Semua orang pasti menginginkan perdamaian. Semua orang pasti ingin
suasanya yang tenang, nyaman, tanpa ada kekerasan. Dalam suasana yang
serba kondusif, tentu akan tercipta kondisi yang rukun. Dan di
Indonesia, adalah negara yang sangat menghargai kerukunan antar umat.
Karena itu pula berbagai agama bisa bersandingan di Indonesia. Di negeri
yang luas ini, juga hidup kelompok orang dengan banyak keyakinan.
Karena pada dasarnya ribuan suku di Indonesia mempunyai budaya dan
keyakinan yang berbeda-beda. Indonesia memang merupakan negeri yang
damai. Tak heran jika negeri ini dulu menjadi rebutan para penjajah.
Semuanya itu telah berlalu. Sekarang kita hidup di jaman yang sudah
maju, dimana perkembangan teknologi begitu pesat. Mari kita gunakan
kemajuan teknologi ini, untuk tetap mempertahankan kedamaian negeri ini.
Bagaimana caranya? Menyebarkan pesan damai sesering mungkin. Berbuat
baik sebanyak mungkin. Seorang muslim yang baik, tidak hanya menggunakan
sorban, tapi juga harus beramal dan berbuat baik. Begitu juga dengan
agama yang lain, harus tetap toleran, akomodatif, dan moderat. Saat ini,
seiring dengan kemajuan jaman, seringkali perilaku sebagian orang
justru merusak kedamaian dan kerukunan yang telah terjaga. Kadang-kadang
sungguh tidak masuk akal. Kerusuhan di Tanjungbalai, Sumatera Utara
misalnya. Hanya karena persoalan sepele, kemudian diprovokasi menjadi
membesar. Kasus kekerasan yang mengatasnamakan agama, suka-suka tidak
suka, memang masih terjadi di negeri ini. Sejumlah jemaat gereja, masih
seringkali mendapatkan diskriminasi di sejumlah tempat. Ironisnya,
diskriminasi itu, juga dirasakan oleh sesama muslim sendiri. Konflik dan
kekerasan atas nama agama harus segera disudahi. Jadilah seorang warga
negara yang religius, tapi tetap berbudi pekerti. Jangan hanya
berpakaian religius, tapi perilaku dan ucapannya tidak mencerminkan
kebaikan. Paham radikal dan terorisme ini, seringkali juga disusupkan di
lingkungan-lingkungan yang kadang tidak masuk akal. Di Depok Jawa
Barat, sempat ditemukan buku bacaan anak-anak setingkat PAUD, sudah
mengandung ajaran radikal. Bahkan ajakan jihad dengan cara bom bunuh
diri, juga diselipkan dalam buku tersebut. Tidak hanya itu, pesantren
dan kampus, juga mulai disusupi oleh oknum kelompok radikal. Paham-paham
radikal kekerasan itulah, yang berpotensi bisa menjadi tindakan
terorisme. Dan tindakan terorisme ini, terbukti telah merusak kedamaian
negeri kita. Kerukunan antar umat beragama yang selama ini terjalin,
rusak hanya karena dipicu isu kafir dan tidak kafir. Toleransi antar
umat menjadi renggang, hanya karena dipicu oleh benar dan tidak benar.
Kelompok radikal beranggapan merekalah yang paling benar. Karena itulah
semua orang harus mengikuti ajarannya. Kalau ajarannya tidak
mengedepankan kekerasan, mungkin tidak menjadi persoalan. Faktanya,
mereka seringkali melakukan kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Sebagai umat beragama, kita harus tetap mempertahankan perdamaian, tanpa
harus mempermasalahkan perbedaan yang ada. Sadarlah, tidak ada yang
sama dan tidak bisa dipaksakan untuk sama. Semua agama sama, tidak ada
yang mengajarkan kekerasan. Begitu juga dalam Islam, justru mengajarkan
kebaikan. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran, “Dan berbuat baiklah
kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash 28:77).
0 komentar:
Posting Komentar