Cari Blog Ini

Senin, 04 September 2017

Waspada, Indikasi Cara-Cara Seperti Saracen Dibalik Memanasnya Isu Rohingya di Indonesia

Konflik berdarah di Negara Bagian Rakhine semakin memanas, diduga sekitar 800 warga etnis muslim Rohingya tewas dibunuh pasukan Myanmar. Pasukan pemerintah Myanmar membantai etnis muslim Rohingya karena kalap setelah mendapat perlawanan dari pemberontak Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Senin (28/8), serdadu pemerintah Myanmar semakin ganas menyerang warga Rohingya di daerah Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung di Negara Bagian Rakhine. Menurut salah satu penduduk Maungdaw, Aziz Khan, pasukan Myanmar menyerang kampungnya dan melepaskan tembakan serampangan.
“Mereka menembak ke arah semua yang bergerak. Ada perempuan dan anak-anak yang tewas. Bahkan mereka tega membunuh bayi,” kata Aziz.
Menurut pegiat Rohingya dan blogger di Eropa, Ro Nay San Lwin, pasukan pemerintah Myanmar juga membakar sejumlah masjid dan madrasah. Warga Rohingya terpaksa mengungsi tanpa perbekalan dan tempat berlindung.
Demikian konflik yang terjadi disana, sebagai manusia tentu kita mengecam tindakan kejahatan kemanusiaan yang terjadi disana. Wajar bila kita semua marah akan tragedi tersebut, tapi apakah etis jika tragedi tersebut digunakan oleh orang atau kelompok tertentu untuk kepentinganpolitik mereka?
Kita semua bersedih dan mengecam peristiwa yang terjadi disana. Dan kesedihan itu semakin bertambah dengan upaya penghasutan melalui berbagai cara untuk kepentingan tertentu. Kita bisa rasakan ada upaya-upaya untuk memecah belah kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Dan seperti yang saya duga, tidak sedikit yang kemudian menyalahkan Jokowi. Seolah-olah Jokowi tidak berbuat apa-apa atas kejadian ini. Meme-meme hasutan bertebaran, tak sedikit yang menghubung-hubungkan dengan kedatangan Sekjen Partai Komunis Vietnam ke Indonesia. Mereka lalu mengatakan Jokowi lebih mau mengundang Sekjen Partai Komunis ketimbang peduli terhadap Rohingya.
Hawa pilpres memang sudah terasa, namun apakah etis mendompleng tragedi kemanusiaan diluar sana untuk kepentingan politik di Indonesia?
Melihat ramainya hasutan-hasutan menggunakan isu pembantaian di Rohingya membuat saya curiga, jangan-jangan sindikat sejenis Saracen ada dibalik produksi hoax-hoax dan kemudian disebar oleh para pengguna media sosial. Sebelumnya diduga ada sindikat seperti Saracen yang belum terungkap. Saya mengamati ada dua jenis hoax yang kini beredar luas.
Pertama adalah foto-foto yang dikatakan terjadi di Rohingya padalah bukan. Saya tidak berkata bahwa tragedi tersebut hoax. Namun ada orang-orang yang sengaja menggunakan foto lain untuk meningkatkan eskalasi kebencian akan kelompok tertentu di Indonesia. Fanpage Indonesia Hoaxes telah membongkar foto-foto tersebut.
Cukup banyak foto-foto berbeda digunakan untuk memancing emosi pengguna media sosial yang tidak waspada. Saya amati masih banyak foto-foto lain tapi 11 foto diatas cukup menjadi alasan untuk tetap waspada.
Ketika kemarahan dan kebencian semakin meningkat karena foto-foto diatas maka mulai lah gelombang isu jenis kedua muncul. Kelompok kedua ini mulai mengarahkan serangan, targetnya jelas sekali, Jokowi menjadi sasaran tembak dengan menggunakan peluru Rohingya.


Capture terakhir tertulis www.detik.com yang kalau kita klik maka akan mengarah ke blog yang tidak jelas kepemilikannya.
Putra Jokowi pun kena, padahal foto sebelah yang dicuitkan adalah foto lama. Dan Gibran Rakabuming menjawabnya dengan cara yang cerdas. http://www.suratkabar.id/50902/politik/netizen-kritisi-jokowi-soal-rohingya-begini-jawaban-cerdas-gibran-rakabuming
Jadi dari sini polanya mulai terlihat. Mereka membuat orang emosi, benci dan marah sehingga masyarakat tidak waspada. Setelah itu agenda-agenda mereka mulai disusupkan. Masyarakat yang emosi dan marah biasanya tidak akan membaca isi berita, mereka hanya akan membaca judul saja. Oleh sebab itu mudah sekali dihasut.
Efeknya ya jadi seperti ini, ada orang-orang yang terhasut.
Bakar hidup-hidup orang Budha? Mungkin Itulah yang mereka mau, mereka ingin membakar Indonesia dengan konflik. Lalu mengganti Jokowi bahkan mengganti dasar negara dengan apapun yang mereka mau.
Apakah ada sindikat semacam Saracen berada dibalik penyebaran isu ini? Entahlah tapi kita perlu waspada, tentu kita mengecam apa yang terjadi di Rohingya tapi kita tetap perlu waras karena jangan sampai konflik yang sama malah terjadi di Indonesia.
Tentu Indonesia tidak diam saja, tapi jika langsung mengintervensi apalagi kirim pasukan ke Myanmar bisa berakibat konflik yang lebih jauh lagi. Indonesia memang memiliki pengaruh besar oleh karena itu Indonesia bergerak dengan elegan, kita bukan seperti Amerika yang langsung main invasi negara orang seperti Irak.
Sekali lagi, pembantaian di Rohingya benar-benar terjadi seperti yang diberitakan oleh media mainstream dan saya mengecam pembantaian itu. Namun menggunakan penderitaan etnis muslim Rohingya untuk kepentingan politik di Indonesia sama menjijikannya dengan pelaku pembantaian etnis muslim Rohingya.

0 komentar:

Posting Komentar