Cari Blog Ini

Sabtu, 15 April 2017

Memahami Islam sebagai Agama Perdamaian

Kita sedih, sikap intoleran dengan jalan kekerasan kini terulang kembali. Sedikitnya 10 vihara dan klenteng serta 1 yayasan sosial dirusak oknum tidak bertanggung jawab di Tanjung Balai, Sumatera Utara (30/7). Sebagai umat beragama, semestinya kita semua menjaga dan menciptakan kerukunan antarumat beragama demi terciptanya kehidupan yang damai, tenteram dan toleran.
Menjaga Kerukunan
Pemahaman tentang hakikat kerukunan merupakan hal penting untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Islam dan agama-agama lain tidak pernah memerintahkan umatnya untuk melakukan kekerasan. Itu artinya, memahami kerukunan merupakan esensi dari Islam, juga sebuah pemahaman terhadap agama-agama lain.
Pembakaran rumah ibadah sangat jelas tidak mencerminkan pemahaman substansi ajaran agama. Alih-alih memahami, justru mereka kerap mengatasnamakan ayat suci agama untuk membuat teror dan perusakan dengan kekerasan.
Konflik atas nama agama sering kali menjebak umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Padahal hakikat beragama adalah menjaga nilai-nilai universal seperti kedamaian dan persaudaraan. Islam tidak pernah membawa kobaran api kekacauan dan kerusakan. Islam juga tidak pernah menganjurkan umatnya untuk melakukan kekerasan dan perusakan, apalagi terhadap penganut agama lain.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terhormat dan bermartabat, karena itu melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama manusia merupakan tindakan biadab.
Jalan kekerasan merupakan tindakan yang melenceng dari ajaran-ajaran luhur Islam, seperti perdamaian, kasih sayang dan ramah lembut. Pemaksaan atas nama agama kerap kali terjadi. Suatu kelompok yang beragama lain dimusuhi dan diasingkan dari pergaulan sosial.
Bahkan juga tak jarang mereka yang beranggapan kelompok penganut agama yang berbeda sebagai pengganggu dan penghalang yang harus disingkirkan. Sebuah sikap yang tidak dibenarkan oleh ajaran agama mana pun. Hal ini juga sangat jauh dari spirit Islam yang tak pernah mengenal paksaan dalam beragama (la ikraha fi ad-din).
Sebenarnya, akar dari tindak kekerasan ini adalah ajaran-ajaran agama yang kerap kali disampaikan dengan cara paksaan. Hal ini terlihat saat dakwah dengan cara teriak-teriak di jalanan. Mereka para pemuka agama yang berdakwah dengan jalan kekerasan membuat stigma negatif di kalangan agama lain terhadap Islam.
Karena tindakan mereka Islam disimpulkan sebagai agama yang tidak mengedepankan prinsip perdamaian, kasih sayang dan ajaran luhur. Umat Islam diidentikkan dengan kekerasan, pemaksaan dan tindakan negatif.
Padahal, Islam menganjurkan kepada umatnya untuk berdakwah dengan cara-cara santun (al-mau’idzah al-hasanah), bijaksana (al-hikmah), dan argumentasi yang rasional (mujadilah bi al-lati hiya ahsan). Sebenarnya cara dakwah seperti ini telah dipraktikkan oleh Wali Songo (sembilan tokoh wali).
Mereka menggunakan cara penyadaran daripada pemaksaan, apalagi kekerasan. Bahkan para Wali Songo juga mengakulturasi budaya dengan ajaran Islam, sehingga Islam bisa diterima terbuka oleh masyarakat luas.
Keniscayaan Keragaman
Sangat penting dipahami bahwa keragaman merupakan rahmat. Kemajemukan merupakan pelangi untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Perbedaan keyakinan seharusnya menjadi landasan setiap umat beragama untuk berlomba-lomba berperilaku toleran terhadap umat agama lain.
Sebab, saling menghormati merupakan syarat mutlak terbentuknya kehidupan yang damai yang dilandasi dengan semangat persaudaraan (al-ukhuwah), tolong menolong (at-ta’awun) dan toleransi (at-tasamuh).
Allah SWT di dalam al-Quran sangat tegas menyatakan, Kalaulah Allah berkehendak pastilah Ia menjadikan kalian menjadi satu umat saja (Al-Nahl: 93). Di dalam tafsir Jalalain, kata “satu umat” adalah satu agama (ahla dinin wahid). Itu artinya, jika Allah berkehendak niscaya umat manusia hanya dijadikan satu agama saja. Tidak perlu teriak-teriak dan melakukan kekerasan untuk berdakwah agar menganut agama tertentu.
Namun demikian, Allah SWT tidak menghendaki adanya satu agama di dunia ini. Sebaliknya, Allah berkehendak untuk menjadikan makhluknya menjadi berbagai golongan dengan penuh pluralitas. Makna yang bisa kita ambil dari keberagaman ini adalah agar manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar.
Dalam pemahaman seperti ini, terciptanya kehidupan yang rukun dan damai serta menghindari konflik adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama. Tidak hanya pemerintah, petugas keamanan, dan tokoh agama saja, namun masyarakat umum harus bahu-membahu memerangi perilaku intoleran.
Ajaran Islam damai harus hadir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rasa saling percaya dan membuang curiga akan menciptakan ruang kehidupan yang tenteram bersama seluruh komponen bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar