Cari Blog Ini

Jumat, 07 April 2017

Bahaya Laten itu Seharusnya Ada Dua : NII dan PKI

Dalam perjalanan menjadi sebuah negara berdemokrasi seperti sekarangi, bangsa Indonesia telah mengalami banyak peristiwa. Di antaranya adalah peristiwa pemberontakan yang coba dilancarkan oleh anak bangsanya sendiri. Tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah dikudeta berkali-kali, diantarnya oleh dua organisasi besar pernah berusaha untuk mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi yang mereka inginkan. Komunis dan Islam (versi NII)
Pemberontakan PKI
Dalam pelbagai tulisan sejarah, PKI disebut pernah memberontak sebanyak tiga kali. Pertama pada tahun 1926, PKI memberontak terhadap penjajah kolonial belanda (ini jarang diekspos)Kemudian  pada, tahun 1948 dan tahun 1965 PKI dianggap melakukan kudeta terhadap NKRI.
Pemberontakan PKI 1948 dipimpin oleh Musso. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia. Hari berikutnya, PKI/FDR mengumumkan pembentukan pemerintahan baru. Selain di Madiun, PKI juga mengumumkan hal yang sama pula di Pati, Jawa Tengah. Pemberontakan ini menewaskan Gubernur Jawa Timur RM Suryo, kemudian dokter pro-kemerdekaan Moewardi hilang, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama. Hilangnya dr. Moewardi disinyalir merupakan akibat dari aktivitasnya dalam Gerakan Revolusi Rakyat yang digagas bersama dengan Tan Malaka.
Akhir dari pemberontakan ini terjadi ketika Pemerintah melakukan serangkaian operasi penumpasan PKI yang dimulai pada tanggal 20 September 1948 di bawah pimpinan A.H. Nasution. Pada tanggal 31 Oktober 1948, Musso ditembak mati, mayatnya lantas dibawa ke Ponorogo. Di sana, mayat yang disimbahi darah dan luka itu dipertontonkan. Dan…. dibakar! PKI 1948 pun tamat
Pemberontakan kedua yang dilakukan oleh PKI terjadi pada tahun 1965. Sebanyak tujuh Jenderal gugur dalam peristiwa penculikan yang dilakukan oleh PKI. Peristiwa berdarah tersebut terjadi pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965.
Dalam perjalanan menjadi sebuah negara berdemokrasi seperti sekarangi, bangsa Indonesia telah mengalami banyak peristiwa. Di antaranya adalah peristiwa pemberontakan yang coba dilancarkan oleh anak bangsanya sendiri. Tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah dikudeta berkali-kali, diantarnya oleh dua organisasi besar pernah berusaha untuk mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi yang mereka inginkan. Komunis dan Islam.
Pemberontakan DI/ TII (NII)
Negara Islam Indonesia (NII) kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia, dimulai pada 7 Agustus 1942 oleh sekelompok milisi Muslim, di bawah pimpinan pria kelahiran Blora,  Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengakui syariat islam sebagai sumber hukum yang valid.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa “Negara berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Sunnah”. Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur’an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan “hukum kafir”, sesuai dalam Qur’aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50. (wikipedia).
Gerakan NII berakhir setelah pimpinannya, S.M. Kartosoewirjo ditangkap dan dieksekusi mati pada tahun 1962.
PKI dan NI adalah Penyakit Bangsa Indonesia
Baik, PKI maupun DI/ TII merupakan penyakit yang pernah menggerogoti tubuh bangsa Indonesia. Tak heran, pada masa Soeharto berkuasa, PKI disebut sebagai bahaya laten karena dalam buku catatan orde baru, PKI dianggap ingin mendirikan negara komunis. Hal tersebut dibenarkan oleh Hary Poeze yang menyebut PKI ingin mendirikan negara Soviet di Indonesia. Beruntung TNI segera memadamkan pemberontakan tersebut.
Kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1965, PKI dituding sebagai kelompok yang bertanggung jawab terhadap terbunuhnya tujuh jenderal TNI AD. Mengenai peristiwa ini, belum ada dokumen atau bukti yang menunjukkan bahwa PKI hendak mendirikan negara soviet di Indonesia sebagaimana peristiwa Madiun 1948.
Herannya, sampai sekarang tidak ada istilah bahaya laten NII padahal jika diperhatikan dengan seksama, pemberontakan yang dilakukan NII ini lebih terorganisir selain itu mereka memiliki angkatan bersenjata sehingga permberontakan tersebut berlangsung cukup lama.Ini beda jauh dengan PKI pada tahun 1948 apalagi pada tahun 1965 yang seketika langsung ditumpas.
Untuk itu sedikit perbandingan saja sudah cukup menunjukkan siapa yang lebih berbahaya di antara PKI dan NII. Dokumen berisi proklamasi pendirian Negara Islam Indonesia saya kira cukup untuk membuktikan keseriusan mereka dalam mengkudeta NKRI.
PROKLAMASI
 Berdirinja NEGARA ISLAM INDONESIA
 Bismillahirrahmanirrahim Asjhadoe anla ilaha illallah wa asjhadoe anna Moehammadar Rasoeloellah
Kami, Oemmat Islam Bangsa Indonesia MENJATAKAN:
Berdirinja ,,NEGARA ISLAM INDONESIA”
Maka hoekoem jang berlakoe atas Negara Islam Indonesia itoe, ialah: HOEKOEM ISLAM
Allahoe Akbar! Allahoe Akbar! Allahoe Akbar!

Atas nama Oemmat Islam Bangsa Indonesia
Imam NEGARA ISLAM INDONESIA
Ttd
(S M KARTOSOEWIRJO)
MADINAH-INDONESIA, 12 Sjawal 1368 / 7 Agoestoes 1949
Proklamasi tersebut secara jelas NII bermaksud mendirikan negara Islam dengan menggulingkan pemerintahan NKRI yang sah,sementara PKI sendiri belum pernah melakukan hal seperti itu (memiliki proklamasi versi PKI)
Sayang sekali, orang-orang sekarang lebih takut PKI yang jelas-jelas ideologinya sudah mati. Sementara NII, sepertinya makin tumbuh subur…

0 komentar:

Posting Komentar