Besok pagi saat fajar menyingsing
bersamaan kokok ayam jantan membangunkan kelelapan istirahat manusia di
bumi bulat Indonesia (karena ada juga yang merasa tinggal di bumi
datar), hari itu juga manusia bumi bulat Indonesia terbakar oleh rona
semangat nuansa kemerdekaan negara Republik Indonesia. Dan yakinlah
bahwa masyarakat bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki “NKRI”
apalagi sudah dengan banderol “harga Mati”, (termasuk aku lho ya…) akan
terkobarkan semangatnya bersama ratusan juta penduduk Indonesia dari
segala penjuru tanah air tercinta ini. Harga mati NKRI ini harus kita
pertahankan karena telah terbukti menjadi rumah bangsa bagi berbagai
suku, agama, ras, dan golongan.
Inilah moment ketahanan nasional
sejatinya, yaitu ketahanan berbangsa dan bernegara Indonesia dengan
pilar kekuatannya yang berupa UUD 1945 dan Pancasila, berawal dari
dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan RI. Dan pada tiap tahunnya kita
peringati bersama sebagai Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia. MERDEKA,
Kawan!!
Jangan Berikan Celah Sekecil Apapun
Isu-isu SARA yang mengarah pada perpecahan
kesatuan bangsa Indonesia, sengaja ditiupkan dengan dahsyat akhir-akhir
ini oleh ormas-ormas radikal penentang Pancasila berkedok agama.
Diperkeruh lagi oleh tokoh-tokoh politik, anggota DPR, kaum bumi datar
yang menghalalkan segala cara, kelompok-kelompok yang nalar pikirnya
terbaik, dan orang per orang yang menganggap dirinya paling benar. Semua
itu mengarah pada makna “ancaman” bagi stabilitas dan keamanan negara
Indonesia. Dan juga ancaman bagi kesejahteraan bangsa. Akankah kita
diam? Jawabannya: TIDAK DAN JANGAN.
Mengapa demikian? Karena trik-trik jahat
yang dilakukan oleh orang dan kelompok yang disebutkan di atas tadi,
sudah dengan terang-terangan menentang keberadaan Pancasila, sebut saja
HTI bahkan berniat menghancurkan keberadaan NKRI dengan menggantikan
bentuk negara khilafah.
Tindakan pemerintah segera membubarkan
ormas HTI yang anti pancasila melalui Perppu Nomor 2 tahun 2017,
mengenai pembubaran ormas radikal anti-NKRI, anti-Pancasila, dan
anti-UUD 1945,
merupakan sikap tegas dan tidak main-main,
tatkala keberadaan kedaulatan terancam, demi menjaga keutuhan bangsa
dan negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Tentunya kita layak mencurigai dan
mewaspadai, siapa-siapa yang menentang diterbitkannya Perppu Nomor 2
Tahun 2017, karena sudah pasti yang menentang terbitnya Perppu, pasti
berkeinginan ormas-ormas radikal penentang Pancasila tetap eksis demi
kepentingannya.
Bangsa dan negara ini, melalui pemerintah
di bawah Presiden Jokowi, telah membetengi kedaulatannya, agar celah
kesempatan berkembangnya radikalisme tertutup rapat. Kita yang “NKRI
Harga Mati” harus mampu mempertahankan penutup celah-celah berkembangnya
radikalisme. Karena bumi bulat Indonesia setiap tahun masih ingin
selalu ada “Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia”
selamanya.
Menyadari Perubahan Nyata Indonesia
Kawan pencinta kemerdekaan Repubik
Indonesia, kita bukan golongan manusia pembenci, penebar fitnah, pendek
nalar, penyiyir, pendendam, apalagi pengacau kedamaian di bumi
Indonesia. Kita punya agama masing-masing yang mengajarkan kebaikan
dengan nalar yang baik pula. Kita diajarkan untuk memberi maaf,
mengasihi, dan mencintai dengan ketulusan mutlak buat sesama. Rasanya
sangat yakin jika kita mempunyai kekuatan untuk “membulatkan” datarnya
bumi mereka, sehingga mereka menjadi benar dalam bernalar, benar dalam
bertindak, benar dalam bertutur kata, dan benar dalam berbangsa
bernegara. Itu kerinduan kita bersama bukan?
Memang perbedaan pandangan dan pendapat
merupakan hal yang biasa, selama itu disikapi dengan saling menghargai,
saling menghormati, dan tidak memaksakan kehendak. Kita ambil contoh Pak
Basuki Tjahaja Purnama, ibarat pipi kirinya ditampar dia bahkan
memberikan pipi kanannya, ini mengandung nilai pengorbanan dan memaafkan
dengan tujuan mulia. Bukan karena takut, tapi demi kepentingan yang
lebih besar yaitu bangsa dan negara Indonesia. Demikian pula dengan Pak
Jokowi, caci maki, hujatan, nyinyiran tanda iri, dan bahkan sebagai
pihak yang disalahkan terhadap ketidakpuasan masyarakat, beliau
menanggapinya dengan “gas pol” bekerja, bekerja, dan bekerja. Tidak
heran jika Indonesia melesat di berbagai bidang dalam 3 tahun, dengan
prestasi melebihi presiden yang menjabat 10 tahun lamanya.
Dengan perubahan yang nyata ini,
diharapkan kaum penyiyir, pencela, dan kaum pendek nalar dapat tersadar
dari khayalannya. Karena seharusnya mereka sadar pula bahwa dia bernapas
di bumi Indonesia, mendapatkan makan sampai buncit juga karena bumi
Indonesia, mendapat gaji juga dari pajak masyarakat Indonesia.
Belajarlah mengakui yang nyata, janganlah
memunafikkan kemajuan yang dapat dirasakan saudara-saudara kita di
berbagai pelosok tanah air. Mengakui kebenaran adanya perubahan itu
bentuk dukungan terhadap kokohnya persatuan dan kesatuan NKRI, sekaligus
pula menghargai jasa-jasa para pahawan bangsa.
Seworder tetaplah bersatu menyuarakan
kebenaran, supaya bangsa dan negara ini benar-benar merdeka, karena
bersih dari penyobek keberagaman yang telah menjadi ciri Indonesia.
Biarlah perayaan HUT Kemerdekaan RI
identik dengan lomba panjat pinang dan lomba makan kerupuk, karena dari
yang sederhana itulah terbangun kekuatan bangsa ini.
Salam Kemerdekaan.
0 komentar:
Posting Komentar