Mataram - Selain
tetap mempertahankan pola dakwah tradisional, warga NU juga harus
membekali diri dengan literasi dakwah melalui media sosial, jika tidak
maka pesan dan anjuran kebaikan yang disampaikan dalam dakwah para ulama
dan tuan guru, tidak memiliki daya jangkau yang luas.
Akibatnya pesan dakwah tersebut berputar
pada jamaah yang terbatas. “Dakwah melalui internet dapat diakses
dengan mudah oleh ribuann bahkan jutaan orang, potensi ini harus bisa
dibaca sebagai peluang dakwah, kata Helmi Faisal Zaini Sekjen PB NU
Menurut Helmy, tantangan warga NU adalah
meningkatkan pola dakwah tradisional ke dakwah virtual yang memiliki
daya jangkau publik yang lebih luas.
“Dengan demikian, sekali berdakwah dapat
diikuti oleh ratusan ribu bahkan jutaan folowers, dakwah virtual
efeknya lebih dahsyat, tegas Helmy.
Lebih jauh diharpkannya, aktivis netizen
NU perlu mendampingi dan membranding para ulama dan tuan guru dalam
menyebarkan dakwah dan pesan-pasan kebaikan bagi ummat.
NTB memiliki banyak tuan guru dan ulama
yang profil dan dakwah-dakwahnya perlu ditangani secara kreatif untuk
kemudian disebar luaskan melalui jejaring media sosial. Keterampilan
menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dapat digunakan sebagai
sarana melawan hoax dan fitnah yang ditujukan kepada para tuan guru dan
ulama NU.
Disamping itu, keterampilan menggunakan
media sosial efektif untuk menangkal berita dan informasi berbau
radikal yang disebar secara besar-besaran oleh para buzzer.
“Cara melawannya, yaitu tidak menshare
berita hoax dan bernuansa radikal, menghapusnya, juga harus punya
kreativitas memanfaatkan media sosial” kata Helmy.
Netizen NU NTB pun berkomitmen untuk memposting pesan dan ajaran kebaikan para ulama dan
kiai Nahdlatul Ulama, memproduksi karya di media sosial baik berupa
gambar, video, meme dan artikel untuk dakwah yang inspiratif dan
berakhlakul kharimah, ala Ahlussunah Waljamaah An Nahdliyah.
0 komentar:
Posting Komentar