Ada cara preventif untuk diri kita sendiri supaya tidak menjadi
bagian dari penyebar berita hoax, apalagi di saat keadaan genting dan
panik.
Gunakan logika. Saat rasa panik, takut dan khawatir,
kita sangat mudah lengah dan mengabaikan logika. Pesan yang kesannya
bisa membantu orang lain untuk lebih berhati-hati, tanpa dipikirkan lagi
segera kita forward. Sebelum melakukannya, baca ulang lagi pesan
tersebut dengan runut dan tenang secara menyeluruh. Pikirkan kemungkinan
efeknya, apakah benar membuat orang lebih berhati-hati, atau malah
membuat orang menjadi ketakutan.
Pastikan sumber berita bisa dipercaya. Sumber berita
yang mengatakan dapat informasi "dari grup sebelah", patut
dipertanyakan keabsahannya. Grup yang mana? Siapa yang ada di sebelah?
Jika di dalam isi pesan ada mencantumkan pendapat dari tokoh terkenal,
atau portal berita terpercaya, bahkan surat kabar, harusnya bisa di
trace balik ke nama yang dicantumkan. Jika kabar tersebut penting,
melalui Google Search saja kita bisa membaca artikel aslinya, apa berita
tersebut benar, atau sekedar mendompleng nama.
Isi berita terlalu bombastis, harap lebih waspada.Sering
kali pesan hoax begitu hebat, melewati akal sehat, dan terkadang berbau
supranatural. Jika isi pesan memiliki karakter tersebut, riset lebih
jauh di internet melalui tulisan di web yang bisa dipercaya, atau
mintakan dulu pendapat kepada orang yang kita anggap lebih tahu. Seperti
pepatah malu bertanya sesat di jalan, terlalu cepat mem-forward berita
yang ternyata hoax, bisa membuat kredibilitas kita turut dipertanyakan.
Isi pesan menyangkut kredibilitas orang lain atau institusi lain, harap dicek ulang dan tahan untuk di-forward. Pikirkan
masak-masak untung ruginya menyebarkan berita tersebut. Sekali pesan
kita kirimkan, tidak bisa ditarik lagi dari internet, dan memungkinkan
untuk di track balik. Berkaca dari kejadian di media sosial yang masih
hangat tentang Mirna Salihin yang meninggal sehabis meminum kopi,
ternyata mempunyai efek samping yang buruk.
Rekan Facebooknya yang tidak tahu menahu, hanya karena memiliki nama
depan Jessica, yang sama dengan nama teman mengopi Mirna, harus
menanggung kerepotan dicap dan dicurigai, bahkan harus menutup akunnya
di sosial media. Netizen melalui blog, forum, bahkan juga portal berita,
turut menyebarkan nama Jessica Ngadimin, padahal sebenarnya yang
dimaksud adalah Jessica Wongso, dua orang yang benar berbeda. Efeknya
sampai kapanpun juga, Jessica Ngadimin yang tidak tahu apa-apa, akan
punya catatan buruk, dicurigai di internet.
Pesan disertai gambar yang terlalu eksplisit, sebaiknya berhenti di smartphone kita. Di
banyak kejadian dan peristiwa, banyak isi pesan tentang sebuah kejadian
dilengkapi dengan foto-foto tanpa sensor, bahkan ditunggangi orang yang
tidak bertanggung jawab. Belum tentu foto tersebut adalah foto sesuai
kejadian. Seringkali foto dari peristiwa lain di luar negeri, disertakan
seolah-olah foto tersebut menjadi pelengkap dari kejadian yang sedang
berlangsung. Tubuh orang yang tercabik, muka yang hancur disertakan
tanpa ragu-ragu.
Mereka yang memiliki hati, melihatnya saja pasti merasa miris, dan
mungkin saja foto-foto tersebut berdampak kepada sebagian orang yang
melihatnya, dan membuatnya menjadi ketakutan. Apalagi jika foto tersebut
dilihat anggota keluarga bersangkutan, akan menjadi kenangan yang
sangat buruk. Media seperti surat kabar, televisi dan portal berita,
diatur tidak boleh menyiarkan gambar eksplisit tanpa sensor, hendaknya
netizen juga mengikuti aturan yang sama.
Internet atau dunia maya, bukan dunia yang tidak nyata dan tidak
memiliki aturan. Sama seperti kita menjalani kehidupan sehari-hari yang
terikat aturan untuk menjaga kenyamanan dan keharmonisan bersama,
demikian juga seharusnya kita menjaga diri di internet.
Media sosial dan instant messaging bukan jejaring yang tanpa jejak. Semua apa yang kita tulis, apa yang kita kirim, apa yang kita forward meninggalkan jejak, dan seringkali merepresentasikan siapa diri kita di internet. Tidak bisa dihindari, orang akan menilai diri kita melalui apa yang kita lakukan juga di internet. Senantiasa mengikuti aturan dan menjaga diri di internet seperti di kehidupan nyata, adalah langkah yang bijaksana.
Media sosial dan instant messaging bukan jejaring yang tanpa jejak. Semua apa yang kita tulis, apa yang kita kirim, apa yang kita forward meninggalkan jejak, dan seringkali merepresentasikan siapa diri kita di internet. Tidak bisa dihindari, orang akan menilai diri kita melalui apa yang kita lakukan juga di internet. Senantiasa mengikuti aturan dan menjaga diri di internet seperti di kehidupan nyata, adalah langkah yang bijaksana.
Seorang teman berujar, jangan hanya ponsel kita yang smart, kita pun harus juga smart!
0 komentar:
Posting Komentar