Selamat malam Batfans!
Konflik berdarah di Negara Bagian Rakhine
semakin memanas, diduga sekitar 800 warga etnis muslim Rohingya tewas
dibunuh pasukan Myanmar. Pasukan pemerintah Myanmar membantai etnis
muslim Rohingya karena kalap setelah mendapat perlawanan
dari pemberontak Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Senin
(28/8), serdadu pemerintah Myanmar semakin ganas menyerang warga
Rohingya di daerah Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung di Negara Bagian
Rakhine. Menurut salah satu penduduk Maungdaw, Aziz Khan, pasukan
Myanmar menyerang kampungnya dan melepaskan tembakan serampangan.
“Mereka menembak ke arah semua yang
bergerak. Ada perempuan dan anak-anak yang tewas. Bahkan mereka tega
membunuh bayi,” kata Aziz.
Menurut pegiat Rohingya dan blogger di
Eropa, Ro Nay San Lwin, pasukan pemerintah Myanmar juga membakar
sejumlah masjid dan madrasah. Warga Rohingya terpaksa mengungsi tanpa
perbekalan dan tempat berlindung.
sumber: https://www.merdeka.com/dunia/konflik-memburuk-tentara-myanmar-diduga-bunuh-800-warga-rohingya.html
Demikian konflik yang terjadi disana,
sebagai manusia tentu kita mengecam tindakan kejahatan kemanusiaan yang
terjadi disana. Wajar bila kita semua marah akan tragedi tersebut, tapi
apakah etis jika tragedi tersebut digunakan oleh orang atau kelompok
tertentu untuk kepentinganpolitik mereka?
Kita semua bersedih dan mengecam peristiwa
yang terjadi disana. Dan kesedihan itu semakin bertambah dengan upaya
penghasutan melalui berbagai cara untuk kepentingan tertentu. Kita bisa
rasakan ada upaya-upaya untuk memecah belah kerukunan antar umat
beragama di Indonesia.
Dan seperti yang saya duga, tidak sedikit
yang kemudian menyalahkan Jokowi. Seolah-olah Jokowi tidak berbuat
apa-apa atas kejadian ini. Meme-meme hasutan bertebaran, tak sedikit
yang menghubung-hubungkan dengan kedatangan Sekjen Partai Komunis
Vietnam ke Indonesia. Mereka lalu mengatakan Jokowi lebih mau mengundang
Sekjen Partai Komunis ketimbang peduli terhadap Rohingya.
Hawa pilpres memang sudah terasa, namun
apakah etis mendompleng tragedi kemanusiaan diluar sana untuk
kepentingan politik di Indonesia?
Melihat ramainya hasutan-hasutan
menggunakan isu pembantaian di Rohingya membuat saya curiga,
jangan-jangan sindikat sejenis Saracen ada dibalik produksi hoax-hoax
dan kemudian disebar oleh para pengguna media sosial. Sebelumnya diduga
ada sindikat seperti Saracen yang belum terungkap. Saya mengamati ada
dua jenis hoax yang kini beredar luas.
Pertama adalah foto-foto yang dikatakan
terjadi di Rohingya padalah bukan. Saya tidak berkata bahwa tragedi
tersebut hoax. Namun ada orang-orang yang sengaja menggunakan foto lain
untuk meningkatkan eskalasi kebencian akan kelompok tertentu di
Indonesia. Fanpage Indonesia Hoaxes telah membongkar foto-foto tersebut.
Cukup banyak foto-foto berbeda digunakan
untuk memancing emosi pengguna media sosial yang tidak waspada. Saya
amati masih banyak foto-foto lain tapi 11 foto diatas cukup menjadi
alasan untuk tetap waspada.
Ketika kemarahan dan kebencian semakin
meningkat karena foto-foto diatas maka mulai lah gelombang isu jenis
kedua muncul. Kelompok kedua ini mulai mengarahkan serangan, targetnya
jelas sekali, Jokowi menjadi sasaran tembak dengan menggunakan peluru
Rohingya.
Capture terakhir tertulis www.detik.com yang kalau kita klik maka akan mengarah ke blog yang tidak jelas kepemilikannya.
Putra Jokowi pun kena, padahal foto
sebelah yang dicuitkan adalah foto lama. Dan Gibran Rakabuming
menjawabnya dengan cara yang cerdas. http://www.suratkabar.id/50902/politik/netizen-kritisi-jokowi-soal-rohingya-begini-jawaban-cerdas-gibran-rakabuming
Jadi dari sini polanya mulai terlihat.
Mereka membuat orang emosi, benci dan marah sehingga masyarakat tidak
waspada. Setelah itu agenda-agenda mereka mulai disusupkan. Masyarakat
yang emosi dan marah biasanya tidak akan membaca isi berita, mereka
hanya akan membaca judul saja. Oleh sebab itu mudah sekali dihasut.
Efeknya ya jadi seperti ini, ada orang-orang yang terhasut.
Bakar hidup-hidup orang Budha? Mungkin
Itulah yang mereka mau, mereka ingin membakar Indonesia dengan konflik.
Lalu mengganti Jokowi bahkan mengganti dasar negara dengan apapun yang
mereka mau.
Apakah ada sindikat semacam Saracen berada
dibalik penyebaran isu ini? Entahlah tapi kita perlu waspada, tentu
kita mengecam apa yang terjadi di Rohingya tapi kita tetap perlu waras
karena jangan sampai konflik yang sama malah terjadi di Indonesia.
Tentu Indonesia tidak diam saja, tapi jika
langsung mengintervensi apalagi kirim pasukan ke Myanmar bisa berakibat
konflik yang lebih jauh lagi. Indonesia memang memiliki pengaruh besar
oleh karena itu Indonesia bergerak dengan elegan, kita bukan seperti
Amerika yang langsung main invasi negara orang seperti Irak.
Sekali lagi, pembantaian di Rohingya
benar-benar terjadi seperti yang diberitakan oleh media mainstream dan
saya mengecam pembantaian itu. Namun menggunakan penderitaan etnis
muslim Rohingya untuk kepentingan politik di Indonesia sama
menjijikannya dengan pelaku pembantaian etnis muslim Rohingya.
Begitulah kelelawar
0 komentar:
Posting Komentar