Jakarta: Hizbut Tahrir
Indonesia dinilai sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan (Ormas)
yang terang-terangan mengampanyekan khilafah atau anti Pancasila. Karena
itu, pembubaran terhadap HTI sangat krusial.
"Kalau kita melihat fakta di lapangan yang terlihat mengampanyekan khilafah, anti pancasila, anti demokrasi, anti pemerintahan yang sah, itu Hizbut Tahir Indonesia. Itu yang sangat mencolong," kata tokoh muda Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi dalam Metro Pagi Primetime, Metro TV, Jakarta, Kamis 4 Mei 2017.
Menurut dia, anggota HTI terbesar di dunia ada di Indonesia. Mereka, kata dia, mengklaim memiliki dua juta anggota di Tanah Air. "Maka (pembubaran HTI) sangat krusial."
Ada dua pendekatan mengatasi ormas anti Pancasila tersebut, yakni pendekatan legal formal dengan pembubaran dan kultural melalui edukasi dan penyadaran.
Politikus PDI Perjuangan ini menambahkan, pendekatan kultural menjadi domain ulama-ulama, baik dari NU, Muhammadiyah, Al Washliyah maupun Majelis Ulama Indonesia untuk turun tangan. Apalagi, Ketua MUI Ma'ruf Amin sempat berkata Khilafah tidak cocok untuk Indonesia.
"Jadi langkah penyadaran ini sangat penting, terutama di kampus-kampus umum, sekolah-sekolah umum. Karena kita lihat guru-gurunya atau dosen-dosennya, itu juga mereka ada yang punya ideologi anti Pancasila," ujar dia.
Selain HTI, Zuhairi menyebut ada kelompok kecil lain di Indonesia yang anti Pancasila, seperti Majelis Mujahidin Indonesia, kelompok yang berkaitan dengan ISIS. Pemerintah harus menginvestigasi keberadaan ormas tersebut melalui masyarakat di akar rumput.
Nahdlatul Ulama, kata dia, tidak punya kewenangan buat membubarkan ormas-ormas anti Pancasila tersebut. Tetapi, NU ingin menjaga Indonesia dari ideologi-ideologi yang dapat memecah belah bangsa.
"Kalau kita melihat fakta di lapangan yang terlihat mengampanyekan khilafah, anti pancasila, anti demokrasi, anti pemerintahan yang sah, itu Hizbut Tahir Indonesia. Itu yang sangat mencolong," kata tokoh muda Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi dalam Metro Pagi Primetime, Metro TV, Jakarta, Kamis 4 Mei 2017.
Menurut dia, anggota HTI terbesar di dunia ada di Indonesia. Mereka, kata dia, mengklaim memiliki dua juta anggota di Tanah Air. "Maka (pembubaran HTI) sangat krusial."
Ada dua pendekatan mengatasi ormas anti Pancasila tersebut, yakni pendekatan legal formal dengan pembubaran dan kultural melalui edukasi dan penyadaran.
Politikus PDI Perjuangan ini menambahkan, pendekatan kultural menjadi domain ulama-ulama, baik dari NU, Muhammadiyah, Al Washliyah maupun Majelis Ulama Indonesia untuk turun tangan. Apalagi, Ketua MUI Ma'ruf Amin sempat berkata Khilafah tidak cocok untuk Indonesia.
"Jadi langkah penyadaran ini sangat penting, terutama di kampus-kampus umum, sekolah-sekolah umum. Karena kita lihat guru-gurunya atau dosen-dosennya, itu juga mereka ada yang punya ideologi anti Pancasila," ujar dia.
Selain HTI, Zuhairi menyebut ada kelompok kecil lain di Indonesia yang anti Pancasila, seperti Majelis Mujahidin Indonesia, kelompok yang berkaitan dengan ISIS. Pemerintah harus menginvestigasi keberadaan ormas tersebut melalui masyarakat di akar rumput.
Nahdlatul Ulama, kata dia, tidak punya kewenangan buat membubarkan ormas-ormas anti Pancasila tersebut. Tetapi, NU ingin menjaga Indonesia dari ideologi-ideologi yang dapat memecah belah bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar