Cari Blog Ini

Sabtu, 13 Mei 2017

HTI Bubar: Organisasinya tutup, orangnya mau diapain?


www.ipnuippnubatang.or.id - Hizbut Tahrir Indonesia(HTI) secara resmi dibubarkan oleh Menkopolhukam Wiranto pada 8 Mei 2017. Dengan tiga pertimbangan mendasar adalah Pertama,sebagai ormas yang berbadan hokum HTI tidak melaksanakan peran positif. Kedua, kegiatan yang dilaksanakan terindikasi kuat bertentangan dengan asas dan ideology Negara. Ketiga, aktivitas yang dilakukan menimbulkan benturan di masyarakat.

Ormas yang selalu menyuarakan agar Indonesia diganti dengan system khilafah ini memang telah meresahkan berbagai kalangan baik kalangan umat Islam maupun penganut agama lain, karena Indonesia dengan Pancasila yang dirumuskan oleh para founding fatherbangsa ini baik dari unsur pemerintah,pahlawan yang berjuang mengusir penjajah,ulama,aparat keamanan saat itu telah final dan sudah sesuai dengan masyarakat Indonesia yang heterogen secara etnis,ras,suku,dan agama.

Andai saja tidak ada sikap nasionalisme dari para pendiri bangsa, tentu keindahan dalam keberagamaan tidak bias dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada hari ini. Sungguh tidak sepantasnya bagi kelompok pendatang yang tidak ikut berperan serta memerdekakan dan membangun Indonesia tiba-tiba datang membawa “dagangan” yang sebetulnya sudah ditolak dan tidak laku di Negara lain.

Sikap tegas pemerintah membubarkan HTI patut diapresiasi, terlebih pernyataan itu muncul di tengah maraknya skenario politik dengan konspirasi berdasarkan agama.

Permasalahannya adalah jika Ormas diibaratkan sebagai “sarang” saat disemprot dan dirusak, tentu ada dampak domino yang muncul setelah itu. Diantaranya adalah kegamangan para pengikutnya.

Dalam organisasi yang berskala internasional, tentu ada berbagai macam lapisan kelompok. Telah menjadi analisa oleh banyak orang bahwa Hizbut Tahrir tidak lebih dari strategi politik dengan bungkus Ideologi transnasional yang menggunakan agama sebagai topengnya.

Lalu, bagaimana dengan kelompok militant yang ada di grassroad? Apakah mereka akan setia dengan pemimpinnya, ataukah mungkin dengan dibubarkannya HTI menjadikan mereka sadar bahwa paham yang diajarkan itu adalah sesat piker atau gagal paham tentang khilafah dan ideology Negara yang sesuai bagi Indonesia.

Melihat fakta yang terjadi bahwa HTI begitu massif mengembangkan doktrinasi di kampus umum yang notabene banyak mahasiswa dengan bekal dan pemahaman agama yang kurang.

Tetapi, juga patut diwaspadai jika upaya masuk ke ormas lain setelah dibubarkannya HTI hanya sebagai kamuflase untuk merusak dari dalam.

Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus mulai memikirkan dampak berkelanjutan pasca dibubarkannya HTI, tentang mengakomodir pengikut yang telah didoktrin bahwa Indonesia adalah Negara thoghut. Mulai dari klasifikasi tingkat militansi dalam doktrin yang masuk ke fikiran hingga sublimasi aktivitas dan organisasi yang diikuti oleh pengikut HTI pasca dibubarkannya organisasi tersebut.

(Sulistyo Hadi Winahyo)
Penganut cinta segitiga
Kretek,kopi,dan kerjaan
 

0 komentar:

Posting Komentar