Apa makna polkitik di balik demo atau aksi 299? Islam radikal bangkrut. Prabowo tersingkir dari kancah politik. Itu benang merahnya. Publik tak paham tentang aksi 299 ke DPR itu. Yang jelas dan nyata kelihatan di mata publik yang masih waras adalah para pelakunya ya itu-itu saja. Orang dan organisasi dan gerombolan para pembenci Jokowi, para pembenci Pancasila, para biang kerok pencinta kisruh negeri, para bekas pendemo dan manusia apkiran. Semua bermuara pada manusia monumen capres abadi: Prabowo.
Bukti bahwa aksi ini didukung oleh kalangan Islam radikal adalah partai agama PKS akan menerima perwakilan demo di DPR. Lainnya, Fadli Zon telah bertemu dalam rangka persiapan menyambut manusia apkiran politik yang tak bermanfaat bagi Indonesia Amien Rais, Gatot Khattath, dan manusia Bumi datar. Gemboran dan omongan mendatangkan 50,000 orang hanyalah omong kosong belaka. Kenapa tidak 7 juta sekalian? (Mahal membiayai nasi bungkus dan biaya transport tentu.)
Cari Nasi Bungkus
FUI, FPI – yang pentolannya, si Rizieq tersangka chat mesum berlendir dengan Firza dibuang ke negeri onta pusat Islam puritan Wahabi, Saudi – dan GNPF adalah para manusia keblinger yang selalu mencari dan memanfaatkan momentum untuk berdemo. Demo bagi mereka adalah kegiatan, pekerjaan, passion, kebanggaan disorot kamera, kesempatan mengeruk nasi bungkus dan uang sumbangan sana-sini.
Tanpa demo mereka kehilangan aktivitas unjuk gigi membela kepentingan politik yang membiayai mereka – atas nama umat dan sebagainya, padahal muaranya ke kelompok Prabowo – yang bersatu dengan SBY untuk pada akhirnya saling tikam kepentingan. Demo 299 hanyalah alat untuk mencari nasi bungkus, duit transportasi, uang beli bendera, fulus seragam, semua dibiayai oleh kelompok yang sama selalu.
Islam Radikal Putus Asa
Tujuan demo 299 pun tidak berbeda dengan demo lainnya: anti Jokowi. Bungkus yang mereka tawarkan pun adalah pelintiran dan pembelokan esensi tentang PKI. Isu PKI yang semestinya akan dibawa sampai Pilpres 2019 pun gagal di tengah jalan. Isu kebangkitan PKI itu dipreteli, dikuliti, dibuang, dicampakkan, dan dikubur secara sistematis.
Cara agitasi, propaganda, kampanye yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal dibantai dengan strategi perlawanan yang tak terbayangkan sebelumnya. Yang menjadi sasaran justru penjerumusan Gerindra dan PKS menjadi identik dengan FPI, FUI, dan GNPF. Identifikasi ini menghantam jantung kekuatan politik dan mengubah arah serta konstelasi politik.
Upaya polarisasi dan mengadu domba antar umat Islam dengan isu PKI mengalami kegagalan. Muhammadiyah yang biasanya dengan corong mulut bulat manis Din Syamsuddin dan Simanjuntak tiarap. Tiarapnya mereka adalah mengatur strategi arah politik. Sehabis demo berjilid-jilid yang berakhir dengan pemetaan dan membuka kedok berbagai pentolan Islam, termasuk kecenderungan ideologi, dan aliansi dengan Islam radikal, Muhammadiyah dengan cerdik tiarap. Kenapa?
MUI yang ditunggangi kelompok Islam radikal, yang nota bene NU seperti Ketum MUI Ma’ruf Amin, secara sadar menarik diri dari pusaran Islam radikal dan kembali ke pelukan Islam rahmatan lil alamin. Demo berjilid telah menghasilkan peta bahwa Muhammadiyah lebih dekat dengan Islam radikal karena mendukung aksi-aksi demo bersama FPI, FUI, GNPF yang menelanjangi mereka. NU dengan cerdas memainkan jebakan dengan sebentar melepas Ma’ruf Amin ke gelanggang Islam radikal.
Dengan tidak ada dukungan dari NU, dan MUI maka gerakan Islam radikal hanya memanfaatkan momen G30S/PKI untuk berdemo. Juga untuk kepentingan mereka sendiri Perppu Ormas yang menghancurkan gerakan Islam radikal perusak NKRI seperti HTI dan lain-lain. Praktis mereka telah bangkrut dan putus asa.
Prabowo Tersingkir dari Kancah Politik
UU Pilpres 2019 yang sangat merugikan Prabowo dan SBY sesungguhnya akar strategis penyingkiran Prabowo. SBY sesungguhnya yang diuntungkan. Aliansi semu antara keduanya akan berakhir dengan tersingkirnya Prabowo dari kancah politik nasional, bahkan dipastikan tidak akan bisa maju menjadi calon presiden.
Perhitungan politik secara apa pun tidak akan menunjukkan kekuatan nyata Gerindra dan Prabowo. Publik tidak bisa menunjukkan kenyataan kekuatannya. Nihil. Tidak ada. Nol besar. Partai? Gerindra kecil. Modal sosial dan prestasi hanya pernah dipecat, malah dituduh menculik segala. Modal uang? Pada 2014 ternyata tidak juga menentukan. Ketokohan? Bukan siapa-siapa sama sekali. Zero dan zonk.
Maka, untuk membuat dirinya naik dan maju ke permukaan, satu-satunya jalan adalah menggunakan politik identitas Islam radikal. Berhasilkah upaya ini? Plan B yakni menggunakan Islam radikal sebagai mitra pun gagal. Kenapa?
Prabowo sebagai wakil nasionalis digiring oleh Fadli Zon menjadi partai yang sama dengan PBB, partai yang sama dengan gerombolan FPI. Prabowo salah dalam menunjuk corong politik bekas PBB, yang ternyata membuat Gerindra dan Prabowo justru tersingkir oleh kekuatan yang mereka jadikan kendaraan politik: Islam radikal.
Naiknya Anies dan Sandi Uno alias ASU di DKI Jakarta yang menjadi wujud kesuksesan kolaborasi dan aliansi Islam radikal dan parpol seperti partai agama PKS, Geri ndra, PAN, dan Demokrat, pun tidak akan menjadikan kelompok Islam radikal dan Prabowo berhasil menjadi penguasa Indonesia. Justru dia kehilangan sebagian besar pendukung yang nasionalis. Ini jelas menghantam dan merusak dukungan kepadanya.
Gambaran survei yang menempatkan Prabowo tetap jauh tertinggal dari Jokowi. Digandengnya Islam radikal justru memunculkan para calon capres alternatif selain Prabowo. Anies jika dikipasi oleh FPI yang mendukung Demokrat pasti akan membelot dan mengkhianatinya. Dari Demokrat tentu Agus akan didorong nyapres atau wapres. Gatot Nurmantyo dan bahkan Moeldoko pun akan membuat kesempatan Prabowo maju tinggal kenangan. Kenapa?
Karena kini praktis Prabowo hanya ditinggal sendirian dengan Gerindra. Tidak cukup 20/25% angka untuk mengusung capres. PAN, Demokrat, tentu akan mendukung Agus. Bagaimana dengan partai agama PKS, tentu partai tersangkut korupsi sapi ini lebih nyaman dengan Demokrat yang memiliki banyak duit dan pernah memberi kesempatan mengeruk uang. Partai ini tentu mulai meninggalkan Prabowo.
Kesimpulan Akis Demo 299
Lalu apa kesimpulan aksi demo 299? Kesimpulannya, aksi 299 nomer togel silakan pasang ini, adalah wujud keputusasaan untuk menjatuhkan dan mendelegitimasi Jokowi. Juga selain alat untuk mencari nasi bungkus yang gagal menarik perhatian umat Islam rahmatan lil alamin yang tidak mau dibodohi para pekerja dan karyawan perusahaan demo dan aksi nomor togel.
Dan, yang lebih penting demo ini semakin membuktikan Prabowo memang tersingkir, tereliminasi dari kancah politik Indonesia. Demo dengan kaki tangan Islam radikal ini satu-satunya alat untuk menunjukkan eksistensi Prabowo di kancah politik. Penyebabnya adalah karena munculnya alternative dan konstelasi politik yang menghancurkan Gerindra dan Prabowo.
Ini disebabkan oleh munculnya kesadaran publik dan kalangan politikus bahwa Prabowo bukanlah siapa-siapa, dan dia tidak bisa dijadikan sandaran kekuatan politik lagi. Mereka tidak mau mengulangi kesalahan mendukung pecundang. Demikian the Operators. PS: Tidak perlu dibesar-besarkan semua hal telah diantisipasi dan digembosi. Salam bahagia ala saya.
0 komentar:
Posting Komentar