Sebuah
lokasi bangunan agama di Semenanjung Bukit, di wilayah Bali Selatan,
mewakili ajaran filsafat Bali tentang toleransi umat beragama dan
kemungkinan sekali menjadi satu-satunya di dunia. Ini juga menjadi
pengingat akans ebuah pesan yang sangat kuat bagi kita semua untuk
menjalankan toleransi beragama dan ikut mengambil bagian di dalamnya,
supaya dibawa pulang kerumah, dan menyebarkannya.
Pada saat sebagian besar penduduk dunia
sedang dibombardir oleh berita-berita tentang perang dan kekejaman yang
diselubungi oleh tabir dan kefanatikan agama, kita, orang-orang yang
dibom oleh berita-berita tersebut harus memperhatikan pada dua hal
dibawah ini:
Pertama, kita harus mencoba untuk
melihat apa yang menjadi motif sebenarnya mereka berperang dan melakukan
tindak kekerasan. Untuk melakukan itu, kita harus mencoba untuk
menyelidiki atau setidaknya menebak apa yang memotivasi para pemimpin
tersebut dari sisi yang berbeda dalam menciptakan dan melestarikan
konflik yang terjadi. Jika kita menyimpulkan bahwa motif utama mereka
bukanlah masalah agama melainkan alasan yang berbeda, maka kita harus
bertanya pada diri kita sendiri mengapa mereka mengenakan jubah agama
sebagai alasannya. Untuk menjawab pertanyaan ini dikembalikan kepada
Anda sendiri untuk menjawabnya dan juga diluar lingkup tulisan ini.
Kedua, kita perlu bertanya pada diri
sendiri apakah kita ingin atau tidak ingin menjalankan toleransi agama.
Dan jawaban atas pertanyaan ini benar-benar, terserah kepada Anda. Tapi
jika Anda memutuskan bahwa Anda ingin menikmati dan mempraktekkan agama
atau keyakinan Anda dalam damai dan kemudian Anda bisa merangkul
perbedaan agama yang ada dan menghormati dan mencintai bagaimana orang
lain juga menjalankan iman mereka dalam damai, maka Anda akan sangat
menghargai kerukunan umat beragama yang ada di Bali.
Pulau Bali sangat dipengaruhi oleh tradisi masyarakat Hindu-Bali.
Ajaran agama Hindu-Bali hadir di
mana-mana, dan disepanjang waktu.Susunan Pura dari yang terbesar atau
yang terkecil mempunyai tingkat struktur yang berbeda yang sesuai dengan
ajaran agama tersebardiseluruh pulau. Dengan arsitektur terbuka yang
indah dimana dindingnya mempunyai ukiran rumit kelihatan seperti tumbuh
alami dari dalam tanah. Anda berada di Bali dan masyarakat Bali adalah
pemeluk agama Hindu. Diseluruh pulau, setahun sekali perayaan besar
seperti Galungan, Kuningan dan Nyepi, dirayakan mengikuti Kalender Bali.
Upacara Bulan Purnama, dirayakan dengan ukuran yang lebih kecil,
menambah lagi 12 hari dalam setahun ketika semua masyarakat Bali
meluangkan waktu mereka untuk berkumpul bersama melakukan ritual
keagamaan. Upacara kecil, perayaan dan pesta di daerah, pada tingkat
masyarakat atau keluarga mengisi hari-hari yang tersisa dalam setahun.
Doa ritual harian bisa terlihat jelas dilakukan setiap hari. Seluruh dan
setiap upacara mengharuskan untuk memakai pakaian adat Bali yang khusus
dan khas sehingga menambahkan lagi rasa hadirnya roh pada setiap
upacara harian di Bali. Jadi ya, Anda berada di Bali dan masyarakat Bali
adalah umat Hindu.
