Cari Blog Ini

Minggu, 17 September 2017

Tercium Bau Kentut Upaya Pembusukan Nama Jokowi Lewat Aksi Bela Rohingya

Bantuan yang sudah dikirimkan oleh Indonesia untuk warga etnis Rohingya di Myanmar yang mengungsi di Bangladesh dianggap sebagai pencitraan oleh Prabowo. Calon presiden abadi ini, rasanya sudah mulai kebablasan di dalam berorasi.
Jika memang bantuan tersebut dianggap pencitraan, setidaknya Jokowi dan pemerintah Indonesia sudah melakukan sesuatu, sedangkan yang bicara sudah lakukan apa? Saya melihat apa yang dicuapkan (bukan diucapkan) Prabowo adalah sebuah omong besar yang bertujuan untuk memengaruhi alam bawah sadar dari masyarakat.
Perkataan-perkataan yang mendiskreditkan pemerintahan dilakukan dengan sangat terstruktur, sistematis, dan masif. Jika upaya pembusukan ini berlangsung terus menerus, bukanlah suatu hal yang mustahil jika suara Jokowi pada pilpres 2019 benar-benar tergerus. Sempat terbersit di pikiran saya, bagaimana jika isu-isu yang mendiskreditkan pemerintahan yang baik dan bekerja untuk rakyat, berhasil menghancurkan dan membawa rendah harkat dan martabat negara Indonesia.
Apapun yang dilakukan Jokowi dianggap selalu salah. Ini adalah suatu penggiringan opini yang sangat bahaya. Mengapa? Bayangkan jika Jokowi tidak memberikan bantuan, pasti ia akan dituduh anti Islam dan tidak peduli kepada etnis yang tertekan. Sekarang Jokowi memberikan bantuan pun, malah dianggap pencitraan oleh Prabowo. Inikah yang dinamakan keberpihakan? Bukan! Ini adalah kegagalan berpikir di era modern.
Isu yang dibangkitkan Prabowo adalah isu utang negara yang sudah basi. Sri Mulyani sudah menjelaskan dengan sangat terstruktur, sistematis, dan masif mengenai kondisi utang negara yang sangat sehat. Utang negara yang besar bukan dari luar negeri, melainkan dari rakyat Indonesia. Setidaknya, jikalau utang pun dari luar negeri, pemerintah dapat mengelolanya dengan sangat baik.
Lihat saja infrastruktur yang dibangun seperti jalanan, jembatan, tol laut, kebijakan satu harga BBM, dan sebagainya. Inilah yang tidak dilihat oleh Prabowo dan para dedengkotnya. Mungkin mereka sudah kehausan akan kuasa, sehingga apapun cara ditempuh untuk menyalahkan Jokowi. Apapun salah Jokowi, lagi-lagi ini merupakan penggiringan isu yang sangat berbahaya dilakukan oleh Prabowo.
“Tapi kita memperkuat diri supaya orang denger kita bicara. Terus terang saja, negara kita sedang dalam keadaan tidak punya uang karena kita utang terus, kita pinjam uang untuk biaya, kita pinjam uang… Kekayaan kita BOCOR, kita tidak bisa jaga kekayaan kita sendiri… Percaya sama saya, kalau kita kuat, kaum Rohingya kita bantu. Kalaupun kita sekarang kirim bantuan, menurut saya, itu pencitraan. Kirim bantuan pun tak sampai kadang-kadang… Jadi Saudara-saudara, di sini saya harus kasih tahu supaya tidak emosional. Kita harus tunjukkan Islam yang tenang, Islam yang melindungi semuanya… Kalau mereka menindas kaum muslim, kita tunjukkan kita beri keamanan. Kita harus kuat untuk bantu orang lemah, tidak bisa lemah bantu lemah, miskin bantu miskin. Sejuk tidak berarti jadi kambing, sejuk tidak berarti dibohongin terus-menerus… Kaum Rohingya pada saat Indonesia kuat, Indonesia akan tunjukkan, hidupkan suatu masyarakat yang aman, damai, sejahtera. Kalau kita tidak kuat, inilah yang terjadi. Kita sendiri jadi tamu di rumah kita sendiri, kalau yang punya rumah,” ujar Prabowo di depan massa aksi.
Kalimat yang panjang dan tidak penting dari Prabowo ini hanya menekankan suatu hal yang membuat saya tertawa. Apakah itu? Jika pembaca Seword bisa tebak, artinya kalian sangat mengenal saya. Ya! Betul sekali! Kata “bocor” yang membuat saya ngakak sengakak-ngakaknya. Indonesia dianggap memiliki kekayaan yang bocor. Padahal baru saat ini kekayaan Indonesia benar-benar diekspos pada era kepemimpinan Joko Widodo.
Maka bukanlah hal yang berlebihan jika kita melihat demo bela Rohingya ini digunakan untuk sarana menghancurkan dan membusukkan nama pemerintah, khususnya kepala negara Indonesia, Joko Widodo. Prabowo dengan licik memakai kesempatan Rohingya untuk merusak citra Jokowi. Manusia yang pernah mengajarkan strategi ‘loot a burning house’ ini malah melakukan upaya-upaya merusak nama pemerintahan Indonesia.
Sebenarnya kalimat-kalimat sindiran yang baru saja dikatakan oleh Prabowo sangat mudah dibantah dengan jurus Aikido. Manusia berkuda yang tidak memiliki pengalaman presiden, sebenarnya tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa bicara. Mengapa? Keluarga pun gagal dijaga, bagaimana ingin menjaga NKRI dari antek asing dan aseng? Fix, Prabowo yang sedang pencitraan!

0 komentar:

Posting Komentar