Cari Blog Ini

Rabu, 04 Oktober 2017

Waspada Indonesia, Pimpinan Teroris Muncul Kembali

Pimpinan ISIS, Abu Bakr Al-Baghdadi yang kepalanya dihargai US$25 juta (Rp337,8 miliar) oleh Amerika Serikat tidak pernah terlihat di depan publik sejak Juli 2014.
Terakhir kali dia terlihat saat berpidato di Masjid Besar Al-Nuri di Mosul, sesaat setelah ISIS menguasai kota itu sekaligus memproklamirkan kekhalifahan.
Rusia dan Iran menyakini bahwa Abu Bakr Al-Baghdadi, Pimpinan ISIS telah meninggal dunia namun Amerika meragukan kematiannya dan ini terbukti setelah Abu Bakr Al-Baghdadi kembali muncul dalam sebuah rekaman terbaru.
Rekaman berdurasi 46 antara lain membahas tentang ancaman Korea Utara terhadap Jepang dan Amerika Serikat. Abu Bakr al-Baghdadi juga menyinggung tentang pertempuran di Raqqa dan Hama di Suriah dan Sirte di Libya. Menurutnya, pertumpahan darah di sana tidak akan sia-sia.
Dia juga berbicara tentang pertempuran merebut basis kekuatan ISIS di kota Mosul yang diambil alih pasukan Irak beberapa bulan yang lalu.
Sebagian besar pembicaraan seputar keagamaan. Juru bicara Departemen Pertahanan Inggris mengatakan “Kami menyadari adanya rekaman audio yang diklaim sebagai suara Abu Bakr Al-Baghdadi dan sedang mengambil langkah-langkah untuk meninjaunya. Walau kami tak punya alasan untuk meragukan keasliannya, saat ini kami tak bisa memverifikasinya.”
Juru bicara pasukan AS yang sedang memerangi ISIS, Ryan Dillon, mengatakan bahwa tanpa bukti yang bisa diverifikasi mengenai kematiannya, Amerika harus terus berasumsi bahwa dia (Al-Baghdadi) masih hidup.
Pada awal September lalu, seorang jenderal senior AS, Jenderal Stephen Townsend, mengaku bahwa intelijen AS menyiratkan Al Baghdadi masih hidup.
Klaim Jenderal Stephen Townsend ini sekaligus menepis pernyataan Rusia yang menyebutkan Al-Baghdadi mungkin tewas dalam serangan di Suriah Mei lalu.
“Saluran-saluran intelijen menyiratkan ia (Al-Baghdadi) masih hidup. Kami terus memburunya, saya kira ia masih hidup,” kata Jenderal Townsend kepada para wartawan.
Menurut Jenderal Townsend, Al-Baghdadi diyakini bersembunyi di daerah pedalaman, di perbatasan antara Irak dan Suriah.
Panglima pasukan koalisi anti-ISIS ini menjelaskan bahwa Al-Baghdadi ‘meninggalkan daerah kekuasaan ISIS karena kawasan tersebut menjadi sasaran serangan’ dalam beberapa waktu terakhir.
Kota Mosul di Irak yang tadinya dikuasai ISIS sudah direbut kembali oleh militer Irak, sementara Raqqa -yang diklaim sebagai ibu kota kekhalifahan oleh ISIS di Suriah- terus mendapatkan gempuran dari darat.
Mengenal sosok Al-Baghdadi
Al-Baghdadi diyakini lahir di dekat Samarra, Irak, pada tahun 1971. Menurut biografi yang diposting di forum jihad pada Juli 2013, ia meraih gelar master dan PhD dalam studi Islam dari Universitas Islam Baghdad (sejak berganti nama menjadi Universitas Irak) di pinggiran Adhamiya. Laporan menunjukkan bahwa dia adalah seorang ulama di Masjid Hanbal Ahmad ibn Imam di Samarra pada sekitar waktu invasi pimpinan AS ke Irak tahun 2003
Pada tanggal 4 Oktober 2011, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang mencatat al-Baghdadi sebagai Teroris Global Khusus yang Ditetapkan dan mengumumkan hadiah hingga US $ 10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya atau kematian
Ada yang mengatakan ia aktif di gerakan Islam militan ketika Saddam Hussein berkuasa. Yang lain mengatakan ia mengadopsi paham radikal saat ditahan di Kamp Bucca, fasilitas penahanan AS di Irak selatan yang banyak dihuni oleh komandan-komandan al-Qaida.
Indonesia perlu waspada akan kehadiran ISIS sebab kini ISIS mengincar anak-anak.
Sejumlah anak dicuci-otak, antara lain dengan didesak untuk tidak berteman dengan anak-anak non-Muslim, dan diminta menontonkan video pemenggalan kepala oleh kelompok Negara Islam (ISIS).
Mereka membagikan makanan dan mencoba agar anak-anak muda yang putus harapan setia kepada ISIS, dengan cara membiayai perjalanan mereka ke Eropa maupun Asia.
“Anak-anak dan remaja yang diindoktrinasi dan direkrut oleh ISIS adalah sumber daya yang penting (bagi kelompok-kelompok esktrem),” kata laporan Quilliam Foundation.
Data yang dikumpulkan para peneliti pada 2015 memperlihatkan, lebih dari 340 anak menghilang antara periode Januari hingga September, sementara pada September hingga akhir 2015 tercatat 132 anak tak diketahui keberadaannya.
Sebelumnya, pejabat keamanan Amerika Serikat mengatakan bahwa ISIS diyakini menyediakan aplikasi dan material lain bagi anak-anak dengan maksud ‘menyiapkan generasi baru teroris’.
Dikatakan, ISIS mendirikan berbagai kios internet di wilayah-wilayah yang mereka kuasai di Irak dan Suriah, yang bisa dipakai oleh anak-anak untuk mengakses aplikasi dan situs-situs internet, baik untuk belajar bahasa Arab maupun ‘ideologi ISIS’.
Indonesia perlu waspada akan kehadiran ISIS yang kini mendidik anak-anak menjadi teroris.

0 komentar:

Posting Komentar