Cari Blog Ini

Sabtu, 20 Mei 2017

Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1908

Politik kolonial Belanda tidak menghendaki rakyat Indonesia menjadi cerdas karena hal itu akan membahayakan kedudukan Belanda. Akhirnya pendidikan modern terpaksa diberikan  untuk memenuhi kebutuhan tenaga terdidik dan untuk meningkatkan masyarakat Indonesia sebagai pasar bagi industri Belanda. Kebangkitan kaum terpelajar Indonesia menimbulkan kesadaran nasional untuk merdeka. Cita-cita dr.Wahidin untuk menghimpun tokoh-tokoh pergerakan nasional diwujudkan oleh dr.Sutomo dan kawan-kawan dengan membentuk Boedi Oetomo.
Sejarah Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Pada tahun 1912  partai politik pertama Indische Partij berdiri. Ditahun 1912 itu juga berdiri Sarekat Dagang Islam (Solo) yang didirikan oleh Haji Samanhudi, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta serta Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang Jawa Timur.
Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo. Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.
Tanggal 20 Mei 1908, berdirinya Boedi Oetomo, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Boedi Oetomo didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Boedi Oetomo digagas Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada awalnya Boedi Oetomo bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan bukan bersifat politik. Boedi Oetomo menjadi awal gerakan yang bertujuan kemerdekaan Indonesia.
Boedi Oetomo beberapa kali mengalami pergantian pimpinan. Sebagian besar berasal dari bangsawan, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo mantan Bupati Karanganyar dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Pakualaman. Boedi Oetomo mengalami perkembangan penting sewaktu dipimpin Pangeran Ario Noto Dirodjo. Pada waktu itu, Douwes Dekker mewujudkan kata "politik". Berkat pengaruh tersebut pengertian "tanah air Indonesia" semakin diterima sehingga muncul Indische Partij. Pada masa itu juga muncul Sarekat Islam. Sarekat Islam pada awalnya sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, tetapi Sarekat Dagang Islam diubah oleh Tjokroaminoto menjadi Sarekat Islam. Sarekat Islam bertujuan mempersatukan orang Indonesia.
Tokoh-Tokoh
Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu :
1.   Sutomo
2.   Ir. Soekarno
3.   Dr. Tjipto Mangunkusumo
4.   Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara)
5.   dr. Douwes Dekker dan Lain-Lain

 

Makna Kebangkitan Nasional Bagi Generasi Muda

 Seratus tahun lebih yang lalu, tanggal 20 Mei digalang kekuatan oleh para pemuda di wilayah nusantara ini untuk menyatukan tekad bangkit dari keadaan sebagai negeri terjajah. Kemudian setiap tanggal 20 Mei dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Rentetan perjuangan dengan gelimang perngorbanan yang tak terhitung berujung pada tercapainya tujuan merdeka pada  17 Agustus 1945. Tentu salah satu indikator penilaian, tidak akan terlepas dari kondisi dunia pendidikan sendiri. Pelajar dan generasi muda harus memaknai Hari Kebangkitan Nasional dengan bangkit untuk mencapai prestasi yang gemilang. Dengan kata lain, harus bangkit dari keterpurukan dan menyongsong masa depan dengan memperbaiki, meningkatkan, atau mempertahankan prestasi yang sudah ada.
Selain itu, pelajar dan generasi muda juga harus bisa menjawab tantangan di zaman yang serba canggih ini, bisa mengikuti perkembangan teknologi dan turunannya. Begitu juga dengan  kemajuan pembangunan fisik berupa sekolah dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sampai pelosok daerah, menandakan pesan kebangkitan nasional di bidang pendidikan mulai tercapai. Di Sumsel, pemerataan dunia pendidikan terus dilakukan dengan memberikan fasilitas fisik dan teknologi sampai ke pelosok di kabupaten atau kota.
Momen Hari Kebangkitan Nasional harus menjadi bahan renungan  bagi generasi muda. Karena yang dinamakan ‘bangkit’ disini adalah mencapai seluruh aspek kehidupan, baik dari sisi pendidikan, ekonomi, mental, sosial dan budaya, serta banyak hal lainnya yang mendukung untuk tercapainya kemajuan bangsa.
Untuk memaknai Hari Kebangkitan Nasional ini, memang sebaiknya dimulai dari diri sendiri dengan memperbaiki diri menjadi lebih baik. Jika generasi muda tidak bisa memaknai Hari Kebangkitan Nasional ini dengan berusaha menjadi lebih baik, maka kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara akan semakin terpuruk, dengan terlihat dari kebodohan, kemiskinan, angka pengangguran yang makin meningkat. Ini artinya, pesan pejuang untuk bangkit dari keterjajahan yang sesungguhnya belum tercapai.
Museum Kebangkitan Nasional
Museum Kebangkitan Nasional adalah sebuah museum yang memamerkan berbagai koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaannya. Museum ini menempati gedung tua bekas sekolah kedokteran yang didirikan oleh Belanda untuk orang-orang bumiputra bernama STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten). Bekas gedung sekolah kedokteran ini mulai dibangun sejak tahun 1899 M dan selesai pada tahun 1901 M. Di gedung ini, para mahasiswa bumiputra dan berbagai daerah di Indonesia dididik selama 7-9 tahun dan diharuskan tinggal dalam sebuah asrama sekolah.
Gedung STOVIA merupakan tempat berkumpulnya orang-orang terpelajar bumiputra dari berbagai daerah di Nusantara. Di gedung inilah bibit-bibit nasionalisme dan kebangkitan bangsa Indonesia mulai bersemai, tumbuh dan menyebar. Pada tanggal 20 Mei 1908, di gedung ini telah lahir organisasi pergerakan nasional Budi Utomo yang dipelopori oleh beberapa mahasiswa STOVIA, antara lain dr.Sutomo, dr.Ciptomangunkusumo, dr.Wahidin Sudirohusodo dan dr.Setiabudi (Douwes Dekker). Kemunculan organisasi ini, dalam catatan sejarah, dianggap sebagai tonggak penting dalam proses terbentuknya kesadaran nasional untuk melawan penjajah Belanda.
Tanggal lahir organisasi Budi Utomo kemudian ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai hari Kebangkitan Nasional. Pada masa pendudukan Jepang, yakni pada tahun 1942, gedung eks STOVIA ini difungsikan sebagai penjara bagi tentara Belanda yang menjadi tawanan perang. Pada tahun 1920 pendidikan Stovia dipindahkan ke Gedung baru, di Jl. Salemba No. 6, karena gedung lama tidak memenuhi syarat lagi untuk pendidikan kedokteran. Pada tahun 1925 Gedung Stovia digunakan untuk pendidikan MULO (setingkat SMP), AMS (setingkat SMA) dan Sekolah Asisten Apoteker. Sekolah ini berlangsung sampai tahun 1942, karena sejak kedatangan bala tentara Jepang (1942-1945) gedung ini digunakan untuk tempat penampungan bekas tentara Belanda (sebagai tawanan perang).
Setelah Indonesia merdeka, gedung tua bekas sekolah STOVIA tersebut masih berdiri kokoh dan baru direnovasi oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 6 April 1973. Setalah beberapa lama, gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto menjadi Gedung Kebangkitan Nasional dan pada tanggal 27 September 1982 pengelolaannya dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta kepada Pemerintah Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Dengan kewenangan ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui SK Mendikbud No. 030/0/1984 akhirnya menetapkan penyelanggaraan sebuah museum di dalan Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkita Nasional.

Ruang Pameran Koleksi Museum Kebangkitan Nasional :
Ruang Pengenalan (penataan kembali)
Berisi tentang penggambaran masuknya kedatangan bangsa barat di Indonesia, sampai munculnya perlawanan lokal atau yang masih bersifat kedaerahan.
Ruang Awal Pergerakan Nasional
Menggambarkan bangkitnya pergerakan nasional di Indonesia. Pada Ruang ini antara lain :
·         Peragaan Klas STOVIA
·         Pembelaan HF. Roll
·         Patung Pelajar STOVIA dari berbagai daerah di Indonesia
Ruang Kesadaran Nasional
Pada ruangan ini menggambarkan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara lewat perjuangan R.A Kartini, Wahidin, Dewi Sartika dan sebagainya. Koleksi yang terdapat di ruangan ini antara lain :
·         Meja Kursi makan pelajar STOVIA
·         Peralatan Kedokteran
Ruang Pergerakan Nasional
Ruang ini menggambarkan tentang perjalanan awal dari jalannya pergerakan Nasional di Indonesia, yang dimulai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo, Indische Partji, Muhammadiyah dan lain sebagainya. Pada ruang ini koleksi antara lain :
·         Diorama pertemuan Wahidin, Sutomo dan Suradji
·         Diorama berdirinya Budi Utomo
·         Vandel-vandel
·         Foto-foto organisasi Pemuda
Ruang Propaganda Studie Fonds
Menggambarkan suasan pada saat pertemuan antara Wahidin dengan para pelajar STOVIA, untuk membicarakan tentang keadaan masyarakat yang pada umumnya sangat tertinggal dalam bidang pendidikan, sehingga muncullah ide pembentukan Studie Fonds. Koleksi pada ruang ini antara lain :
·         Lukisa perjalanan Dr.Wahidin
·         Patung Dr.Wahidin
·         Patung pelajar STOVIA
Ruang Memorial Budi Utomo
Pada ruang ini yang sebelumnya disebut sebagai ruang Praktek Anatomi, menjadi tempat paling bersejarah diantara ruang yang lain, karena di ruang ini Soetomo dengan kawan-kawannya mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Koleksi pada ruang ini antara lain :
·         Lukisan Wahidin Sudirohusodo
·         Kerangka Manusia yang digunakan praktek pelajar STOVIA
·         Kursi kuliah STOVIA
·         Patung dada pendiri Budi Utomo
·         Foto kegiatan pelajar STOVIA
·         Lukisan situasi perkumpulan Budi Utomo
Ruang Pers
Menggambarkan tentang perjalanan Pers Perjuangan di Indonesia. Koleksinya antara lain :
·         Tokoh Pers
·         Vandel Berbagai macam alat cetak
·         Mesin Tik
·         Tustel
·         Foto-foto
  





Sumber Website :
http://sekedar-tahu-aja.blogspot.com/2012/05/asal-usul-kebangkitan-nasional.html#ixzz2F62zpuYW
http://www.iftfishing.com/city/featured/wisata/sejarah/museum-kebangkitan-nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebangkitan_Nasional_Indonesia
http://beritapagi.co.id/read/2012/05/makna-kebangkitan-nasional-bagi-generasi-muda.html
http://adhityanugrahanovianta.blogspot.com/2012/05/sejarah-kebangkitan-nasional.html
Sumber Buku :
Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk. 2009. Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero)
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke 20 bagian 1 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius
 

0 komentar:

Posting Komentar