Cari Blog Ini

Rabu, 06 September 2017

Terkait Rohingnya, Jokowi Mengirim Menlu, Makanan Hingga Dirikan RS, Kalian Jangan Import Konflik Ke Indonesia!

Hampir semua mengecam krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar, saya yang meski bukan siapa-siapa juga mengecam tindakan yang tidak berprikemanusiaan, apapun dalilnya.
Saya tidak akan banyak berkomentar tentang Rohingnya, karena masih banyak simpang siur informasi terkait asal muasal bentrokan militan lokal dengan nama Pasukan Penyelamat Arakan Rohingya (ARSA) dengan militer Myanmar.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi atas perintah Jokowi tiba di Myanmar tengah malam tadi ( 3 Agustus ) disambut oleh Dubes RI di Yangon, Ito Sumardi beserta dua pejabat tinggi Myanmar, yakni Deputy Direktur Jenderal Protokol, U Zaw Thomas O serta Dirjen Strategic Study Kemlu Myanmar, Daw Khay Thi.
Menurut juru bicara Kemenlu RI Arrmanatha, pertemuan akan dilakukan seharian. Menlu sendiri dijadwalkan akan bertolak dari Yagon ke kota Myanmar pada pukul 07:00 pagi waktu setempat.
Tidak hanya mengurus permasalahan di Myanmar saja, tetapi Menlu juga akan pergi ke Dhaka, Bangladesh untuk membahas terkait isu pengungi etnis Rohingya.Sebab sekitar  58.600 warga Rohingya melarikan diri dari konflik di Myanmar ke Bangladesh.
“Siang tadi Menlu telah berangkat ke Myanmar untuk meminta pemerintah Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan, agar memberikan perlindungan kepada semua warga termasuk muslim di Myanmar dan agar memberikan akses bantuan kemanusiaan,” ujar Jokowi, Minggu (3/9), seperti di lansir detik.com.
“Saya juga menugaskan Menlu terbang ke Dhaka Bangladesh dalam rangka menyiapkan bantuan kemanusian yang diperlukan pengungsi berada di Bangladesh,” imbuhnya.
Mengutuk jangan mengimpor krisis kemanusiaan
Media sosial membawa pengaruh positif dan juga negatif. Pengaruh positifnya adalah, informasi dengan mudah didapat, mempermudah komunikasi antar sesama tanpa terbatas ruang dan waktu. Tetapi efek buruknya adalah, bagi orang yang kurang kritis dan berwawasan luas, akan gampang sekali termakan berita-berita bohong, dari sumber –sumber yang tidak jelas. Selain itu, media sosial juga dapat menjauhkan yang dekat. Karena media sosial, kita tidak memperdulikan apa yang terjadi di sekitar kita, tetapi justru ikut-ikutan mengurusi yang jauh meskipun tidak bisa berbuat apa-apa, Cuma bisanya komentar.
Konflik di Myanmar terkait Rohingnya dimanfaatkan oleh lawan politik Jokowi untuk menciptakan kisruh di negara sendiri. Mereka bercuit hal-hal tidak jelas untuk menggiring opini publik bahwa Jokowi tidak perduli akan Rohingnya. Meskipun pada kenyataannya, Jokowi sangat perduli. Keperduliannya ditunjukan dengan aksi nyata seperti kirim makanan dan dirikan rumah sakit.
Secara resmi beliau juga menegaskan melalui konfrensi pers di Istana “Kekerasan dan krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan,”.
Foto : FP Gerakan Pemuda Ansor
Bukan hanya politikus tidak punya otak yang memanfaatkan konflik Rohingnya untuk menyerang Jokowi dengan provokasi. Tetapi ancaman juga datang dari kelompok-kelompok pengganggu ideologi NKRI. Hal itu dapat dilihat dari gorengan keras krisis kemanusiaan di Myanmar menjadi konflik antar agama. Dan mereka ingin menarik isu tersebut ke Indonesia, untuk menciptakan konflik SARA. Akun-akun palsu beraksi menyebarkan foto-foto hoax dengan membenturkan isu agama. Ditambah dengan tulisan-tulisan ajakan bertindak kekerasan tersebar di media sosial. Sudah ada contoh penggunaan sentimen agama untuk menghancurkan suatu bangsa, sebaiknya kita belajar juga darii konflik Timur Tengah yang sarat akan sentimen agama. Akhirnya berujung pada kerusakan suatu bangsa dan penderitaan masyarakat sipil yang berkepanjangan.
Bijaklah dalam bermedia sosial, bercerminlah dari Saracen yang memiliki ratusan ribu akun palsu untuk menyebarkan ujaran kebencian dan hasutan dengan berita-berita palsu. Dan masih banyak sindikat seperti Saracen yang berkeliaran di media sosial dengan berbagai kepentingan pribadi dan golongan.
Bijaklah mempercayai informasi yang tersebar di media sosial. Lebih baik mempercayai media yang memang kredibel, menyajikan fakta dengan pertanggun jawaban yang penuh. Atau jika kurang percaya, hendaknya datang langsung saja jika ingin tahu permasalahn yang terjadi, supaya tidak termakan hoax. Seperti yang pernah dilakukan oleh WNI akibat propaganda ISIS mereka berbondong-bondong ke daerah kekuasaan ISIS dengan harapan hidupnya enak, tetapi giliran sudah di sana, hidupnya justru sengsara dan akhirnya pulang lagi ke Indonesia.
Kita mengutuk kekerasan dalam bentuk dan dalil apapun itu. Tetapi janganlah mengutuk tindak kekerasan dengan melakukan kekerasan juga. Karena jika itu terjadi, berarti kita sama saja.
Dan akhirnya saya hanya bisa berkata, hem…ya…ya…ya…
Sumber pendukung :

0 komentar:

Posting Komentar