Edisi revisi Kurikulum 2013 mulai
diterapkan secara nasional pada tahun ajaran 2017-2018. Keputusan ini
sangat menggembirakan bagi segenap stakeholder pendidikan. Di tengah
kegalauan dan ketidakpastian penerapan kurikulum di Indonesia. Edisi
revisi Kurikulum 2013 hadir untuk menjawabi ketidakjelasan penerapan
sistem pendidikan sekaligus menjawabi kebutuhan kaum akademisi. Dunia
pendidikan di Indonesia kembali berpikir ulang dan meramu sistem
pendididikan yang selaras jaman. Hasilnya kurikulum 2013 mulai
diterapkan pada peserta didik baru tahun ajaran 2017-2018. Satu
pertanyaan penting berkaitan dengan penerapan kurikulum 2013 ini apakah
benar-benar menjawabi tuntutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat
ini isu penting yang menjadi tanggung jawab bersama adalah semakin
maraknya gerakan radikalisme dan keinginan membangun negara khilafah.
Tulisan ini berangkat dari keprihatinan yang mendalam penulis berkaitan
dengan kondisi republik ini yang mulai digerogoti oleh paham radikalisme
dan keinginan membangun negara khilafah. Setidak tidaknya ada dua
berita penting untuk melukiskan keadaan Indonesia saat ini. Selengkapnya
berita dari Kompas.com menjadi dasar kita untuk menilai ke arah mana NKRI ini akan berlabuh.
Masuknya paham radikalisme di dunia pendidikan menjadi keprihatinan banyak pihak, karena dapat memunculkan tindakan intoleransi pada para pelajar.
Direktur Peace
Generation Irfan Amalee mengungkapkan indoktrinasi paham radikal itu
dilakukan dalam berbagai cara. Maka dari itu, peningkatan pemahaman baik
guru dan siswa akan bahaya radikalisme menjadi penting untuk menangkal
perkembang-biakannya.
Menurut Irfan,
ada beberapa narasi dalam perekrutan kelompok-kelompok radikal yang
harus dipahami oleh guru dan siswa. Pertama, kelompok radikal biasanya
menggunakan narasi politik.
“Buat anak-anak
yang galau itu mereka melihat ketidakadilan, itu mereka langsung
terpanggil untuk jihad,” kata Irfan dalam sebuah diskusi di Jakarta,
Selasa (2/5/2017).
Kedua, kelompok
radikal juga menggunakan narasi historis. Menurut Irfan, ini juga perlu
diperhatikan oleh para pendidik dalam pendidikan sejarah.
“Karena pendidikan sejarah itu bisa saja bukan membangkitkan wisdom, tetapi justru membangkitkan dendam,” imbuh Irfan.
Ketiga, narasi psikologis, atau mengglorifikasi tokoh-tokoh kekerasan sebagai pahlawan. Keempat, instrumental naration atau menganggap kekerasan itu sebagai solusi memecahkan masalah.
Terakhir adalah narasi keagamaan atau menggunakan ayat-ayat untuk merekrut anggota baru kelompok.
“Mereka
mencomot, ambil sana-sini sepenggal ayat, kalau anak-anak membaca itu,
dan gurunya tidak paham, bisa kalah gurunya. Semakin ingin anak
bergabung dengan kelompok radikal. Dan ini cara (perekrutan) yang paling
efektif,” ucap Irfan.
Selanjutnya berita dari Tempo.co
menjelaskan tentang keberadaan organisasi masyarakat yang ingin membawa
negara ini ke arah khilafah. Sekurang kurangnya petikan ini menjadi
dasar pemahaman kita, seperti apa wajah Indonesia saat ini yang mulai
dibelokan ke arah khilafah.
“Kepala
Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur
Jenderal Setyo Wasista, mengatakan lembaganya telah mengantongi sejumlah
alat bukti mengenai kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
yang diduga bertentangan dengan Pancasila dan mengancam keutuhan
negara. Salah satunya, kata dia, berupa bukti rekaman kegiatan dakwah
HTI di sejumlah universitas yang mengusung ide membangun khilafah di
Indonesia”.
Dua berita penting di atas menjadi acuan
penulis untuk coba mencari hubungan kausalitas antara penerapan
kurikulum 2013 dengan keadaan bangsa saat ini. Asumsi dasar yang mau
dibangun dalam tulisan ini berupa adakah dampak penerapan kurikulum 2013
mampu membentengi NKRI dari gigitan pengaruh radikalisme dan ide
negara khilafah.
Karateristik kurikulum 2013: Siswa aktif belajar dan warna empat pilar Kebangsaan ditonjolkan
Setelah melewati diskusi yang panjang
akhirnya KEMDIKNAS berhasil mereview kurikulum 2013. Ada beberapa
keunggulan penting yang mau dihadirkan dalam kurikulum ini. Pancasila
sebagai suatu filosofis ehidupan bangsa senantiasa menginspirasi ide
dasar pengembangan kurikulum. Kurikulum membentuk manusia Indonesia
yang: a. beragama dan menghormati agama lain, b. cinta bangsa, tanah
air, dan negara memiliki kepedulian untuk mengembangkan kehidupan
kebangsaan, sosial dan ekonomi yang berkeadilan, d. demokratis yang
mampu menghargai pluralisme sosial dan budaya, e. mampu berkontribusi
untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang bermartabat dan saling
menghargai, f. membangun masyarakat yang berkeadilan sosial. Kurikulum
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang menempatkan
budaya Indonesia sebagai dasar pengembangan pendidikan Indonesia yang
mampu dan bermanfaat untuk mengembangkan kualitas manusia.