Tapi Bali sangat toleran. Orang-orang
dari kepulauan lain di Indonesia dan orang-orang dari negara-negara di
seluruh dunia tinggal di pulau ini untuk mencari kehidupan yang lebih
baik. Bali mengakomodasi mereka dan juga menerima agama mereka. Pada
hari Jumat, umat Muslim terlihat datang dan pergi dari masjid dengan
mengenakan jubah sembahyang dan kopiah. Pada hari Minggu, umat Kristen
terlihat datang berbondong-bondong ke ibadah gereja mereka
masing-masing. Kuil umat Buddha, meskipun lebih sedikit, dapat ditemukan
di berbagai sisi lain pulau ini dan biksu Budha dapat ditemui berjalan
tanpa alas kaki naik dan turun pada jalan-jalan di Bukit. Ya Bali memang
toleran, tetapi Anda mungkin membantah bahwa Bali tidak ada bedanya
dari beberapa kota besar atau wilayah lain di dunia. Dan Anda mungkin
benar.
Tapi lihatlah ini:
Sebagai peselancar yang berselancar di
area Bukit pada saat musim hujan, Anda mungkin akan melewati tempat ini.
Nama tempat tersebut ialah Puja Mandala. Sebuah pusat ibadah
multi-agama yang mungkin termasuk unik di dunia dan terletak di salah
satu perbukitan yang menurun menuju ke arah Nusa Dua, di mana Anda biasa
lalui ketika mengendarai sepeda motor atau mobil Anda untuk mengejar
sejumlah ombak yang bagus. Anda mungkin tidak sengaja hanya melewatinya
atau kemungkinan Anda telah memperhatikan dan sedikit berpikir
tentangnya. Ayo, mari kita coba berpikir beberapa tentangnya.
Untuk toleransi beragama … dan perdamaian dunia (ehem …)
Tempat ini mengakomodasi rumah ibadah
dari 5 agama dunia (5 agama yang diakui oleh sistem hukum di Indonesia),
gereja Katolik, gereja Protestan, Masjid, Kuil umat Budha, dan tentu
saja, Pura umat Hindu Bali. Seperti yang Anda pikirkan, tempat ini tidak
muncul alami begitu saja dari dalam tanah, dengan kata lain, tempat ini
tidak bisa dibangun tanpa perencanaan sebelumnya atau dengan tujuan
yang tergesa-gesa. Tidak mungkin bisa dibangun. Bagaimana bisa?
Bagaimana mungkin oleh karena sesuatu, 5 jemaat agama yang berbeda
membangun rumah ibadah mereka bersebelahan satu sama lain? Tidak, itu
tidak akan terjadi. Bagaimanapun juga tidak akan bisa. Semuanya harus
direncanakan bahkan sebelum lahannya tersedia. Tapi, oleh siapa? Dan
yang paling penting lagi, mengapa?
Untuk menjawabnya (kita harus dalam
suasana hati yang sedang ingin mencari jawaban), bayangkan ini:
bayangkan bagaimana menciptakan sebuah tempat di mana 5 agama besar
dunia bisa hidup berdampingan, di mana jemaat mereka bisa saling
memberikan salam sebelum memasuki rumah ibadah mereka dan saling menyapa
saat mereka pergi, di mana satu-satunya perhatian tertuju kepada kelima
rumah ibadah yang berdiri berdampingan satu sama lain adalah
menakjubkan, di mana tampaknya yang tak terpikirkan menjadi kenyataan.
Bayangkan sebuah tempat yang tidak dapat ditemui di dunia, sebuah tempat
yang menentang pengalaman umum, yang menentang pengetahuan umum, bahkan
yang menentang akal sehat. Siapa yang mau datang ke tempat tersebut?
Siapa yang akan mengunjunginya? Siapa? Dan yang lebih penting lagi,
berapa banyak dari mereka yang mau berkunjung?
Sekarang Anda mungkin membayangkan bahwa
alasan sederhana di balik pendirian bangunan tersebut, tempat tersebut,
adalah untuk tujuan pariwisata. Sebab tempat seperti yang telah Anda
bayangkan, harus seefektif mungkin bisa menjadi daya tarik wisata.
