Saya sangat menyesal mengapa lembaga seperti MUI bisa diperalat dan dimanfaatkan oleh FPI dan begundal politik saat Pilkada DKI. Saya percaya sebagai Rais Am NU, KH. Ma’ruf Amin seperti layaknya kyai NU yang lain. Beliau tetap berpegangan kepada haluan aswaja yang memiliki ciri-ciri moderat dan toleran. Bahwa saat Pilkada DKI KH. Ma’ruf Amin mengeluarkan pernyataan sikap tentang Ahok yang kemudian dijadikan legitimasi untuk FPI melaporkan Ahok, saya anggap sebagai bagian dari sisi manusiawi KH. Maruf Amin yang tidak luput dari kesalahan.
Saya percaya darah KH. Ma’ruf Amin adalah darah NU meskipun dalam tubuh MUI ada orang-orang yang bisa jadi tidak suka terhadap NU. Sebagai sosok manusia yang tidak luput dari salah, perlahan KH. Ma’ruf Amin mencoba memperbaiki diri dengan melontarkan pernyataan yang menyejukkan dan mendukung pemerintah. Aksi 411 dan 212 yang diawali dari pernyataan sikap yang beliau keluarkan membuat beliau menyesal untuk kembali mengeluarkan sikap yang membuat gaduh.
Ketika KH. Ma’ruf Amin mulai terlihat darah NU-nya, FPI dan GNPF-MUI mulai tidak patuh dan berani menentang pernyataan beliau. Sikap penjilat mulai ditampakkan oleh FPI bagaimana saat KH. Ma’ruf Amin berhasil dibujuk untuk mengeluarkan pernyataan sikap untuk kasus Ahok, mereka mengagungkan dan membela beliau.
Namun ketika KH. Ma’ruf melontarkan pernyataan yang menampar FPI dan GNPF-MUI, mereka mencampakkan dan mengkhianati beliau. Jika ketua MUI yang selama ini mereka jadikan dalih untuk menuntut Ahok dipenjara, sudah mereka khianati, sekarang siapa yang diikuti dan menjadi panutan FPI?
KH. Ma’ruf Amin kembali melontarkan pernyataan menyejukkan setelah konflik Rohingya dimanfaatklan oleh ormas radikal dan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memanaskan suhu dan ketegangan antara umat Islam dan Budha. Narasi ormas radikal selalu sama yaitu coba membenturkan Islam dengan agama lain. Sebelumnya, Ahok dimanfaatkan untuk membuat ketegangan dan gesekan antara umat Islam dan Kristen.
KH Ma’ruf Amin menilai krisis kemanusiaan yang menimpa etnis muslim Rohingya di Myanmar bukan hanya soal perbedaan agama. Menurutnya, ada unsur politik yang melatarbelakangi konflik tersebut. Beliau mengajak seluruh warga negara Indonesia terutama umat muslim untuk tidak membenci umat Buddha di Indonesia dengan alasan konflik di Myanmar.
“Ini konflik agama ada, politik ada. Dimensi agama ada, politik ada. Tapi saya tidak setuju agama Buddha di sini jadi dimarahi, didemonstrasi. Sebab yang di sini tidak ada hubungannya,” ujar Ma’ruf di sela-sela Silahturahmi dan Halaqah Alim Ulama dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Jabar di Bandung, Selasa (5/9/2017).
Sebagai negara yang berpengaruh di wilayah Asean serta kelompok negara-negara nonblok, Ma’ruf menilai Indonesia harus ikut ambil peran bersama negara lainnya dalam menghentikan krisis kemanusiaan di Myanmar.
Seperti halnya KH. Said Aqil, KH. Ma’ruf Amin akan melontarkan pernyataan terhadap sebuah isu jika dinilai sudah sangat mengkhawatirkan. Beliau seperti melihat bahwa ada oknum yang memang sengaja membawa konflik Rohingya ke Indonesia. Ada oknum yang sengaja memanfaatkan ini untuk memecah belah kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia. Bahkan candi Borobudur yang hanya sebuah batu dan benda mati akan dijadikan sasaran demo untuk melampiaskan kemarahannya kepada umat Budha di Myanmar.
Ormas radikal dan begundal politik memang sangaja terus mengompor-ngompori agar isu Rohingya terus viral, memanas, serta membuat umat Islam Indonesia sangat marah kepada umat Budha, termasuk umat Budha di Indonesia. Mereka ingin ada benturan antara umat Islam dan Budha. Jika sudah ada benturan, maka negara akan mengalami chaos. jika sudah seperti ini, mereka akan menggulingkan pemerintahan dan mewujudkan misi menjadikan Indonesia sebagai Negara khilafah.
Jangan percaya kalau ada oknum yang mendemo umat Budha dan candi Borobudur sebagai bentuk jihad membela umat Islam yang ada di Rohingya. Tidak ada ulama yang mendukung aksi mereka. MUI yang dulu menjadi landasan FPI pun sekarang mengecam tindakan FPI yang hendak mendemo Borobudur.
Jadi sekarang, kira-kira siapakah ulama yang dijadikan panutan oleh FPI? Jika MUI saja sudah tidak diikuti, harus ulama model seperti apa yang bisa mereka ikuti? Apa model ulama seperti Rizieq yang tidak berani menghadapi hukum dan memilih kabur ke Arab?
Saya harap umat Islam Indonesia jangan sampai terprovokasi oknum yang ingin membenturkan umat Islam dengan Budha lewat isu Rohingya. Ulama Indonesia tidak ada yang mendukung aksid demo terhadap umat Budha di Indonesia. MUI dan PBNU justru mengecam tindakan ormas radikal yang hendak mendemo Borobudur.
0 komentar:
Posting Komentar