Cari Blog Ini

Minggu, 26 Februari 2017

TOLERANSI DALAM MENJAGA KEBERAGAMAN BANGSA



Krisis inilah yang di hadapi bangsa Indonesia, bukan krisis moneter, ekonomi, dan sembako, tetapi Indonesia krisis toleransi, krisis ini akan semakin parah karena memang ada sebagian oknum yang berfaham radikalisme memanfaatkan momen ini sebagai langkah bagus untuk memulai aksi mereka.
Bagi kita menjadi orang Indonesia itu takdir kemajemukan etnis, agama dan adat istiadat dari sabang sampai merauke yang terpenting bagaimana bangsa ini menghadapi takdir kemajemukan, dalam menghadapi hal ini diperlukan sikap toleransi efektif yang mengakar dari kota sampai pelosok desa, dari sabang sampai merauke.
Jadi kemajemukan Indonesia tidak akan dapat di hilangkan, karena kalau kemajemukan di hilangkan maka tidak ada nilai bangsa ini karena kemajemukan sudah menjadi ciri khas bangsa ini.
Sebelum zaman imperialis invasi (menjajah) bangsa ini, indonesia terdiri dari banyak kerajaan yang tumbuh subur di bumi nusantara, kerajaan yang besar itu di antaranya majapahit dan sriwijaya, kedua kerajaan ini wilayahnya sampai ke negara tetangga keduanya menjadi simbol bangsa indonesia di kemudian hari.
Awal petaka krisis toleransi terjadi pada masa penjajahan, terutama penjajahan belanda dengan politik DIVEDE ET EMPIRE (politik mengadu domba), mulailah belanda memprovokasi suku, agama, pribumi dan bangsawan, semua di lakukan agar belanda bisa menjajah Indonesia selama lamanya dengan tidak bersatunya Indonesia, belanda mudah mengalahkan perjuangan rakyat Indonesia.
Dalam masa penjajahan belanda kita kenal seorang provokator ulung yang di beri tugas penjajah belanda yang bernama SNOUK HORGANYE untuk membuat isu sara atas nama agama dengan lihai dan provokatif ia berhasil memecah belah bangsa ini, karena belanda tahu bahwa Indonesia itu majemuk agama, etnik dan budaya dan karena itulah belanda harus membuat krisis toleransi indonesia guna mewujudkan impralisnya (penjajahan).
Pelajar Indonesia mulai merasakan pentingnya persatuan untuk mengatasi politik adu domba, pada awal pergerakan membentuk persatuan sulit sekali apalagi pada waktu itu bangsa ini majemuk krisis bukan hanya krisis toleransi tetapi juga multi krisis yaitu ; ekonomi, sandang pangan, kehormatan dan lain lain.
Maka langkah awal untuk membuat persatuan bangsa indonesia di perlukan pengembangan toleransi efektif dari anak bangsa, dengan adanya toleransi efektif sikap egoisme dari masing masing daerah bisa di redam dan semua daerah harus mendukung kemerdekaan Indonesia dengan jalan persatuan dan toleransi yang membumi di setiap lapisan masyarakat.
Dengan adanya persatuan ini kumpulah pemuda dari berbagai daerah sehingga tercetuslah 28 Oktober sebagai hari sumpah pemuda yang berbunyi; KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH AIR INDONESIA. KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERBANGSA SATU, BANGSA INDONESIA. KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.
Sumpah pemuda bisa terbentuk karena bangsa Indonesia bisa toleran antar etnis, agama dan budaya, coba bayangkan andaikan pada waktu itu sikap pemuda intoleran mana mungkin bisa terjadinya sumpah pemuda sebagai wadah persatuan bangsa Indonesia.
Sekarang ini bangsa Indonesia krisis toleransi untuk mengobati marilah belajar dari sejarah masa lalu jangan melupakan sejarah bagaimana perjuangan pemuda pemuda bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan dengan senjata persatuan yang di mulai dari pengembangan sikap toleran efektif.
Dalam pedoman umat Islam sendiri yaitu Alqur’an memberikan konsep yang sagat toleran. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Alquran, "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah SWT mengumpulkan antara kita dan kepada Allah SWT-lah kita kembali." (QS asy-Syura [42]: 15).
Oleh karena itu bagi kita terutama umat islam haruslah lebih melakukan toleran tersebut, sebab Allah SWT sudah jelas-jelas menerangkan konsep toleran tersebut.
Konsep tasamuh (toleransi) yang diajarkan Islam secara baik bisa dijalankan kaum Muslimin di Tanah Air. Indonesia sebagai penganut budaya ketimuran yang sopan, ramah, dan toleran, dapat dengan mudah menjalankan ayat tersebut. Bahkan, jangankan bertoleransi untuk agama. Kemaksiatan dan kemungkaran sekalipun tak jarang mendapat toleransi di beberapa kultur masyarakat.
Wakil Presiden, KH Hasyim Muzadi mengatakan, umat Islam Indonesia kiranya menjadi umat yang paling toleran sedunia. Toleransi beragama yang dicontohkan umat Islam di Tanah Air ternyata jauh lebih dewasa dan bijak dibanding negara-negara luar.
Kemajemukan etnik, agama dan adat istiadat dari sabang sampai merauke adalah takdir bagi bangsa indonesia, Allah swt telah menentukan takdir yang terbaik bagi bangsa indonesia dan sebagai rasa syukur kita kembangkan sikap toleransi efektif sehingga indah pada waktunya.
BHENEKA TUNGGAL IKA (berbeda beda tetap satu jua) harus kita hayati dan amalkan sebagai sikap university (kesatuan) untuk menanggulangi sikap radikalisme yang kian membumi di negara ini dan sikap yang pertama untuk meralisiasikan mulai dari diri sendiri yaitu dengan mengembangkan sikap toleransi efektif bukan sekedar toleransi formalitas karena dengan sikap inilah bisa menjadi obat /filter untuk mengatasi krisis toleransi indonesia.
Selain itu juga kita juga perlu melaksanakan toleransi di berbagai lingkungan. Adapaun lingkungan itu sendiri diantaranya :
Di Lingkugan Keluarga
Dalam keluarga hendaknya terjalin hubungan timbal balik antara orangtua dengan anak. Semua pihak dalam keluarga harus saling hormat menghormati, saling harga menghargai antar anggota keluarga.
Di Lingkunan Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat warga masyarakat dari berbagai latar belakang, suku, rasta, budaya dan agama. Masing-masing individu harus menyadari bahwa kita berada dalam suatu negara kesatuan dan satu bangsa yaitu bangsa indonesia
Dalam Kehidupan bernegara
Demokrasi Pancasila mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Untuk itu maka msing-masing pihak harus bertoleransi, belajar menghargai dan menghormati suara terbanyak, walaupun tidak cocok di hati.
 

0 komentar:

Posting Komentar