Selain tempat tersebut berdekatan dengan daerah tujuan wisata, lokasinya
tepat berada di pulau tempat tujuan wisatawan. Tempat tersebut harus
bisa menjadi daya tarik yang akan membawa bus-bus berisi parawisatawan.
Dan juga untuk menarik wisatawan dari berbagai agama, termasuk penganut
paham humanis, dan juga agnostik, dan bahkan atheis! Anda sedang
membayangkan seseorang atau sekelompok orang-orang yang menyadari betapa
mustahil dan uniknya mendirikan tempat tersebut dan karenanya membuat
sesuatu yang menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan.
Dan Anda benar. Salah satu alasan utama,
jika bukanlah alasan terpenting, adalah untuk menjadikan tempat
tersebut menjadi tempat daya tarik wisata.
Bahkan, makna dari Puja Mandala adalah
Lingkaran Doa,Gelanggang Doa,Panggung Doa,sudah dibayangkan oleh pelopor
pariwisata Indonesia, Bapak Joop Ave. BapakJoop Ave, meninggal dunia
pada tahun 2014 pada usia 79tahun, memiliki karir yang luas, bekerja
pada pemerintah Indonesia di bidang diplomasi dan hubungan luar negeri.
Tapi dia terkenal karena telah memainkan peran utama dalam pengembangan
industri pariwisata Indonesia di masa pemerintahan Soeharto, pertama
ketika beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Pariwisata pada tahun
1982 dan kemudian diangkat sebagai Menteri Pariwisata, Pos &
Telekomunikasi Republik Indonesia (1993-1998).
Sekarang ini pikiran Anda penuh dengan
pikiran yang sinis dan membuat Anda kehilangan gambaran sebenarnya. Anda
berkata, “Penggunaan ide tentang kerukunan beragama untuk menarik
pariwisata bertentangan dengan tujuan agama sebenarnya.” Jadi ketika
Anda melewati tempat tersebut, Anda harus berhenti dan menghentikan
kendaraan Anda sebentar untuk berpikir tentang ide ini. Atau Anda pergi
berselancar terlebih dahulu dan setelahnya ketika Anda sudah berada di
hotel dan kamar hotel Anda, dan melakukan latihan yoga tapi Anda tetap
tidak bisa menemukannya karena ide yang sama masih mengganggu pikiran
Anda.
Marilah pertimbangkan tentang ini.
Ketidakmungkinan mendirikan 2 tempat ibadah dari agama yang berbeda,
sepertinya karena seseorang hanya fokus dengan agamanya sendiri, dan
karena mereka takut akan tetangganya yang berlainan agama. Para pemimpin
agama tidak menyukai kompetisi dari agama lain. Setiap orang yang
berpindah agama ke agama yang lain dapat menurunkan kredibilitas
pemimpin agamanya dan itu dapat dilihat kecuali orang tersebut pindah ke
agama mereka. Tapi ya, mereka berkompetisi mendapatkan jemaatnya, tapi
mereka tidak mau terlalu terlihat. Biasanya mereka tidak maumembangun
rumah ibadah berdekatan dengan alasan tersebut. Hal ini pernah terjadi,
dan tentu saja bisa terjadi di dunia ini. Tapi 5 tempat ibadah agama
yang berbeda berada pada tempat yang sama dan pada waktu yang sama
sangat mengagumkan.
Ada beberapa alasan mengapa mengapa hal
ini menakjubkan. Alasan pertama adalah: Para pemimpin agama setuju dan
memberi dukungan untuk membangun Puja Mandala yang mana ide ini sempat
dipertanyakan karena agama yang berbeda, pemimpin agama dan
masyarakatdari agama tersebut takut dan tidak percaya satu sama lain.
