Di dalam bulan kemerdekaan ini, izinkan
saya untuk mengucapkan selamat hari kemerdekaan Republik Indonesia
ke-72. Salah satu momen kemerdekaan yang paling bermakna bagi saya. Saat
ini kita tahu bahwa Indonesia sedang dirundung permasalahan yang begitu
banyak. Sulit bagi kita untuk mengerti arti ‘kemerdekaan’ saat ini.
Mengapa? Ada beberapa faktor yang menjadi sumber permasalahan yang ada.
Dari sisi ekonomi, ketakutan semu para
penduduk bumi datar akan utang Indonesia yang besar menjadi salah satu
permasalahan tersendiri. Dari segi sosial, kita tahu bahwa Indonesia
sedang terjadi polarisasi antara mayoritas dan minoritas.
Dari sisi sosial-politik, partai-partai
oposisi pun juga begitu menekan Jokowi. Fitnahan-fitnahan kader PDI-P
yang dianggap kader PKI pun bertebaran, hanya untuk menggembosi suara
mereka dan dukungan rakyat terhadap mereka.
Dari sisi pemerintahan, Perppu pembubaran
ormas pun mendapat kecaman dari kaum ‘minoritas’ yang bersuara keras
seperti tong kosong yang dipukul dengan tongkat sakti bernama ‘agama’.
Lantas dari semua ini, bagaimana kita
dapat menikmati dan menghayati esensi kemerdekaan Indonesia? Mungkin
bagi kita, semua ini adalah omong kosong belaka. Kemerdekaan Indonesia
seringkali dianggap sebagai kemerdekaan yang semu dan mengawang-awang.
Namun jika kita menelisik dan menerobos
lebih dalam lagi, kemerdekaan itu benar-benar sudah nyata. Status
‘terjajah’nya papua dari keterasingan jalan, listrik, obat-obatan,
transportasi, dan berbagainya mulai dilepas perlahan-lahan.
Indonesia sekarang sudah semakin merata di
tangan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini dibuktikan dengan
pemerataan pembanguan yang dikerjakan olehnya dan kabinet kerja. Lihat
saja Papua, dengan BBM satu harga, pembukaan jalan-jalan, akses tol
udara yang diperbanyak, tol laut yang difungsikan, membuat Papua
perlahan terlepas dari keterasingan.
Mafia-mafia BBM dibantai, dilumpuhkan, dan
dihantam oleh Jokowi, membuat Papua bisa merasakan kemerdekaannya,
dengan sungguh-sungguh. Oh sungguh tidak adil jika kita yang tinggal di
Jawa, berteriak-teriak bahwa kemerdekaan itu tidak dirasakan.
Lihat saja jalan-jalan yang dibuka selama
lebaran 2017. Ini adalah pencapaian yang luar biasa. Bahkan tol
Jakarta-Surabaya sudah dibuat lebih terbuka, sehingga pemerintah
mengklaim bahwa perjalanan dari barat ke timur Pulau Jawa, dapat
ditempuh dalam waktu 8 jam. Apa ini bukan kemerdekaan dari kemacetan?
Indonesia yang sudah berstatus merdeka
selama 72 tahun, ternyata baru merasakan kemerdekaan secara merata, di
tahun ke 72. Saya yakin, ini tidak lepas dari pengabdian seorang yang
disebut “ndeso”, yang memiliki pengaruh secara nasional, bahkan
internasional.
BBM Satu Harga, merupakan program yang
dicanangkan oleh pemerintah dan Pertamina. Demi pemerataan pembangunan,
BBM satu harga dapat dinikmati di seluruh penjuru Indonesia, bahkan
sampai ke pulau-pulau terdepan, bukan lagi menggunakan istilah
‘terpinggir’ atau ‘terujung’.
Dulu, saya masih belum mengerti makna lagi
“Dari Sabang Sampai Merauke”. Namun sekarang, saya sudah mengerti
betul, apa yang menjadi esensi lagu ini. Jokowi menghidupkan lagu-lagu
ini menjadi sangat kontekstual!
Dari Sabang sampai MeraukeDari Sabang sampai Merauke
Berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia
Indonesia tanah airku
Aku berjanji padamu
Menjunjung tanah airku
Tanah airku Indonesia
Tanah air Indonesia, menjadi sebuah tanah
air, yang benar-benar banyak airnya. Hampir dua pertiga Indonesia adalah
lautan. Kekayaan akan lautnya bukan permainan. Bahkan tidak berlebihan
jika kita menyebut Indonesia adalah “Dunia kecil”, karena komposisi air
dan daratannya yang ‘sebelas-duabelas’ dengan dunia. Bumi Indonesia
adalah bumi bulat yang tidak datar.
Indonesia ada hutan tropis, juga ada salju
di Puncak Jaya Wijaya. Nikmat apa lagi yang kau dustakan, hai para
laskar nomor togel? Sudah lah. Jika ingin Indonesia menjadi syariah,
sebaiknya kalian kabur saja dari Indonesia. Jangan injakkan kakimu di
sini. Indonesia itu negara agama, bukan negara seagama.
Jika Papua yang merupakan pulau paling
ujung saja sudah merdeka, mengapa kita yang berada di tengah Indonesia
masih mempertanyakan arti kemerdekaan? Jawabannya adalah racun
intoleransi yang disebar, sudah membuyarkan arti ‘kemerdekaan’. Banyak
warga di pulau Jawa, apalagi Jawa Barat yang justru tidak merdeka dari
kebebasan memilih. Kalian yang sejatinya belum merdeka. Jadi,
jika kita ingin bertanya makna kemerdekaan, tanya saja kepada orang
Papua! Bahkan Organisasi Papua Merdeka OPM pun akhirnya mendukung NKRI!
Betul kan yang saya katakan?
0 komentar:
Posting Komentar