Dalam perjalanan menjadi sebuah negara
berdemokrasi seperti sekarangi, bangsa Indonesia telah mengalami banyak
peristiwa. Di antaranya adalah peristiwa pemberontakan yang coba
dilancarkan oleh anak bangsanya sendiri. Tercatat dalam sejarah,
Indonesia pernah dikudeta berkali-kali, diantarnya oleh dua organisasi
besar pernah berusaha untuk mengganti ideologi Pancasila menjadi
ideologi yang mereka inginkan. Komunis dan Islam (versi NII)
Pemberontakan PKI
Dalam pelbagai tulisan sejarah, PKI
disebut pernah memberontak sebanyak tiga kali. Pertama pada tahun 1926,
PKI memberontak terhadap penjajah kolonial belanda (ini jarang
diekspos)Kemudian pada, tahun 1948 dan tahun 1965 PKI dianggap
melakukan kudeta terhadap NKRI.
Pemberontakan PKI 1948 dipimpin oleh
Musso. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya
Republik Soviet Indonesia. Hari berikutnya, PKI/FDR mengumumkan
pembentukan pemerintahan baru. Selain di Madiun, PKI juga mengumumkan
hal yang sama pula di Pati, Jawa Tengah. Pemberontakan ini menewaskan
Gubernur Jawa Timur RM Suryo, kemudian dokter pro-kemerdekaan Moewardi
hilang, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama. Hilangnya dr.
Moewardi disinyalir merupakan akibat dari aktivitasnya dalam Gerakan
Revolusi Rakyat yang digagas bersama dengan Tan Malaka.
Akhir dari pemberontakan ini terjadi
ketika Pemerintah melakukan serangkaian operasi penumpasan PKI yang
dimulai pada tanggal 20 September 1948 di bawah pimpinan A.H. Nasution.
Pada tanggal 31 Oktober 1948, Musso ditembak mati, mayatnya lantas
dibawa ke Ponorogo. Di sana, mayat yang disimbahi darah dan luka itu
dipertontonkan. Dan…. dibakar! PKI 1948 pun tamat
Pemberontakan kedua yang dilakukan oleh
PKI terjadi pada tahun 1965. Sebanyak tujuh Jenderal gugur dalam
peristiwa penculikan yang dilakukan oleh PKI. Peristiwa berdarah
tersebut terjadi pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965.
Dalam perjalanan menjadi sebuah negara
berdemokrasi seperti sekarangi, bangsa Indonesia telah mengalami banyak
peristiwa. Di antaranya adalah peristiwa pemberontakan yang coba
dilancarkan oleh anak bangsanya sendiri. Tercatat dalam sejarah,
Indonesia pernah dikudeta berkali-kali, diantarnya oleh dua organisasi
besar pernah berusaha untuk mengganti ideologi Pancasila menjadi
ideologi yang mereka inginkan. Komunis dan Islam.
Pemberontakan DI/ TII (NII)
Negara Islam Indonesia (NII) kelompok
Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di
Indonesia, dimulai pada 7 Agustus 1942 oleh sekelompok milisi Muslim, di
bawah pimpinan pria kelahiran Blora, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong,
Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengakui syariat islam sebagai
sumber hukum yang valid.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik
Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada
pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara
teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya
bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum
Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa “Negara
berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan
Sunnah”. Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan
kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syariat
Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur’an dan
Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan “hukum kafir”, sesuai dalam
Qur’aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50. (wikipedia).
Gerakan NII berakhir setelah pimpinannya, S.M. Kartosoewirjo ditangkap dan dieksekusi mati pada tahun 1962.
PKI dan NI adalah Penyakit Bangsa Indonesia
Baik, PKI maupun DI/ TII merupakan
penyakit yang pernah menggerogoti tubuh bangsa Indonesia. Tak heran,
pada masa Soeharto berkuasa, PKI disebut sebagai bahaya laten karena
dalam buku catatan orde baru, PKI dianggap ingin mendirikan negara
komunis. Hal tersebut dibenarkan oleh Hary Poeze yang menyebut PKI ingin
mendirikan negara Soviet di Indonesia. Beruntung TNI segera memadamkan
pemberontakan tersebut.
Kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1965, PKI
dituding sebagai kelompok yang bertanggung jawab terhadap terbunuhnya
tujuh jenderal TNI AD. Mengenai peristiwa ini, belum ada dokumen atau
bukti yang menunjukkan bahwa PKI hendak mendirikan negara soviet di
Indonesia sebagaimana peristiwa Madiun 1948.
Herannya, sampai sekarang tidak ada
istilah bahaya laten NII padahal jika diperhatikan dengan seksama,
pemberontakan yang dilakukan NII ini lebih terorganisir selain itu
mereka memiliki angkatan bersenjata sehingga permberontakan tersebut
berlangsung cukup lama.Ini beda jauh dengan PKI pada tahun 1948 apalagi
pada tahun 1965 yang seketika langsung ditumpas.
Untuk itu sedikit perbandingan saja sudah
cukup menunjukkan siapa yang lebih berbahaya di antara PKI dan NII.
Dokumen berisi proklamasi pendirian Negara Islam Indonesia saya kira
cukup untuk membuktikan keseriusan mereka dalam mengkudeta NKRI.
PROKLAMASI
Berdirinja NEGARA ISLAM INDONESIA
Bismillahirrahmanirrahim Asjhadoe anla ilaha illallah wa asjhadoe anna Moehammadar Rasoeloellah
Kami, Oemmat Islam Bangsa Indonesia MENJATAKAN:
Berdirinja ,,NEGARA ISLAM INDONESIA”
Maka hoekoem jang berlakoe atas Negara Islam Indonesia itoe, ialah: HOEKOEM ISLAM
Allahoe Akbar! Allahoe Akbar! Allahoe Akbar!
Atas nama Oemmat Islam Bangsa Indonesia
Imam NEGARA ISLAM INDONESIA
Ttd
(S M KARTOSOEWIRJO)
MADINAH-INDONESIA, 12 Sjawal 1368 / 7 Agoestoes 1949
Proklamasi tersebut secara jelas NII
bermaksud mendirikan negara Islam dengan menggulingkan pemerintahan NKRI
yang sah,sementara PKI sendiri belum pernah melakukan hal seperti itu
(memiliki proklamasi versi PKI)
Sayang sekali, orang-orang sekarang lebih
takut PKI yang jelas-jelas ideologinya sudah mati. Sementara NII,
sepertinya makin tumbuh subur…
0 komentar:
Posting Komentar