“Rezim Presiden Joko Widodo punya tugas konstitusional yang harus dilaksanakan membantu menghapuskan penjajahan di dunia, seperti Rohingya di Myanmar,”“Rezim Jokowi ini sepertinya terlambat dan cuma sedikit perhatiannya. Mungkin hanya pencitraan saja,”
Membaca pernyataan Amien Rais itu ada beberapa hal yang terlintas dalam benak saya :
- Alhamdulillah, Amien Rais masih ingat isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang salah satu bagiannya berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan“.
- Alhamdulillah Presiden Joko Widodo juga sudah bergerak dan melaksanakan amanat tersebut dengan mengirimkan misi kemanusiaan maupun misi diplomatik melalui Menteri Luar Negeri kita, Ibu Retno Marsudi, bahkan Beliau sudah berangkat ke Myanmar dan Bangladesh.
- Hmmmm… sepertinya ada narasi seirama yang sedang dibangun oleh barisan Prabowo dan Amien Rais cs bahwa seolah Presiden Jokowi lambat, hanya memberi sedikit perhatian, dan dibilang yang dilakukan cuma pencitraan saja. Terlambat? Lah sebelum kalian ngomong macam-macam tim Beliau sudah bergerak, jadi klausa ini gugur. Sedikit perhatian? Banyak dan sedikit itu relatif. Saya kira dengan mengirim Menteri langsung ke sana dan melakukan pendekatan diplomatik serta mengirim bantuan dalam jumlah yang cukup besar itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Bahkan banyak negara yang masih cuma cingcong saja soal Rohingya. Entah sebesar apa yang diminta Amien dan Prabowo sebab saya yakin ada tugas yang harus jadi lebih prioritas Presiden Jokowi selain urusan Rohingya. Karena Jokowi itu Presiden Indonesia, bukan Sekjen PBB bukan juga Presiden Myanmar atau Bangladesh. Pencitraan? Saya jadi penasaran yang cocotnya besar seperti dua orang ini apa langkah konkret yang sudah mereka lakukan ya?
Lucunya lagi saat berorasi Amien Rais juga membawa-bawa soal alutsista TNI dan Polri yang sudah usang.
“Permasalahan kita dalam membangun negeri terbentur satu hal tidak ada uang. Mengapa? karena kekayaan uang kita emas kita, perak kita, minyak kita, batu bara kita digotong ke luar negeri secara terus menerus,”
Untung Presiden Jokowi hebat. Freeport sudah diperjuangkan agar 51% sahamnya bisa segera dimiliki Pemerintah. Alutsista pun mulai berangsur diperbarui. Kalau mau ngeluh soal kekayaan alam yang banyak dijarah mungkin Amien harusnya bertanya ke Prabowo yang menjadi menantu mantan orang nomer satu negeri ini yang berkuasa selama 32 tahun. Tanyakan apa yang dilakukan bekas mertua karibnya itu terhadap kekayaan alam negeri kita. Mengapa banyak sektor yang dikuasai asing.
Saya paham sekarang masyarakat ini sedang diarahkan pada sebuah kondisi di mana kalau ada peristiwa apapun maka yang akan disalahkan adalah Jokowi. Semua salah Jokowi. Alam bawah sadar kita sedang dibentuk ke arah itu.
Kerusuhan etnis Rohingya itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan mungkin di saat Jokowi saja tak pernah membayangkan akan jadi Presiden negeri ini. Itu saja sudah dibuat seolah ini salah Jokowi dan Jokowi tak berbuat banyak.
Tapi saya bersyukur kalau bahkan di setiap persoalan Jokowi selalu dituntut hadir termasuk soal Suriah, Irak, Myanmar, mungkin besok-besok juga kalau Kim Jong Un lagi ngambek dan meluncurkan rudal balistik juga itu harus jadi urusan Jokowi maka ada sebuah pengakuan terselubung kalau Jokowi dianggap mampu mengurusi semua persoalan termasuk urusan negara-negara lain. Artinya ada kebijaksanaan, kepemimpinan, dan ketegasan Jokowi yang dianggap mumpuni untuk menyelesaikan persoalan itu. Mungkin mereka percaya Jokowi bisa jadi khalifah bagi seluruh penduduk di muka bumi ini, tak hanya di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar