Seperti apakah akar radikalisme di Indonesia? Apakah benar radikalisme
yang mengatasnamakan agama menjadi penyebab munculnya aksi-aksi
terorisme di negeri ini? Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi akar
paham radikal berkembang di Indonesia. Faktor pertama adalah
perkembangan di tingkat global, dimana kelompok - kelompok radikal
menjadikan situasi di Timur Tengah sebagai inspirasi untuk mengangkat
senjata dan aksi teror. Apa yang terjadi di Afghanistan, Palestina,
Irak, Yaman, Syiria, dan seterusnya dipandang sebagai campur tangan
Amerika, Israel, dan sekutunya. Aksi teror mereka anggap sebagai
pembalasan atas campur tangan Amerika dan sekutunya, termasuk di
Indonesia. Adapun faktor kedua adalah terkait dengan kian tersebar
luasnya paham Wahabisme yang mengagungkan budaya Islam ala Arab yang
konservatif. Dalam kaitannya dengan radikalisme, Wahabisme dianggap
bukan sekadar aliran, pemikiran, atau ideologi, melainkan mentalitas.
Ciri mental itu antara lain gemar membuat batas kelompok yang sempit
dari kaum muslimin, sehingga dengan mudah mereka mengatakan di luar
kelompok mereka adalah kafir, musuh, dan wajib diperangi. Simpatisan
paham Wahabisme mengampanyekan teologi ketauhidan yang berpandangan
orang maksiat saja sudah dianggap keluar dari Islam. Selain itu, mereka
juga gemar berkonfrontasi dengan kelompok di luar mereka. Bagi mereka,
bukan Islam berarti musuh. Musuh berarti sesat. Sesat wajib disikat.
Selain itu, mereka menghalalkan segala cara dengan kekerasan, memakai
dalih nahi munkar sampai ke hal kecil dan remeh temeh. Sementara itu
faktor ketiga adalah karena kemiskinan, walaupun hal ini tidak
berpengaruh langsung terhadap merebaknya aksi radikalisme. Hal utama
yang kemungkinan membuat keterkaitan antara kemiskinan dan radikalisme
adalah perasaan termarjinalkan. Situasi seperti itu menjadi persemaian
subur bagi radikalisme dan terorisme. Bukan rahasia lagi, kelompok
radikal menawarkan bayaran materi lumayan untuk merekrut anggota. Itu
jadi daya tarik. Aksi teror mereka maknai sebagai jihad; jika mati,
mereka mati sahid. Tak ada balasan bagi kematian sahid selain surga.
Saat ini aksi terorisme di Indonesia memang tengah menurun sejak awal
tahun 2000-an. Namun akar terorisme, yaitu radikalisme agama, tetap
tumbuh subur dan beroleh tempat di sebagian masyarakat. Selain
radikalisme agama, aksi teror juga masih berisiko muncul akibat
gesekan-gesekan lainnya, seperti anti persatuan, separatisme, dan
lain-lain. Oleh karena imunitas harus senantiasa mengingat bahwa kita
hidup di Indonesia, negeri yang terdiri dari keberagaman. Jika kita
tidak bersikap tenggang rasa dan berpikiran terbuka, maka akar-akar
radikalisme pun dapat leluasa masuk memengaruhi kita. Pemerintah juga
perlu untuk menjadi lokomotif dalam pembangunan persatuan dan
kesejahteraan bangsa guna menghindarkan negeri ini dari ancaman
radikalisme yang memanfaatkan celah-celah ketidak adilan.
0 komentar:
Posting Komentar