Cari Blog Ini

Selasa, 02 Mei 2017

ISLAM RAMAH DAN ISLAM MARAH*


Wajah negeri ini sering dirundung malu dengan ulah para Wakil Rakyat, Pemuka Agama, para Aktivis Demonstrasi, dan para Cendekiawan yang sering berdebat di layar televise maupun di ruang terbuka. Mereka menyampaikan aspirasi, dakwah, dan bersidang sering menunjukkan sikap yang tidak santun, misalnya ketika Sidang Paripurna DPR-RI, para anggota Dewan mengemukakan pendapat dengan menyerang pendapat anggota lainnya—mungkin berbeda fraksi yang bukan anggota koalisi—dengan kalimat-kalimat yang tidak elegan. Para Pemuka Agama yang mengkritik pemuka agama lain dengan bahasa yang mengundang emosi saat berdakwah. Juga para Aktivis Demonstrasi yang menyampaikan orasi dengan nada yang keras dan sering mengeluarkan bahasa-bahasa “rendahan” bahkan mengabsen anggota kebun binatang. Para cendikiawan yang mengkritik ilmuwan, dan lain sebagainya. Feniomena tersebut sering sekali kita jumpai di tempat-tempat umum. Hal demikian yang kemudian mengundang reaksi negative dari para kelompok-kelompok yang belum bias menerima pendapat tersebut. Bahkan tidak jarang pula kita menyaksikan di layar televise keributan sering terjadi karena perbedaan pendapat.

Pendapat dan Kritikan sebagai Referensi Keilmuan
Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang wajar terjadi saat interaksi terjadi, karena manusia memiliki corak pandangannya masing-masing. Maka perbedaan tersebut mesti dijadikan sebagai kekayaan pemikiran dan pandangan manusia dalam menyikapi suatu hal. Tidak selamanya perbedaan pendapat harus diselesaikan di panggung emosional. Adakalanya kita selesaikan itu di suasana damai penuh penghargaan dan penghormatan bagi masing-masing pendapat. Manusia perlu menyadari bahwa perbedaan pendapat itu adalah hal yang wajar terjadi, karena pendapat manusia bersifat relative kebenarannya, maka mesti dianggap sebagai suatu kekayaan referensi keilmuan. Hanya pendapat Tuhan yang mutlak kebenarannya, dan itu pun selalu menjadi perdebatan jika dihadapkan pada manusia. Karena manusia adalah makhluk berakal yang dapat menggunakan pikirannya untuk mengarungi khazanah keilmuan, dan seringkali berbenturan dengan kualitas keilmuan manusia lain.
Setiap mengemukakan pendapat dan mengkritik tentu mesti ada adab yang harus dipatuhi agar sikap yang dikekukakan dapat diterima dengan ramah oleh orang lain. Karena bahasa dalam berbicara mesti memiliki kekuatan yang mendamaikan dan menenangkan, tidak malah menyulut emosi orang lain, bahkan hingga terjadi hal yang jauh dari harapan. Berpendapat sejatinya merupakan kegiatan manusia untuk mengungkapkan suatu sikap atas wacana atau topik tertentu. Maka dalam kegiatan berpendapat mesti ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya; 1. Lihat terlebih dahulu lawan bicara kita untuk menentukan pendapat yang sesuai dengan lawan bicara kita—biasanya latar belakang lawan bicara sangat menentukan. 2. Pahami topik pembicaraan yang dibahas, hal ini untuk kesesuaian pendapat yang kita kemukakan. 3. Gunakan bahasa yang santun, lugas dan berterima, ini menjadi factor penting untuk mengungkapkan pendapat. Pendapat seseorang dapat dianggap pemicu perdamaian dan pertentangan bergantung pada kesantunan atau adaba seseorang tersebut dalam berpendapat. Maka upayakan keluar dari bahasa-bahasa yang menyulut emosi orang lain, membanggakan diri sendiri, menghina orang lain, dan sebagainya. Begitu juiga halnya dengan mengkritik. Kegiatan ini sebenarnya untuk memberikan arahan saat ada penimpangan, namun memang tidak dapat disangkali bahwa kegiatan mengkritik menjadi trend di dunia sosial. Berapa banyak orang yang tersangkut Undang-undang ITE dan mendekam di penjara karena mengkritik, karena kritikannya dianggap mencemarkan nama baik seseorang, bahkan banyak pula orang yang masuk rumah sakit karena mengkritik dan kejadian-kejadian sadis lainnya yang ditimbulkan dari kegiatan ini.  Pada dasarnya kritik adalah cara untuk memberikan pengarahan yang benar saat orang lain telah menyimpang, kritik juga untuk digunakan sebagai bahan evaluasi diri. Namun, di lapangan fakta berkata dari kegiatan kritik, banyak orang yang menanggalkan persahabatan, hubungan kerja, bahkan hingga hubungan kekeluargaan. Oleh karena itu, mesti menggunakan adab mengkritik yang bias menjadi penyejuk bagi orang lain, karena mengkritik itu sejatinya untuk membangun. Kritik yang membangun akan lebih bermakna bagi siapa pun yang merasa dirinya telah menyimpang dari jalan semestinya. Gunakan bahasa yang santun dalam mengkritik, dan terutama tidak menyinggung perasaan orang lain. Agar orang lain mau menerima kritik, ada baiknya kita mesti mematuhi rambu-rambunya terlebih dahulu, antara lain; 1. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk menghindari kesalahpahaman. 2. Bersikap tenang dan santun, untuk memberikan efek simpati dari lawan bicara. 3. Menghargai pendapat orang lain dan memberikan kritikan secara sopan dan berwibawa. Ketiga hal tersebut penting digunakan pada saat mengkritik orang lain. Karena kegiatan mengkritik merupakan kegiatan yang sensitive.

Kesantunan Menjadi Pilar Persatuan
Adab dalam berpendapat dan memberikan kritik sebenarnya merupakan kegiatan yang membangun demi persaudaraan dan persatuan umat. Kegiatan ini juika diarahkan pada hal yang positif dapat juga memberikan khazanah keilmuan yang mumpuni dan memberikan efek muhasabah diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh karena itu, jadilah mayarakat yang beradab ketika menggunakan hak pendapatnya dan menggunakan kritikan terhadap orang lain. Bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang dapat menerima kritikan dari bangsa lain dan mencoba menyadari kesalahannya untuk membuat perubahan kea rah yang lebih baik. Terahir yang terpenting, sebagai umat Islam, hendaknya kita dapat belajar dari berbagai kritikan dari Barat mengenai lambannya dan lemahnya umat Islam saat ini. Gunakan prasangka positif dalam menanggapi segala hal yang bersifat kritis dan jadikan sebagai sarana introspeksi diri. Perubahan yang besar bermula dari tindakan untuk ikhlas berubah. Jalankan roda kehidupan dengan eramah dan santun agar dapat diterima oleh semua kalangan.
*Tulisan ini dimuat di Lembar Jumat Lazuardi Birru

0 komentar:

Posting Komentar