JAKARTA - Tingkat literasi masyarakat yang
dinilai rendah, mengharuskan pemerintah untuk mendorong edukasi dan
literasi media. Hal ini juga menggerakkan Kementerian Komunikasi dan
Informatika untuk menggelar literasi di berbagai daerah.
Tak lain langkah ini untuk mengedukasi masyarakat agar mampu mensortir berita hoax yang menjadi konsumsi masyarakat tanah air.
Hal ini juga diungkapkan oleh pengamat Media Sosial Nukman Luthfie,
bahwa kunci untuk melawan peredaran berita hoax ialah dengan dorongan
edukasi dan literasi media. Ia berpendapat bahwa tingkat literasi
(kemampuan memahami dan mendekonstruksi) yang dimiliki masyarakat
terhadap informasi masih rendah. Oleh karena itu pola pengajaran
seharusnya menuntut masyarakat untuk lebih kritis.
"Sebenarnya balik lagi ke soal pendidikan. Pendidikan di kita tidak mengajarkan untuk membaca yang benar, membaca yang kritis. Makanya gampang tertelan sama konten yang tidak keruan," ungkap Nukman, Selasa (13/2/2017).
Ia pun mengungkapkan bahwa ada beberapa masyarakat yang hanya melihat judulnya saja. Artinya, sekira 40% konten yang beredar di media sosial tidak pernah diklik sama sekali sebelum dibagikan kepada orang lain.
Hal tersebut dapat terlihat dari komentar dan isi berita yang seringkali tak bersesuaian. "Indikasi bahwa seringkali orang tidak benar membaca isinya adalah kita bisa perhatikan banyak posting di media sosial yang berasal dari berita, lalu antara isi berita dan komentar bisa jauh, tidak nyambung," tandasnya.
"Sebenarnya balik lagi ke soal pendidikan. Pendidikan di kita tidak mengajarkan untuk membaca yang benar, membaca yang kritis. Makanya gampang tertelan sama konten yang tidak keruan," ungkap Nukman, Selasa (13/2/2017).
Ia pun mengungkapkan bahwa ada beberapa masyarakat yang hanya melihat judulnya saja. Artinya, sekira 40% konten yang beredar di media sosial tidak pernah diklik sama sekali sebelum dibagikan kepada orang lain.
Hal tersebut dapat terlihat dari komentar dan isi berita yang seringkali tak bersesuaian. "Indikasi bahwa seringkali orang tidak benar membaca isinya adalah kita bisa perhatikan banyak posting di media sosial yang berasal dari berita, lalu antara isi berita dan komentar bisa jauh, tidak nyambung," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar