Pilkada DKI Jakarta menjadi medan terbuka bagi gerakan primodial dan radikal untuk mengekspresikan diri. Gerakan berbasis rasial dan agama ini menjadi duri dalam daging bagi keberagaman Indonesia. Jika dibiarkan maka berpotensi memecah belah NKRI.
"Kita berulang-ulang diskusi, karena ini adalah masalah
serius. Makanya dalam diskusi sebelumnya hitungan politik kalau
radikalismenya tidak dikendalikan sekarang maka akan muncul nanti NKRI
syariah," kata pengamat politik, Boni Hargens dalam diskusi Merawat Keindonesiaan bertemakan
"Menelaah Potensi Radikalisme di Pilkada DKI Jakarta" ini dihelat di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/3).
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati
menilai panggung Pilkada DKI menjadi kesempatan untuk saling
menjatuhkan dan saling menunggangi di antara kelompok-kelompok yang
berkepentingan.
"Banyak sekali hal yang tentu di create untuk
saling menjatuhkan. Kita melihat ada rangkaian dari pihak-pihak yang
membawa-bawa isu agama dan etnis untuk memenangkan kompetisi Pilkada DKI
ini. Hal itu dapat menghancurkan bangsa dan negara kita yang memang
berdiri di atas kemajemukan," ujar Susaningtyas.
Mantan anggota Komisi I DPR dari Fraksi Hanura ini juga menjelaskan, radikalisme bukan hanya muncul karena faktor ideologi. Menurut dia, ketimpangan sosial juga menjadi pemicu munculnya radikalisme.
0 komentar:
Posting Komentar