Alasan kedua adalah: bangunan agama ini
tidak palsu, atau tidak terbuat dari kertas, bukan bagian dari
pertunjukan film, yang bertujuan menarik perhatian wisatawan untuk
mengambil gambar disana. Dan bahkan tidak ada biaya untuk masuk
kedalamnya. Bangunan ini nyata. Setiap agama mempunyai jadwal
pelayanannya ibadah dan pelayanan komunitas dan grupnya masing-masing.
Umat agama hadir dan beribadah di tempat ibadah mereka masing-masing,
dan menyadari bahwa orang-orang dari agama yang berbeda sedang melakukan
hal yang sama dan keduanya memiliki hak untuk melakukan kewajiban
ibadah agamanya dan menghormatinya. Orang-orang yang hadir tahu bahwa
mereka harus hidup harmonis satu sama yang lainnya. Salah satu pemeluk
agama berkata, “Saya merasakan perasaan yang spesial ketika berdoa di
tempat ini.Sukar dijelaskan, tapi saya seperti tinggal di dunia yang
lebih harmonis dan aman, mengetahui bahwa tetangga dan orang-orang
lainnya berada di tempat ibadah mereka dan kami saling menghormati satu
sama lain.”
Alasan ketiga adalah: Hal ini terjadi di
Bali, dimana merupakan pulau kecil di kepulauan Indonesia dengan agama
dan budayanya yang unik, yang membuat hal ini bisa terjadi, dimana tidak
ada aturan yang ketat, peraturan dan larangan akan ancaman dari
pengaruh asing. Bali menerima dan menyambut orang-orang dari seluruh
dunia. Selama mereka bisa melewati pemeriksaan Imigrasi tentunya, dan
menghormati ibadah agama yang dijalankan terlepas dari agama mereka
masing-masing.Oleh karena itu Joop Ave dan rekan-rekannya memilih Bali
sebagai lokasi bangunan.Pemeluk agama lainnya berkata, ”Saya berharap
hal ini bisa menjadi inspirasi bagi bagian dunia lainnya.Saya berharap
orang-orang bisa melihat bagaimana kami bisa hidup berdampingan dan
menjalankan agama masing-masing dengan harmonis”.
Alasan keempat adalah: Kita sudah berada
di Bali dalam waktu yang lama, kerukunan dan toleransi beragama sudah
ada. Anda mungkin tidak berpikir tentang contoh bagus yang diberikan
oleh tempat peribadatan ini dalam perjalanan ke atau dari berselancar
di Nusa Dua.
Alasan kelima adalah: Karena Anda pernah
datang ke Bali atau Anda tinggal di Bali, Anda sudah tahu bahwa
kerukunan antar umat beragama sudah berjalan dengan baik. Pada saat ini
kerangka pikiran tersebut sangat berharga. Bapak Joop Ave juga memahami
pentingnya pesan tersebut terkirim ke seluruh wilayah di Indonesia.
Bahkan, dia berharap tempat peribadatan ini bisa menjadi seberkas
harapan untuk kehidupan yang harmonis antar umat beragama di seluruh
dunia.
Alasan keenam adalah: Pulau kecil ini
menerima lebih dari jutaan pengunjung setiap tahun. Merupakan tempat
tinggal tetap atau rumah sementara bagi ratusan ribu atau jutaan
pendatang. Bali sedang dipengaruhi dan dengan perlahan diubah budayanya
oleh jutaan orang-orang yang datang dengan budaya mereka. Pulau kecil
ini, telah, sedang dan akan mempengaruhi kembali jutaan pendatang asing
dengan pesan yang kuat dan hebat tentang kehidupan yang harmonis dan
bertoleransi, tidak peduli apa agama mereka, dan tidak peduli apa yang
menjadi keyakinan mereka.
Berpikirlah tentang hal ini, taruh ke dalam pikiranmu, bawa pesan ini ke rumahmu dan sebarkanlah.
Berterimakasih dan bersyukur.
Salam Damai.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar