Terbongkarnya jaringan pembuat dan penyebar hoax dan unggahan kebencian bernama Saracen ternyata juga menyeret dugaan keterlibatan beberapa oknum Aparatur Sipil Negara (ASN). Jum’at malam kemarin seorang perempuan berinisial DRSH yang bekerja di lingkungan Pemkab Bantul ditangkap karena diduga terlibat jaringan ini. Bupati Bantul sendiri juga sudah tahu bahwa ada anak buahnya yang diciduk polisi.
DRSH adalah Kepala Seksi yang berdinas di Perpustakaan Daerah. Ternyata berdinas di perpustakaan yang menyimpan banyak buku tak membuat pemikiran DRSH menjadi lebar. Ia justru diduga terlibat dalam jaringan Saracen. Malah saya jadi curiga jangan-jangan selama ini dia memanfaatkan jaringan internet di kantornya untuk memperlancar pekerjaan sampingannya ini.
Siapa DRSH? Sebuah akun twitter bernama @Mustofanahra mungkin memberikan jawabannya :
Dan tak hanya si Ibu ini satu-satunya ASN yang diduga terlibat Saracen. Ada ASN di NTB yang ditangkap karena kasus sejenis. Mengerikan. Kenapa?
Logika saja lah, selama ini mereka terima gaji, bisa makan, bisa nabung, bisa menyekolahkan anak juga dari gaji yang dibayarkan oleh negara. Kok bisa-bisanya malah terlibat dalam usaha menghancurkan negara. Mungkin bisa jadi sebetulnya pemikiran mereka bukan karena ideologi melainkan semata karena uang (meski bisa juga mereka melakukan karena alasan ideologi).
Ada tawaran, tinggal mengunggah status dan membuatnya viral, kemudian mendapatkan tambahan uang. Tapi apa memangnya tidak ada pekerjaan tambahan yang lebih baik lagi hingga harus mengambil langkah seperti itu? Sementara sebetulnya banyak hal yang lebih positif yang bisa dilakukan jika memang niatnya ingin mencari tambahan pendapatan.
Kenapa pekerjaan mereka bisa merusak negara? Lah yang disebar saja hal-hal hoax terkait isu SARA dan sebaran kebencian. Secara langsung maupun tak langsung, mereka berkontribusi atas gesekan yang timbul di masyarakat umum. Apalagi masyarakat kita itu cenderung suka menelan mentah-mentah apa saja yang Ia baca baik di media sosial maupun grup-grup aplikasi percakapan.
Kalau benar DRSH ini terlibat dalam Saracen, selain heran dengan statusnya sebagai ASN, saya juga akan heran dengan posisinya sebagai seorang Ibu? Lah kalau Ibunya saja demen menyebarkan hoax dan kebencian, kira-kira anak-anaknya dididik dan diajarkan apa selama ini? Rasa tanggungjawabnya sebagai Ibu yang seharusnya menjadi madrasah utama anak-anak generasi penerus bangsa ke mana kalau yang dilakukannya justru menghancurkan tatanan kebangsaan.
Apa hukuman yang pantas untuk mereka jika terbukti? Pecat tanpa pesangon tanpa uang pensiun! Orang-orang seperti ini sama saja dengan dosen dan mahasiswa PTN yang mendukung khilafah. Munafik dan oportunis. Buat apa memelihara abdi negara yang seperti itu? Jutaan orang berebut kursi ASN kok bisa-bisanya malah hama wereng seperti ini yang mendapat posisi.Sangat rugi negara ini jika penerimaan negara dibuat menghidupi musuh dalam selimut bangsa ini.
Saya sih yakin tak cuma mereka yang akan terciduk seiring pengungkapan jaringan Saracen ini. Polisi harus mencari tahu bagaimana pola perekrutan mereka, siapa yang merekrut, siapa kepala dan ekornya, aliran dana, dll. Ini sebuah kejahatan yang terencana dan terorganisir. Kelakuan mereka sudah jelas membawa kerugian dan menanamkan bibit-bibit perpecahan bangsa.
Saya juga salut dengan Kepolisian yang bisa mengungkap jaringan Saracen ini. Sangat mungkin di luar sana jaringan sejenis tak hanya Saracen. Mereka inilah yang merusak media sosial dengan unggahan hoax dan status kebencian sesuai pesanan sang pemberi pekerjaan. Tentu saja siapapun yang pernah mengorder juga harus diungkap agar kita tahu apa motifnya selama ini meski sebetulnya kita bisa menebak kira-kira kubu mana yang memanfaatkan pola-pola seperti ini.
0 komentar:
Posting Komentar