Setelah lama tak menyentuh ranah Seword, situs bergambar kura-kura ini, saya akhirnya kembali dengan sejuta kenangan, eh sejuta keinginan menulis. Sudah lama saya ingin menulis tentang biang SARA, si SARAcen itu, alias orang yang menggunakan SARA dan ujaran kebencian. Salah satu yang sudah terendus adalah penggunaan SARACen itu buat memenangkan salah satu pasangan calon. Namun waktu saya tidak pernah ada untuk menulis, lama-lama mood menulis juga hilang.
Saat mendengar tentang Saracen, saya dag-dig-dug-ser lho. Serius. Ini Pak Jokowi berani amat ya. Meskipun memang saya tahu, untuk urusan SARA dan provokasi, Jokowi tidak boleh klemer-klemer, namun kalau saya lihat bagaimana santainya Jokowi menanggapi permasalahan negara lain, ya saya agak khawatir saja. Mirip-miriplah saat kemarin Hizbut Takjil, eh Tahrir mau dibubarkan.
Kupikir, Jokowi riskan juga mengambil keputusan ini. Presiden mulai menunjukkan kebaperannya atas penggunaan rasialisme dan cara yang sungguh tidak sehat dalam bernegara. (eh kalau urusan HTI, mereka kan tidak mau bernegara ke Indonesia tapi masih makan dari sumber daya Indonesia).Dalam hati saya benar-benar berdoa, semoga Jokowi diselamatkan lah dari serangan kubu bumi katanya datar yang semakin bertubi-tubi. Doa saya seperti orang deg-degan ujian, karena lumayan tegang juga bagaikan nonton film laga.
Sejak perintah gebuk dan telusuri Saracen, satu per satu mulai terbuka. Ditambah belakangan muncul twitter palsu Tofalemon yang bernamakan @MustofaNahra . Saya tidak tahu itu akun yang dikendalikan Tofa apa tidak, sebab saat ini ada berbagai pendapat. Dari Tofa Limun insyaf, akunnya dicuri, dan yang paling lucu adalah pendapat bahwa twitwar @MustofaNahra dan @NetizenTofa hanya monolog.
Akun itu tidak etis, meskipun sepihak dengan Presiden, ingin memberantas SARA si Saracen dan orang-orang yang kemarin-kemarin doyan ngomong negatif soal politik. Bagaimanapun, KTP itu rahasia kawan. Alamat dan nomor HP, meski mudah berganti, namun riskan juga. Penelusuran orang cukuplah sampai kantor polisi, kalau memang mereka terkait jaringan Saracen harusnya langsung saja lapor polisi. Kita juga tidak boleh mempersekusi orang, apalagi dengan cara sebegitu parah, sebab kita bukan FPI.
Puncaknya kemarin saat kanjeng mas, eh nabi, eh maha benar Jonru dengan segala Jonrunya (baca: fitnah) masuk televisi. Jonru adalah orang pemalu. Di Facebook dia galak bahkan memblokir halaman-halaman dan akun-akun tak sesuai dengan pandangan politiknya – bahkan saya sampai tidak boleh komentar di halaman Jonru karena tidak perlu meladeni orang macam dia.
Dua kali Jonru masuk tivi seumur terkenalnya dia. Pertama kali di Logika Ahmad Dhani dan hanya sekian detik muka itu muncul. Ya, saya tunjukkan. Namun Sewordian jangan mabok. Tolong. Kalau bisa siapkan kacamata hitam seperti Tya Subiakto atau kantong kresek minimarket.
SARA bukan cuma Jonru, Saracen, dan sejenisnya
Namun poin penting yang kukisahkan di atas, cerita-cerita yang telah kutulis yang bukan dongeng, bahwa SARA dan permainan SARA di sekitar kita lebih dari Jonru. Lebih dari Saracen. Sebesar-besarnya Saracen, tetap masih banyak rasis-rasis lain. Masih banyak situs abal-abal. Yang namanya rasis bahkan bisa dibilang ada dalam setiap diri manusia.
Tinggal masalah orang yang bersangkutan mau memelihara sifat rasis, memanfaatkan buat gorengan politik yang nikmat-nikmat beracun, atau malah mau membuang rasisme ini dengan kesungguhan hati dan jiwa? Saya sih berjuang keras memerangi rasisme dengan bergaul lintas suku lintas agama, tidak usah bawa-bawa begituan dalam ngobrol.
Ada beberapa orang yang mungkin sentimen dengan orang Arab akibat kelakuan mereka di Puncak yang doyan seks, kelakuan Rizieq dan beberapa keturunan Arab lain, sampai kemarin mungkin omong kosong si Anies Baswedan. Dikiranya semua orang Arab, bahkan lebih luas lagi Islam begitu. Ini sering terjadi kepada yang bukan orang Islam dan bukan orang Arab. Halo, sentimen berlebihan hanya gara-gara kelakuan si Rizieq dan sahabat-sahabatnya yang kebetulan keturunan Arab dan Muslim itu juga rasis kawan!
Banyak orang Arab berprestasi, banyak kok pendiri bangsa dan sokoguru bangsa ini keturunan Arab. AR Baswedan kakeknya Anies, orang ini yang bisa bikin Rizieq sampai Quraish Shihab bisa tampil tanpa kena rasis oleh warga etnis lain. Quraish Shihab, salah satu sokoguru Islam di negara ini, tetap pembelajar meskipun sekarang sudah menjadi salah satu pakar agama Islam.
Teman saya ada juga yang pernah ngomong, “ih pribumi mah gitu kelakuannya!” ketika saya sempat menyinggung sekolah negeri yang saat ini agak kurang secara kualitas. Dalam hati saya berkata, astaga parah juga dampak rasisme ke salah satu etnis…. Dia adalah anak-anak muda yang mungkin belum banyak diajarkan artinya toleransi dan pentingnya bergaul lintas suku lintas agama. Seharusnya, kita tidak boleh membalas orang yang rasis kepada kita dengan menghina balik yang sama-sama berbau SARA!
Sambil Menghantam “SARAcen”, Sambil Evaluasi Diri
Ya benar, Saracen harus-harus-harus diberantas. Kelakuan bumi datar yang otaknya di dengkul, demi uang rupiah rela mengoyakkan bangsa ini. Demi jabatan juga. Namun, masalah rasisme bukan cuma di Saracen saja. Banyak!
Mulai dari situs abal-abal sejenis Saracen masih bertebaran, orang-orang macam Jonru, Zara Zettira, Ronin, Resti Cenayang susah diciduk, sampai yang melawan rasis dengan rasis. Maksudnya ya tadi, gara-gara kelakuan otak datar kawanan Firza Hots Fitsa Hats, satu etnis Arab dan seluruh umat Muslim, termasuk yang nggak mau ikut-ikutan Islam politik dan gencar memberantas kelakuan bumi datar, dibenci.
Sambil kita mengatai, menista (memang sudah nista), dan melaporkan Saracen dan sekomplotannya, kita juga evaluasi. Sudahkah kita rasis sama orang tanpa sadar? Kalau tanpa sadar sudah mengejek suatu suku tanpa alasan atau hanya karena kebencian pribadi, ya segera minta ampun sama Tuhan dan minta maaf sama orangnya.
Sudahlah, daripada rasis, mending ngobrol sajalah dengan semua orang. Tidak usahlah mengejek suku dan agama lain bahkan kalau kamu tidak suka salah satu tokoh yang kebetulan menjahati dan melukai hatimu. Apalagi gara-gara pacaran dan putus cinta, rasis ke satu etnis?
0 komentar:
Posting Komentar