Cari Blog Ini

Rabu, 13 September 2017

Isu Rohingya Digoreng Untuk Serang Jokowi, Polri Akan Usut Penyebar Hoax Rohingya

Penggorengan isu Rohingya semakin mengkhawatirkan. Ujaran kebencian terhadap umat Budha begitu memilukan. Tempat-tempat ibadah umat Budha menjadi sasaran kemarahan umat Islam yang telah terprovokasi oknum yang tidak bertanggungjawab. Borobudur sebagai warisan budaya juga hendak dikepung.
Semakin ricuhnya isu Rohingya sebetulnya hanyalah langkah awal yang menyerang pemerintahan Jokowi. Mereka ingin membuat kegaduhan di dalam negeri, memecah belah antar umat beragama, dan ujung-ujungnya Jokowi yang menjadi tumbal. Ketika Ahok, First Travel, dan Saracen tidak mampu menumbangkan Jokowi, kali ini isu diimpor langsung dari luar negeri.
Para ulama seperti KH. Said Aqil Shiradj dan KH. Ma’ruf Amin sudah angkat suara terkait isu Rohingya yang dibawa kemana-mana, menggelinding menjadi bola panas yang memicu ketegangan antara umat Islam dan Umat Budha.
Beredarnya foto hoaks konflik Rohingya menampah runyam persoalan dan mirisnya disebar oleh salah satu pejabat pemerintah. Dari sini terbukti bahwa orang-orang yang memiliki IQ tinggi tidak terjamin untuk tidak terpengaruh hoaks.
Tito Karnavian menyebut bahwa kekerasan yang terjadi di Myanmar terhadap etnis Rohingya, sengaja dikaitkan dengan isu agama untuk menyerang kepemerintahan Joko Widodo. Informasi tersebut Tito terima dari hasil penelitian Software Opinion Analysist.
Tito menambahkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh rezim militer dan sipil Myanmar terhadap etnis Rohingya sengaja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang sengaja untuk membakar sensitif umat islam di Indonesia.
Semakin masifnya peredaran foto-foto hoax yang ujung-ujungnya menyerang Jokowi membuat Polri bergerak untuk menelusuri kelompok yang menyebarkan foto hoax. Asisten Operasional (Asop) Mabes Polri Irjen Iriawan mengungkapkan, penyidik cyber crime Mabes Polri saat ini sedang menelusuri kelompok-kelompok penyebar berita dan foto hoax di sosial media (sosmed) terkait etnis Rohingya.

“Setelah Saracen kemarin kita dapat ungkap, tentunya ada kelompok-kelompok lain yang melakukan ini (penyebar hoax soal Rohingya). Itu sudah jelas, sudah teridentifikasi. Artinya, pola-polanya yah,” kata Iriawan
Iriawan menegaskan, diduga tujuan kelompok-kelompok penyebar hoax isu Rohingya di sosmed ingin mengganggu stabilitas dan keamanan Indonesia. Iriawan mengungkapkan jika aksi masa terkait solidaritas etnis Rohingya di beberapa daerah tidak begitu masif. Hanya saja, justru yang ramai saat ini terjadi penyebaran isu dan berita hoax di sosmed. Iriawan mencontohkan, dua hoax yang tersebar adalah foto seorang bikhsu berada di dekat orang terbakar dan ratusan mayat. Foto itu merupakan foto yang berbeda tempat dan bukan di Rakhine, Myanmar.
Pemaparan Polri semakin memperkuat dugaan-dugaan bahwa memang ada oknum yang  sengaja menggoreng isu Rohingya dengan cara menyebarkan berita dan foto hoax . Informasi yang diperoleh Polri tentu lebih valid dibanding dugaaan mayarakat.

Jika memang Polri memiliki informasi tersebut dan ingin mengusut tuntas penyebar hoax, bagaimana dengan Tifaul, Fahri, Fadli yang terus-menerus memprovokasi dan memperkeruh isu Rohingya? Bagaimana pula dengan FPI yang mengajak umat untuk mendemo tempat ibadah umat Budha seperti Borobudur?
Sebenarnya polisi tidak perlu mencari siapa-siapa penyebar berita dan foto hoax. Polisi cukup mengamati gerak-gerik FPI, Fadli, dan Fahri. Merekalah yang menjadi pelopor dari kegaduhan yang terjadi di negeri ini. Merekalah yang mengajak umat untuk melakukan aksi demo melawan pemerintah. Merekalah yang terus menggoreng isu apapun untuk menyerang pemerintah.
Hampir di setiap isu yang terjadi, FPI, Fadli, dan Fahri selalu melibatkan diri untuk ikut mengompor-ngiompori. Tak peduli isu sekecil apapun. Tak peduli berasal dari mana isu tersebut. Yang mereka tahu bagaimana caranya mereka bisa terus menyerang Jokowi. Jika setelah isu Rohingya ada isu baru yang viral dan berpotensi menyerang pemerintah, hampir dipastikan di situ ada Fadli dan Fahri yang terus mengipasi.
Memang menjadi sesuatu yang janggal ketika mereka seolah-olah tak tersentuh hukum. Fadli dan Fahri masih bebas berkeliaran menyebarkan nyinyiran baik melalui dunia nyata maupun dunia maya.  Tak pernah ada yang melaporkan mereka. Padahal, perkataan dan postingan keduanya tidak lebih baik dari postingan Saracen. Apa karena keduanya memiliki jabatan sehingga tak ada yang berani melaporkan keduanya? Atau Polisi memiliki taktik khusus untuk menenggelamkan mereka?

0 komentar:

Posting Komentar