Cari Blog Ini

Selasa, 05 September 2017

Menlu Berjibaku di Myanmar Untuk Rohingya, Haters Jokowi Membisu, Tolong Jangan Berulah di Borobudur!

Haters pemerintahan Jokowi, jika kita perhatikan memiliki ciri-ciri yang nampak jelas, diantaranya adalah,suka nyebar hoax, suka mengkaitkan kejadian-kejadian yang buruk dimana saja dengan Jokowi. Mau kejadian di dalam negeri, di luar negeri atau mungkin di planet Mars yang disalahkan tetap Jokowi.
Suka hoax sudah pasti, contohnya, haters Jokowi tanpa data meragukan orang tua kandung Jokowi, tetangga dan keluarga Jokowi pasti ngakak habis mendengar isu ini. Selain itu, tanpa data mengatakan Jokowi antek asing, padahal Freeport dari dulu dibiarkan saja mengeruk sumber daya alam dengan sedikit kontribusi bagi Indonesia. Tetapi di zaman Jokowi, Freeport ditekan habis-habisan supaya lebih memberi kontribusi yang besar untuk Indonesia. Masih bilang Jokowi antek asing? Yang dulu pada ngapain aja?
Jangankan permasalahan dalam negeri, permasalahan luar negeri saja Jokowi selalu disalahkan, meskipun sudah melakukan aksi nyata. Seperti krisis kemanusiaan yang sedang melanda Myanmar. Lawan politik menggodok isu tersebut dengan sentimen agama, menggiring opini publik bahwa Jokowi tidak perduli umat Islam Rohingnya. Itu Liga Arab, OKI pada tidak diprotes, Bangladesh yang merupakan negara asal dari Rohingnya juga tidak diprotes karena tidak menerima lagi pengungsi Rohingya. Dasar pentol korek, kita semua mengutuk krisis kemanusiaan dengan apapun dalilnya bukan ente-ente saja.
Kalian nyinyir, Jokowi aksi nyata
Jokowi sudah mengecam krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Bukan hanya itu, pemerintah mengutus Menlu Retno untuk menemui Suu Kyi dan membahas 4 permasalahan yaitu, mengembalikan stabilitas dan keamanan, menahan diri secara maksimal, tidak menggunakan kekerasan, serta perlindungan kepada semua orang di Rakhine State tanpa memandang suku dan agama.
Selain itu, Indonesia juga sudah mendapatkan akses untuk memberi bantuan kemanusiaan kepada Rohingya di Rakhine. Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang terdiri dari 11 organisasi dengan fokus pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan bantuan diluncurkan untuk membantu.
Tidak berhenti di situ saja, Menlu juga menemui langsung Panglima Jenderal U Min Aung Hlaing untuk menghentikan kekerasan.
Borubudur punya Indonesia, bukan punya agama tertentu
Di media soial ada wacana untuk mengepung Borobudur (demo), aneh memang, di satu sisi ada yang mengklaim Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman untuk menambah Iman orang-orang yang lemah Iman, di satu sisi menganggap Borobudur simbol Budha untuk memprovokasi sentimen agama yang terjadi di Myanmar.
Borobudur itu bukan punya orang Budha, apalagi punya orang Myanmar. Borobudur merupakan kekayaan budaya dan sejarah bangsa Indonesia asli. Terkait motif tujuan, didirikannya candi Borobudur, itu tidaklah penting, yang paling penting itu adalah karya besar orang Indonesia.
Jika mengepung Borobudur lantaran itu dianggap peninggalan umat Budha, untuk memprovokasi bahwa kejadian di Myanmar merupakan perang agama Islam VS Budha, sungguh picik sekali tujuan itu. Janganlah mengimport konflik dari permasalahan negara lain ke negara sendiri. Janganlah melakukan provokasi lantaran persaingan dalam politik dengan dalih membela Rohingya.

Kalian santai sajalah, meskipun kalian koar-koar, demo di Borobudur juga tidak akan mempengaruhi keadaan di Myanmar. Jika kalian mau jihad ke sana, silakan saja, tetapi jangan menyakiti saudara sebangsa dan setanah air karena sebuah masalah yang terjadi di luar negeri.Itu sama saja kalian ditinju oleh Mike Tyson, karena tidak berani melawan lantaran kalian takut dan kalah kuat, lalu kalian melampiaskannya kepada si Adul, kan itu konyol dan bodoh namanya.
Mau diakui atau tidak, Borobudur lebih bermanfaat bagi bangsa. Wisatawan manca negara sampai lokal, lebih suka melihat wajah candi Borobudur dari pada melihat wajah kalian yang suka membuat kisruh di negara sendiri dengan menggunakan sentimen agama.
Orang yang waras, tentu saja akan mengutuk keras tindakan-tindakan yang tidak berprikemanusiaan. Tetapi hanya orang sakit jiwa yang mengutuk tindakan tidak berprikemanusiaan dengan melakukan tindakan yang tidak berprikemanusiaan juga.
Janganlah dikit-dikit salawi, semua salah Jokowi, haters diputusin pacar, haters ditinggal selingkuh, sampai haters tersedak biji kedondong yang disalahkan Jokowi. Kalian itu hanya dimanfaatkan untuk kepentingan oknum tertentu lantaran sifat iri, dengki, merasa benar tetapi sebenarnya sangat tidak percaya akan diri sendiri.
Kan aneh, di media sosial, krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar, tetapi persentase terbesar hal yang dikaitkan mengenai hal tersebut adalah Jokowi.

0 komentar:

Posting Komentar