Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) adalah gerakan Islam -yang menjadi percontohan bagi PKS- radikal di Mesir dan telah dinyatakan sebagai organisasi teroris di beberapa negara di Timur Tengah. Artikel asli: and as of 2015, Muslim Brotherhood is considered a terrorist organization by the governments of Bahrain, Egypt, Russia, Syria, Saudi Arabia and United Arab Emirates.
Bahaya Laten PKS Wahabi
Saat masih menjabat Menhan, Juwono
Sudarsono pernah memberikan peringatan akan adanya gerakan radikal dari
Timur Tengah yang menyusup pada partai Islam. Penyusupan gerakan radikal
dari Timur Tengah tersebut bertujuan untuk mendirikan Negara Islam dan
menghancurkan NKRI. Juwono Sudarsono meminta masyarakat waspada, karena
penyusup menunggu momentum yang tepat untuk melakukan radikalisasi dan
mendirikan Negara Islam. Pernyataan Anis Matta yang terkesan “membela
ISIS” dan “memuja Osama Bin Laden” tentu tidak bisa kita lepaskan dari
peringatan Juwono Sudarsono agar masyarakat waspada. Dan gerakan ini
membahayakan NKRI karena mereka ingin membuat negara khilafah.
Apalagi jika kita bedah sejarah
kelahiran PKS di Indonesia. Faktanya, memang tidak bisa lepas dari
organisasi gerakan radikal di Timur Tengah yaitu Ikhwanul Muslimin.
Fakta juga menunjukkan elit-elit PKS banyak yang lulusan dari Timur
Tengah seperti Arab Saudi dan Mesir. Ada benang merah yang terjalin
jelas antara PKS-Indonesia, Ikhwanul Muslimin-Mesir dan Wahabi-Arab
Saudi. Namun demikian fakta yang sudah jelas dan diketahui oleh publik
tersebut masih sering dibantah oleh elit-elit PKS. Padahal dalam sebuah
pernyataannya, Dr. Yusuf Qardhawi pernah menyebutkan bahwa Partai
Keadilan (saat ini PKS) adalah perpanjangan tangan Ikhwanul Muslimin di
Mesir.
Sejarah juga menunjukkan, sejak berdiri
hingga saat ini, PKS dikelola oleh gerakan Tarbiyah yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari gerakan politik Ikhwanul Muslimin. Sejak
tahun 80-an, gerakan Tarbiyah mampu menguasai kampus-kampus terkemuka
seperti ITB, IPB, UI, UGM, Unpad, Unair, Unbraw dan Unhas. Mereka
membentuk usroh-usroh yang dibimbing oleh para murobbi dan menyusupkan
ideologinya melalui asistensi mata kuliah wajib Agama Islam. Tumbangnya
rezim ORBA dan lahirnya reformasi 1998 merupakan momentum pertama
gerakan Tarbiyah mulai berani membuka diri. Mereka lalu membentuk partai
politik yang diberi nama Partai Keadilan. Meskipun hal ini tidak pernah
diakui terang-terangan oleh PKS, namun melihat Jonru begitu “kebakaran
jenggot” atas kedatangan Presiden Mesir Al-Sisi yang membasmi Muslim
Brotherhood, bisa dipastikan pernyataan tersebut benar adanya.
Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood)
menjadi besar dan kuat mendapat pendanaan dari Arab Saudi selama lebih
dari 50 tahun. Ikhwanul Muslimin gerakan Radikal berafiliasi
dengan ajaran Salafi Wahabi yang berasal dari Arab Saudi, dan dianut
oleh teroris Al-Qaeda & ISIS. Artikel asli: The Kingdom of Saudi
Arabia helped the Brotherhood financially for “over half a century”. Dan
di Mesir pun Depertemen Kementerian Wakaf (Agama) akan terus memantau
dan melakukan pemeriksaan masjid dan perpustakaan di setiap Provinsi,
untuk memastikan dua tempat itu bersih dari buku-buku yang mengajak pada
“militansi dan ekstremisme”, baik perafiliasi dengan pemikiran Ikhwanul
Muslimin maupun Salafi Wahabi.
Ikhwanul Muslimin di bawah Sayyid Quthb
memiliki hubungan yang erat dan kepentingan yang sama dengan Wahabi di
Arab Saudi. Baik Ikhwanul Muslimin di Mesir maupun Wahabi di Arab Saudi
memiliki pemikiran yang sama tentang pemikiran Takfiri. Dalam pemikiran
Sayyid Quthb, negara wajib hukumnya menjalankan syariat Islam. Sehingga
jika ada pemerintah muslim yang abai terhadap kewajiban menjalankan
syariat Islam, maka dianggap telah keluar dari akidah Islam dan layak
diperangi.
Jika melakukan perang secara terbuka
baik melalui kudeta maupun pemberontakan maka dipastikan gerakan
Tarbiyah pasti akan hancur. Sejarah membuktikan, pemberontakan NII yang
dipimpin oleh Danu Muhammad Hasan yang merupakan ayahanda Ketua Dewan
Syuro PKS, Hilmi Aminuddin, ternyata gagal total.
Bisa jadi belajar dari kegagalan
pemberontakan NII, maka diputuskan untuk merebut kekuasaan dan
mendirikan Negara Islam melalui jalur politik dengan mendirikan partai
politik. Sedangkan untuk merebut kekuasaan dan mendirikan Negara Islam
melalui jalan perang diserahkan kepada ISIS yang saat ini sedang menjadi
sorotan dunia.
Maka menjadi hal biasa dan bukan hal
yang aneh, jika Presiden PKS Anis Matta dalam pernyataannya terkesan
“membela ISIS” dan Osama Bin Laden. Hal ini Terbukti dari pernyataan
Presiden PKS Anis Matta beberapa waktu lalu yang menyatakan dukungan
kepada ISIS yang notabene adalah produk Salafi-Wahabi & didanai Arab
Saudi. Dukungan tersebut dinyatakan Anis Matta secara terang-terangan
diliput oleh banyak media lokal tanah air.
Organisasi teroris Ikhwanul Muslimin
(Muslim Brotherhood) juga mendapat pendanaan dari Washington pada masa
1950-an dengan tujuan untuk melakukan makar menggulingkan Presiden Mesir
Ghamal Abdul Nasser yang dianggap “tidak ramah” terhadap kebijakan
Barat di Timur Tengah. Berdasarkan testimony mantan Vice Chairman dinas
intelijen AS C.I.A. Graham E. Fuller yang dituangkan dalam bukunya yg
berjudul “A World Without Islam”
0 komentar:
Posting Komentar