Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana menghibur dan membagi buku
bacaan kepada anak korban gempa di tenda pengungsian Ringblang Meurdu,
Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Kamis (15/12/2016).
Kinerja Presiden Joko "Jokowi" Widodo mendapat apresiasi dari dunia
internasional. Meski tidak disebutkan terbaik atau paling unggul, Jokowi
meraih rapor terbaik versi media Bloomberg, di antara beberapa pemimpin negara di Asia dan Australia.
Dalam artikel bertajuk "Who's Had the Worst Year? How Asian Leaders Fared in 2016", Jokowi menjadi satu-satunya pemimpin negara dengan kinerja positif--ditandai dengan warna hijau untuk semua indikator.
Di
tengah tak stabilnya kondisi global, utamanya Brexit dan terpilihnya
Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat periode 2017-2021, kondisi
Asia dinilai relatif stabil. Bloomberg juga melihat kawasan ini cukup tangguh atas guncangan sepanjang 2016.
Menggunakan
tiga indikator, delapan pemimpin negara dari kawasan Asia dan Austalia
dipilih dan dinilai. Jokowi berhasil meraih poin cukup memuaskan. Di
antaranya penguatan nilai tukar Rupiah sebesar 2,41 persen, pertumbuhan
ekonomi di level 5,02 persen, dan tingkat penerimaan publik yang
mencapai 69 persen.
Keberhasilan Jokowi yang paling disebut
adalah program pengampunan pajak yang mampu menarik banyak wajib pajak
untuk membayar kewajiban mereka dengan total nilai yang cukup fantastis
hanya dalam jangka waktu tiga bulan saja.
Jokowi juga dianggap berhasil merebut dukungan dalam pemerintahan dengan meraih dua pertiga kursi di parlemen. Catatan Bloomberg
bagi Jokowi pada 2017 adalah mengawal program peningkatan pertumbuhan
ekonomi, khususnya dengan meredam gejolak politik dalam negeri.
Jika
dibandingkan dengan negara terdekatnya, seperti Malaysia (di bawah
kepimpinan Najib Razak), penguatan nilai tukar Ringgitnya justru
mendapatkan nilai merah, yakni -4,26 persen. Begitu juga Filipina, di
bawah kepemimpinan Rodrigo Duterte, dengan poin penguatan nilai tukar
Pesonya adalah -5,29 persen.
Sementara itu, Presiden Korea
Selatan Park Geun-Hye memiliki catatan merah untuk semua aspek. Fakta
tersebut didukung dari data menurunnya nilai tukar Won sebesar 2 persen
dan pertumbuhan ekonomi hanya di angka 2,87 persen. Tingkat penerimaan
publik terhadao Geun Hye hanya sebesar 4 persen, bahkan ia dipaksa
mengundurkan diri.
0 komentar:
Posting Komentar