Indonesia bukan tempat yang pas untuk mendirikan khilafah. Sebagai muslim tentu berat mengatakan hal seperti ini, tapi begitulah seharusnya.
HTI sebaaiknya mencoba mendirikan negara khilafah di tempat lain. Menurut saya, yang paling logis dan paling pas sebenarnya adalah di Arab Saudi. Arab saudi adalah pusat dunia islam, sumber lahirnya islam, dan bahasa qur’an dan hadist menjadi bahasa sehari-hari disana. Dan tidak kalah penting, mereka tidak memiliki janji seperti kita.
Namun, sepertinya Arab Saudi pun menolak didirikannya negara khilafah. Saya kurang paham dengan alasan Arab Saudi kenapa menolak, tapi, kalau bangsa Arab saja menolak didirikannya negara khilafah, mengapa kita harus dipanas-panasi untuk mendirikan negara khilafah? Mudah-mudahan ini bisa menjadi pertimbangan buat ulama seperti felix siauw dan saudara-saudara kita yang join dengan HTI.