Dilihat dari penjabaran teknis di atas
jelas sekali bahwa penegakan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
menjadi napas yang menghidupi kurikulum ini. lewat kurikulum 2013 ini
setiap manusia Indonesia diharapkan memiliki semangat cinta tanah air,
patriotisme yang tinggi, menerima keberagaman sebagai aset bangsa,
memiliki etos kerja yang tinggi, berpikir kreatif dan inovatif, jujur
dan bertanggung jawab. Kompetensi yang dimiliki manusia Indonesia tentu
saja menjadi aset penting yang harus dikembangkan dan ditingkatkan demi
perkembangan dan kemajuan bangsa. Jika seluruh masyarakat Indonesia
sudah memiliki kompetensi ini, bukan hal mustahi lagi untuk mengatakan
Indonesia menjadi negara maju. Grand design dalam kurikulum 2013 ini
mesti didukung dengan penuh kesungguhan oleh semua praktisi pendidikan,
mulai dari kepala sekolah, guru-guru, peserta didik itu sendiri dan
masyarakat. Kesungguhan dalam menjalankan kurikulum ini sudah pasti akan
mematikan ruang gerak radikalisme dan keinginan untuk membangun negara
khilafah.
Empat pilar kebangsaan versus radikalisme dan ide negara Khilafah
Ancaman terhadap NKRI, Pancasila dan UUD
1945 saat ini bukan hanya sekedar fenomena sesaat saja. Boleh dikatakan
gerakan yang mau menggeser Pancasila dan UUD 1945 sudah mulai dilakukan
secara terstruktur, sistematis, dan masif. Meminjam perkataan Prabowo
sewaktu menggugat kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014, gerakan
radikalisme dan ide membentuk negara khilafa sudah pasti dilakukan
secara struktur, sistematis dan masif. Beberapa indikator yang mengarah
pada gerakan radikalisme adalah pada saat perhelatan Pilkada DKI, Ahok
diserang bertubi-tubi karena latar belakang agama yang berbeda dengan
agama mayoritas penduduk Jakarta. Larangan memilih pemimpin non muslim,
dan masih banyak lagi kegiatan antipancasila yang menjadi cerita yang
menghiasi kehidupan berbangsa dan bertanah air Indonesia. Semuanya itu
tidak terlepas dari keberadaan ormas-ormas radikal yang sudah
terangan-terangan melancarkan aksinya.
Beruntung Indonesia saat ini dipimpin oleh
Jokowi. Segala bentuk kegiatan yang mengarah atau melenceng dari empat
pilar kebangsaan akan “digebuk” Jokowi. HTI sudah dibubarkan dan
sebentar lagi ormas radikal lainnya mengalami hal serupa, akan
dibubarkan. Tentu ketegasan sikap pemerintahan Jokowi saat ini menjadi
jaminan yang melegakan semua komponen bangsa. NKRI, Pancasila dan UUD
1945 dan kebhinekaan mesti tetap tegak berdiri di tanah air ini.
Kurikulum 2013: Salah satu strategi penghalau Radikalisme dan ide negara Khilafah
Peran dunia pendidikan terhadap perubahan
dan kemajuan suatu bangsa tak dapat dipungkiri lagi. Hal ini disadari
betul oleh pemerintahan Jokowi. Justru Presiden Jokowi menegaskan supaya
sistem pendidikan di Indonesia seharusnya bisa menjawabi kebutuhan
tenaga kerja dan menjawabi kebutuhan real dalam kehidupan berbangsa.
Selain memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik,
kurikulum 2013 edisi revisi ini sangat menekankan pembentukan karakater
peserta didik yang mumpuni. Penguatan pendidikan karakater akan
menanamkan semangat nasionalisme,integritas, mandiri, gotong
royong,religius pada bagian awal KBM; kegiatan inti KBM; kegiatan akhir
KBM.
Penulis sangat yakin keberadaan kurikulum
2013 ini menjadi sarana utama bagi pemerintahan saat ini untuk
merevitalisasi peran dan fungsi empat pilar kebangsaan. Kurikulum 2013
diharapkan mampu membawa perubahan cara berpikir sempit dan
primordialisme yang kaku. Sangatlah penting mengutip apa yang dikatakan
oleh Yenny Wahid, puteri Mantan presiden Gus Dur bahwa di belahan dunia
lain, orang sibuk bagaimana cara menanam padi atau jagung di bulan,
kita masyarakat Indonesia masih sibuk berdebat siapa Tuhan yang paling
benar di bumi ini. Marilah kita sukseskan penerapam kurikulum 2013!!
Salam cerdas….
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/02/15444221/radikalisme.menyusup.ke.dunia.pendidikan.ini.lima.modusnya.
0 komentar:
Posting Komentar