Cari Blog Ini

Rabu, 13 September 2017

Kepuasan Terus Meningkat, Jokowi Semakin Perkasa, Tapi Jangan Terlena

Selamat malam Batfans, lama kita gak bertemu…
Atmosfer kampanye Pilpres 2019 sudah terasa saat ini. Masih 2017 saja hawanya sudah panas, entahlah gimana kondisinya saat semakin mendekat hari pencoblosan. Agak ngeri-ngeri basah juga ngebayanginnya. Jokowi yang dulu dianggap lemah ternyata kini makin perkasa, kepuasan masyarakat terhadap kinerja beliau terus meningkat.
Hasil survey yang dilakukan oleh CSIS (Centre for Strategic and International Studies), sebuah lembaga non-profit yang kredibel, menunjukkan bahwa kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi tahun 2015 sebesar 50,6 persen. Kemudian, pada 2016 naik menjadi 66,5 persen, dan pada 2017 naik menjadi 68,3 persen.
Jadi kalau kita perhatikan peningkatannya maka pada tahun 2019 nanti kepuasan terhadap Pakde Jokowi bisa mencapai 70 persen hingga 75 persen! Angka yang fantastis sekali. Apalagi ditunjang dengan tingkat kepercayaan terhadap pemerintah yang mencapai 80% tertinggi di dunia bersama dengan Swiss.
Bayangkan, selama 2015 hingga 2017, Jokowi tidak henti-hentinya diterpa kabar bohong dan ujaran kebencian. Bahkan istrinya pun sampai dihina oleh seorang mahasiswa yang baru lulus, entah lulusan mana anak itu. Tapi meski demikian kepuasan publik terus meningkat, artinya selama ini usaha lawan-lawan Jokowi sia-sia. Lebih jauh lagi ini menunjukkan bahwa para aktifis anti hoax dan cinta NKRI seperti Seword telah berjuang dengan baik.
Jadi satu-satunya cara untuk mengalahkan Jokowi adalah dengan mengahok’an Jokowi. Karena Ahok pun dulu tampil perkasa dengan kepuasan warga Jakarta yang tinggi tapi ternyata harus kalah. Memang Ahok minoritas ganda sementara Jokowi bukan tapi gak berarti Jokowi aman, apalagi Jokowi dan Ahok itu dalam benak masyarakat Indonesia citranya sangat dekat, seperti Batman dan Superman.
Kalau kita perhatikan ada tiga pola serangan terhadap Jokowi, yaitu Jokowi PKI, Jokowi anti Islam dan Jokowi agen China. Kita bisa lihat bahwa tiga isu tersebut adalah upaya lawan untuk meng-Ahok’an Jokowi. Isu yang sama juga dulu menerpa Ahok dan sukses menjatuhkannya. Tiga isu tersebut sebenarnya berakar dari satu isu, yaitu China, isu yang masih sensitif bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Terbongkarnya sindikat penyebar kebencian seperti Saracen dengan proposal seharga 75 juta mampu membuka mata kita semua. Dan kini kita semua bisa melihat peran sindikat seperti Saracen dalam penggorengan isu-isu SARA. Bahkan teman-teman saya yang pembenci Ahok dan dulu hanya ikut-ikutan kini terdiam menyadari kebodohannya. Polisi pun menetapi janjinya dengan terus mengembangkan kasus ini. Asma Dewi diduga mentransfer uang 75 juta kepada Saracen dan Asma Dewi ini adalah koordinator Tamasya Al maidah.
Jadi meski kepuasan terus meningkat namun benih-benih kebencian terus ditanamkan oleh sindikat-sindikat sejenis Saracen. Dan Jokowi harus waspada jangan terlena dengan meningkatnya kepuasan publik tadi. Sejauh ini Jokowi sudah melakukannya dengan baik. Beliau hanya berbicara soal kerja, kerja dan kerja tanpa pernah menyinggung soal agama. Tapi beliau secara langsung mendekati warga NU dan kerap mengunjungi ulama-ulama NU.
Satu-satunya cara untuk menjatuhkan Jokowi adalah dengan kebohongan karena kalau kita melihat faktanya, kinerja Jokowi sulit ditandingi oleh Presiden-presiden negara lain. Apalagi kalau ditandingkan dengan macan jomblo yang hanya mengaum saat pemilu. Jadi Jokowi harus berhati-hati jangan sampai ucapannya dipelintir, khususnya soal isu agama.
Senjata-senjata pelontar rudal kebencian harus dihancurkan. Menurut kabar setelah Saracen terbongkar ujaran kebencian di media sosial menurun sebanyak 50 persen. Kita semua yakin bahwa masih ada sindikat sejenis Saracen yang masih bebas, dan mereka semua harus ditangkap. Kita bisa lihat bagaimana berbahayanya sindikat seperti ini saat Pilkada DKI. Mereka memecah belah bangsa dan juga merusak demokrasi hanya dengan 75 juta saja. Bongkar siapapun yang terlibat, baik pelakunya maupun yang membeli proposalnya.
Kita bisa lihat dari isu konflik Rohingya yang dengan jelas sekali diarahkan untuk menembak Pak Jokowi. Konflik yang sudah berdarah tersebut digoreng lagi dengan foto-foto, video-video dan kabar-kabar hoax. Emosi masyarakat semakin memuncak lalu setelah gorengan matang, dilemparlah ke Jokowi. Kalau bakwan sih enak lah kalau isu yang digoreng?
Apalagi kemudian di-endorse oleh anggota DPR dari partai sebelah, makin sip aja gorengannya seperti kue-kue yang di endorse oleh artis, laris manis. Lucunya orang itu gak bersuara ketika ada sekolahan dibakar, entah dia itu wakil rakyat siapa….

0 komentar:

Posting Komentar